Pembahasan soal mental health semakin banyak ya sekarang? Banyak juga orang-orang yang mulai aware dengan kondisi kesehatan mentalnya. Pembahasan singkat soal gejala-gejala gangguan mental, juga sudah dengan mudahnya kita akses melalui sosial media, sebut saja TikTok dan Instagram. Banyak banget Psikolog yang bercerita tentang gejala burnout, toxic relationship, sampai trauma masa kecil yang berdampak hingga kamu dewasa.
Untuk sebagian orang, video-video berdurasi kurang dari 1 menit ini bisa membantu mereka untuk mengenali gejala-gejala gangguan mental yang dialami. Namun video-video singkat ini, kurang membantu kalian untuk memperbaiki atau mencari tahu akar permasalahannya.
Kalau kalian merasa ada gangguan mental, either burnout, demotivasi, atau apapun itu yang menghambat pergerakan kalian sehari-hari, nggak ada salahnya lho, melakukan konsultasi ke psikolog. Ke psikolog nggak berarti nunggu kamu sampai depresi kok. Kalau kamu merasa ada yang mengganjal di hati dan nggak tahu mau share ke mana, Psikolog adalah jawabannya.
Saya mau cerita soal pengalaman saya konsultasi ke Psikolog dan betapa leganya curhat ke mereka. Jadi selama ini saya tuh merasa baik-baik saja. Dibilang depresi berat, nggak juga. Tapi bad mood dan overthinking pasti ada saja setiap hari. Setelah saya kilas balik, kok saya sulit sekali berkembang ya? Dan malahan jadi lebih sering self blaming akan hal-hal yang nggak saya lakukan? Nggak hanya itu saja, saya merasa mulai toxic ke diri sendiri, mulai dari mengutamakan kerjaan, dibandingkan kesehatan. (notes, bukan paksaan dari perusahaan, tapi paksaan ke diri sendiri). Efeknya, belakangan ini saya jadi gampang lelah, padahal kerjaan kantor yang saya kerjakan nggak banyak. Di rumah juga aktivitas hanya sedikit kok. Tapi at the end of the day, kok saya lelah banget! Rasanya seperti habis mutar-mutar di GBK selama 5 jam.
Akhirnya saya memutuskan untuk konsultasi ke dua Psikolog, yaitu Jeimi Adrian, Psikolog di Siloam Hospital Bogor, dan Iswan Saputro, APCD Indonesia. Kalau ke Jeimi Adrian, saya hanya ngobrolin hal-hal general dan mencoba berkenalan dengan diri sendiri. Dari hasil obrolan bareng Jeimi Adrian, ternyata memang saya tuh keras banget orangnya. Keras ke diri sendiri, dan harus selalu merasa bisa dan kurang mengapresiasi diri sendiri. Akhirnya saya malah jadi lelah, karena di bully diri sendiri. Dari sini saran dari Psikolog Jeimi Adrian adalah mulai belajar untuk nggak menyepelekan hasil yang sudah saya kerjakan. Dinikmati, diaprsiasi dan peluk diri sendiri.
Sedangkan bersama Psikolog Iswan Saputro, saya lega banget-banget! Karena memang kemarin saat saya konsul tuh, memang lagi ada masalah. Jadi semua uneg-uneg yang saya miliki, saya tumpahkan dan hasilnya saya mendapatkan jawaban atas permasalahan saya selama ini. Basically, diagnosanya sama. Di mana saya terlalu keras dengan diri saya, dan selalu butuh pengakuan dari orang lain akan hasil yang saya kerjakan. Dari hasil obrolan ini, ternyata sikap saya seperti ini ada sangkut pautnya dengan didikan orang tua. Yang mana tipikal orang tua saja adalah asian parents, yang memang dingin ke anak-anaknya.
Jadi kalau ditanya, penting nggak ke Psikolog? Buat saya penting banget dan nggak ada salahnya coba ngobrol sama mereka. Karena benar-benar meringankan beban pikiran dan lelahnya hati yang sudah kalian simpan bertahun-tahun. Perlu diingat, ke Psikolog bukan karena kalian sakit atau sampai depresi parah ya. Ini hanya sekadar check up kesehatan mental kalian. Sama saja seperti kita melakukan medical checkup tahunan.
Pokoknya ngobrol sama Psikolog tuh sangat menyenangkan sekali. Mereka akan coba mengulik permasalahan kamu secara pelan-pelan. Hasilnya? Ketika ketemu akar masalahnya, ini akan membantu banget perkembangan diri kamu. Jadi kalau kamu merasa stuck atau merasa lelah nggak berujung, coba deh booking one session ke Psikolog.
Itu sharing saya hari ini. Semoga ini menjadi pencerahan kalian untuk akhirnya datang ke Psikolog. Tapi kalau masih ragu, boleh lho, share di kolom komentar bawah. Kita ngobrol bareng nanti.