banner-detik

health wellness

Sering Mengalami Nyeri Menstruasi? Hati-hati, Bisa Jadi Dismenore Sekunder!

seo-img-article

Apakah kamu sering merasa nyeri dan kram di area perut dan pinggang saat menstruasi? Bisa jadi dismenore sekunder.

Pernah mengalami rasa sakit atau kram saat menstruasi? Nah, rasa sakit ini disebut juga sebagai dismenore. Dismenore (dysmenorrhea) adalah gejala nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi selama periode menstruasi atau haid. 

Dismenore disebut hal yang lumrah terjadi di kalangan wanita remaja dan dewasa muda. Pasalnya, 90% perempuan di seluruh dunia mengalami gejala dismenore dan lebih dari 50% perempuan mengalami dismenore primer, bahkan 10% hingga 20%-nya merasakan gejala yang parah dan nggak tertahankan.

Baca juga: Hindari Makanan dan Minuman Ini Kalau Nggak Mau Kram Perut Ketika Haid!

Karena dialami oleh banyak perempuan, dismenore kerap kali dianggap sepele. Padahal, nggak semua rasa nyeri saat menstruasi itu adalah hal yang wajar. Bisa jadi itu merupakan tanda-tanda ada hal yang nggak beres pada sistem reproduksi!

3 ALAT BANTU MENSTRUASI 1

Jenis-Jenis Dismenore

Ternyata, nggak semua rasa nyeri saat menstruasi itu sama saja. Tingkat keparahan dismenore yang dirasakan tiap-tiap orang pun bisa berbeda-beda. Hal ini juga didasari oleh penyebab yang berbeda. Ada dua jenis dismenore, yakni dismenore primer dan dismenore sekunder. Kira-kira apa bedanya, ya?

Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi yang dirasakan oleh wanita kebanyakan. Nyeri haid jenis ini nggak disebabkan oleh kondisi patologis atau penyakit. Dismenore primer disebabkan oleh kontraksi pada otot uterus atau dinding rahim. Kontraksi yang berlangsung kuat dan lama, meningkatnya hormon prostaglandin dan pelebaran dinnding rahim saat mengeluarkan darah adalah penyebab perut terasa nyeri saat mens.

Dismenore primer umumnya dirasakan selama 3 tahun pasca menarke (kali pertama menstruasi). Gejala nyeri yang dirasakan pda dismenore primer umumnya berlangsung sigkat, yaitu sekitar 8 sampai 72 jam. Umumnya, rasa nyeri muncul beberapa jam sebelum menstruasi dan jadi lebih intens pada saat mens. Sometimes, dismenore primer juga diiringi mual, muntah, diare, sakit kepala, kelelahan, dan pusing.

Baca juga: Mulai Peduli Lingkungan dengan Beralih ke 6 Reusable Menstrual Pad ini!

Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder disebabkan oleh kondisi patologis atau adanya penyakit dan kelainan di sistem reproduksi. Jika dismenore primer sering dirasakan oleh usia 15 hingga 25 tahun, dismenore sekunder biasanya mulai terasa di usia 25 tahun, walaupun ada beberapa kasus dimana wanita usia dibawah 25 tahun juga dapat mengalami gejala ini.

Dismenore sekunder terjadi akibat endometriosis, ectopic pregnancy (hamil di luar rahim), kista ovarium dan miom. Gejalanya baru muncul 5 tahun setelah menarke dan dirasakan pada saat mens ataupun diluar periode menstruasi jika parah. Rasa sakit dismenore sekunder ini juga bisa dirasakan selama berhari-hari dan terasa sangat sakit!

Umumnya, kondisi dismenore primer akan semakin membaik seiring berjalannya usia, tapi tidak pada dismenore sekunder. Kondisi dismenore primer juga mungkin saja berubah setelah pernikahan atau pasca melahirkan. Namun tidak untuk dismenore sekunder.

Baca juga: Menormalisasikan Menstruasi dan Kesehatan Perempuan, Ini 3 Brand Feminine Wellness Lokal yang Patut Dilirik!

Penyebab Dismenore

Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan dismenore. Namun, studi menunjukkan jika sebagian wanita yang menderita dismenore punya riwayat keluarga yang mengalami dismenore, misalnya ibu atau saudara. Artinya, faktor genetik jadi salah satu penyebab dismenore.

Selain itu, dismenore juga bisa disebabkan oleh menarke usia dini, atau wanita yang mengalami menstruasi pertama lebih cepat dari usia rata-rata. Berat badan berlebih, kebiasaan makan fast food dan konsumsi kopi juga bisa jadi penyebab dismenore, lho. Begitu pula halnya paparan asap rokok, baik perokok aktif maupun pasif. 

Jadi, jangan anggap remeh nyeri saat menstruasi ya, apalagi jika sering mengganggu aktivitas. Lebih baik periksakan diri ke obgyn untuk memastikan kamu nggak mengalami dismenore sekunder.

Referensi:
Berkley, Karen J. (2013). Primary Dysmenorrhea: An Urgent Mandate. Pain: Clinical Updates, 21:3.
Harada T. (2013). Dysmenorrhea and endometriosis in young women. Yonago acta medica, 56:4.
Charu et al. (2012). ‘Menstrual characteristics’ and ‘Prevalence and Effect of Dysmenorrhea’ on Quality of Life of medical students. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, 4:4 

 

Image: Freepik

Slow Down

Please wait a moment to post another comment