Sampah kecantikan memang jadi masalah besar bersama, tapi bukan hanya disebabkan oleh packaging saja. Krave Beauty ungkap “rahasia dapur” mereka dalam campaign ‘Waste Me Not‘.
“So it’s about 1,5 million… dollars. Of waste that we created. If we convert them into retail value,” terdengar suara dari laptop Liah Yoo, seorang beauty influencer yang mendirikan brand skincare Krave Beauty pada tahun 2017. Video tersebut diunggah di akun Instagram Krave Beauty dengan caption yang jika diterjemahkan berbunyi: “Kira-kira apa yang menurutmu harus dilakukan oleh sebuah brand yang ada di situasi seperti ini?”
Persis sehari setelahnya, Liah Yoo pun mengunggah sebuah video berdurasi 15 menit di kanal YouTube pribadinya dengan thumbnail yang bertuliskan The Hidden Waste.
Sebelum membahas campaign ‘Waste Me Not’ dari Krave Beauty, yuk kenalan lebih jauh sama brand ini. Pada saat artikel ini ditulis, Krave Beauty sedang menuju usia lima tahun berkarya di industri kecantikan. Uniknya, dalam rentang waktu lima tahun, Krave Beauty baru memiliki 6 produk saja, pergerakan yang cukup lambat jika dibandingkan dengan brand-brand lainnya di luar sana.
Coba bandingkan saja dengan BH Cosmetic asal LA yang terkenal dengan koleksi eyeshadow-nya. Deputy CMO dan Head of Sales BH Cosmetics Alison Romash mengaku bisa merilis empat koleksi baru dalam satu tahun, dengan total hingga lebih dari 100 produk baru setiap tahunnya. Perbedaannya jauh, kan?
Krave Beauty jadi angin segar di tengah praktik produksi besar-besaran (dan cepat-cepatan) yang banyak dilakukan pemain di industri kecantikan, mirip seperti praktik slow fashion yang menggebrak fenomena fast fashion. Hal ini terkonfirmasi dengan prinsip Slow Down Skincare mereka, yang mengutip dari Sustainability Report 2021 diartikan sebagai “komitmen untuk kegiatan produksi yang bertanggung jawab dan menghindari menciptakan permintaan pasar yang tidak diperlukan.”
Semua produk Krave Beauty juga vegan, tidak mengandung bahan pewangi apapun termasuk essential oil, tidak menguji produk pada binatang, juga punya kadar biodegradability yang lebih tinggi untuk produk-produk mereka yang perlu dibilas. Bukti komitmen Krave Beauty pada aspek sustainability serta upaya meminimalisir sampah kecantikan juga dicatat secara rinci dalam Sustainability Report tahunan mereka.
Sampah kecantikan dari industri ini bukan cuma soal packaging, dan Krave Beauty sudah menyadari hal tersebut dan beraksi melalui sederet KPI yang terbagi dalam 4 area yaitu Climate Change & Energy, Responsible Sourcing, Product Responsibility, dan Community & Sourcing.
Krave Beauty juga gencar menggaungkan salah satu brand value mereka yaitu #PressReset yang menekankan pentingnya mengandalkan basic skincare tanpa perlu memakai belasan produk dalam sekali penggunaan, juga membiarkan kulit kita memperbaiki dirinya sendiri.
Kalau rata-rata campaign dari brand-brand kecantikan dikeluarkan untuk mendukung rilisnya produk terbaru, merayakan hari-hari penting atau menyampaikan pesan tertentu, campaign Waste Me Not berangkat dari keresahan.
Semua bermula dari kesalahan produksi Matcha Hemp Hydrating Cleanser mereka. Dari segi ingredients dan keefektifan produk masih sama, namun teksturnya cukup jauh. Tentu perbedaan tekstur ini tidak bisa dikompromi sehingga memang harus ditolak. Masalahnya, jumlah produksinya cukup fantastis, sampai setara dengan 10 bathtub penuh!
Untuk mengakalinya, Krave Beauty mengubah formulasi Matcha Hemp Hydrating Cleanser agar dapat dipakai sebagai body wash. Dalam seri campaign ini, Krave Beauty juga merilis produk Makeup Re-Wined dari pilot batch yang tidak layak jual, lagi-lagi karena tekstur yang belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Juga ada produk Great Barrier Relief dengan inovasi kemasan 100% kaca dengan insert silikon.
Kebetulan, Krave Beauty merupakan klien pertama yang meminta konfigurasi demikian, sehingga perlu ada proses pengecekan yang juga ada minimum order of quantity (MOQ) atau batas pemesanan minimum. Semua dijual dengan harga diskon secara online serta offline di pop-up event mereka di New York.
View this post on Instagram
Krave Beauty cukup berani dalam menguak “rahasia dapur” industri mereka sendiri, khususnya dari segi sampah yang tidak bisa terhindarkan. Proses trial jadi aspek penting dalam rantai produksi sebuah brand sehingga sebaiknya memant tidak di-skip meski akan menghasilkan banyak produk tidak terpakai seperti contoh di atas. Namun dengan campaign Waste Me Not, Krave Beauty berhasil mencari jalan tengah tanpa harus mengorbankan kualitas dan konsistensi produk serta tanpa harus menumpuk banyak sampah ke tempat pembuangan.
Transparansi Krave Beauty patut diacungi jempol, dan campaign ini juga berhasil memperlihatkan proses produksi industri kecantikan beserta dengan sampahnya yang tidak terelakkan. Semoga dengan melihat proses produksi ini, kita sama-sama bisa lebih mindful dalam mengonsumsi beauty products, ya!