banner-detik

eco friendly

Unboxing Bikin Sampah Makin Menumpuk. Apa yang Bisa Kita Lakukan? | FD Sustainabeauty

seo-img-article

Siapa sih yang tidak excited saat membuka paket yang berisi produk kecantikan idaman, atau rangkaian produk terbaru dari sebuah brand? Saya yakin pasti semua orang punya perasaan yang sama. It’s the joy of unboxing new stuff.

Kalau mungkin sebelum pandemi terjadi, paket yang datang ke rumah kita masih bisa dihitung jumlahnya setiap bulan. Tapi begitu pandemi hadir, saya yakin jumlahnya jadi berkali lipat dari sebelumnya. Bahkan, kebiasaan kita belanja online pun tentunya menjadi habit baru dari banyak orang walaupun penyebaran virus Covid-19 sudah mulai berangsur membaik.

Baca juga: Limbah Kecantikan Bukan Hanya Sekadar Tentang Packaging

Kegiatan unboxing ini juga tidak hanya dilakukan oleh para public figure untuk menampilkan konten yang sangat menarik, namun tentunya kita sebagai konsumen dari beragam brand kecantikan yang kita minati juga melakukan hal yang serupa. Tapi, sadar nggak sih, seringkali kita malah jadi melihat konten unboxing yang konteksnya kurang tepat, alias jadi jauh lebih fokus sama box yang menggemaskan dibandingkan dengan fungsi dan kehebatan produk sesungguhnya.

unboxing

Tentunya tren unboxing ini adalah hal yang masih cukup sulit untuk diminimalisir. Bahkan mungkin masih banyak brand juga yang menjadikan unboxing sebagai cara mereka untuk secara tidak langsung melakukan interaksi fisik yang lebih menyenangkan, dan sebagai sebuah usaha untuk terlihat lebih menonjol dari brand lainnya (apalagi saat pandemi).

Apakah ini salah? Pastinya tidak. Setiap brand pasti juga ingin memberikan yang terbaik saat diterima oleh para content creator ataupun para konsumennya. Tapi yang menjadi permasalahan, adalah seringkali paket yang dikirimkan itu malah menghadirkan masalah baru, yaitu sampah. Ada bagusnya kalau kita sebagai penerima produk sudah lebih aware untuk memilah sampah dan mengirimkannya ke  perusahaan yang menyediakan solusi pengelolaan sampah. Tapi kalau kita belum sadar akan hal ini, pasti sampah unboxing itu akan menumpuk dan berakhir di TPA.

Lalu apa dong yang bisa kita lakukan untuk bantu meminimalisir ini? Well, ada beberapa cara yang rasanya kita bisa lakukan bersama. Psst… hal ini juga nggak bisa dilakukan oleh konsumen saja, tapi pihak brand juga bisa membantu untuk meminimalisir sampah, lho.

Baca juga: Beauty Sustainability, Gimmick atau Ada Impact Nyata?

Hal yang bisa dilakukan penerima paket untuk unboxing

Memang menciptakan sebuah kebiasaan itu butuh waktu yang tidak sebentar. Tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, mau kapan kita bisa membiasakan diri untuk melakukan beragam hal yang bisa meminimalisir timbunan sampah akibat belanjaan kita sendiri?

1. Biasakan untuk mulai menerima saat paket tidak dikirimkan menggunakan bubble wrap

Kemarin saya sempat ngobrol banyak sama founder dari beberapa local beauty brands. Ketika kami membahas tentang sustainability, mereka ternyata mengeluhkan attitude konsumen yang seringkali marah-marah saat paketnya datang tanpa balutan bubble wrap. Pihak brand juga pasti sudah memikirkan keamanan saat pengiriman dilakukan tanpa bubble wrap, misalnya dengan menggunakan kertas bekas, koran, honeycomb eco wrap, ataupun karton corrugated.

Kalau ada box yang sedikit penyok itu wajar, tapi yang penting isi produk yang kalian gunakan tetap aman dan tidak pecah. Nah, kalau sampai pecah atau bocor gimana? Biasakan untuk membuat video unboxing untuk berjaga-jaga, supaya kalau ada produk yang pecah atau bocor kamu bisa dengan mudah melakukan klaim.

2. Gunakan box paket untuk pengiriman selanjutnya

Saya sering melakukan ini. Apabila ada paket yang dikirim menggunakan bubble wrap dan box besar, biasanya saya simpan dengan rapi untuk kemudian digunakan kembali. Selain bisa meminimalisir peredaran sampah, hal ini juga akan memudahkan kita saat perlu mengirim sesuatu kepada orang lain. Kebayang kan kalau hal ini dilakukan secara bersama-sama? Bisa jadi box karton yang saya kirim ke saudara saya, sekarang jadi ada di tangan kamu untuk digunakan kembali.

3. Lakukan upcycling untuk meminimalisir sampah

Kalau paket yang dikirimkan bentuknya lucu, kamu bisa menggunakannya sebagai tempat menyimpan makeup atau organizer lainnya di rumah. Atau kalau memang super menggemaskan, kamu bahkan bisa menjadikannya sebagai pajangan untuk mempercantik sudut kamar dan juga properti foto flatlay.

4. Fokus pada kemampuan produk daripada box kirimannya

Seperti yang sempat saya bilang di atas, seringkali saya melihat orang jadi jauh lebih fokus sama gimmick dari paket yang dikirimkan dibandingkan kemampuan produknya. Oke, saya mengakui kalau hal seperti itu memang catchy dan bikin konten kita jadi terlihat lebih menggemaskan, tapi pasti informasi yang ingin orang dapatkan adalah tentang produknya sendiri, bukan keranjang lucu yang jadi pemanis saat paket dikirimkan.

5. Request packaging

Saat belanja online, ada hal penting lainnya yang bisa kita lakukan sebagai konsumen, yaitu meminta untuk tidak menggunakan bubble wrap sama sekali, atau tetap menggunakannya tapi tidak dalam jumlah yang berlebihan. Selain itu, kalau memang kamu adalah salah seorang beauty enthusiast yang sering dikirimkan PR Package oleh brand, cobalah untuk meminta dengan baik agak pihak brand mengirimkan produk dengan menggunakan paper bag saja.

6. Biasakan untuk memilah sampah

Bukan hanya sekadar botol kosong saja yang harus dibersihkan dan dikirimkan ke pihak brand atau waste management company, tapi jangan lupakan juga box pengiriman yang diterima oleh kalian juga sebaiknya dipilah untuk kemudian didaur ulang. Dalam hal ini, Female Daily juga ingin membantu kalian dengan menciptakan program Sustainabeauty. Kalian hanya tinggal mengirimkan sampah kecantikan yang dimiliki ke kantor kami, Wisma Prima lantai 4, Jl. Kapten Tendean no. 34, kemudian kami akan langsung mendistribusikannya pada waste management company. Jangan lupa untuk menuliskan “Sustainabeauty” pada paket kalian ya.

Baca juga: Apakah Biodegradable Ingredients Lebih Ramah Lingkungan?

Hal yang bisa dilakukan brand

unboxing

Nah, beberapa hal ini bisa dilakukan oleh brand untuk meminimalisir sampah yang diterima konsumen.

1. Kurangi penggunaan bubble wrap

Sudah mulai banyak sekali alternatif yang bisa menggantikan bubble wrap untuk melindungi produk yang dikirim kepada konsumen. Pihak brand terntunya bisa menjadikan kertas bekas, koran, honeycomb eco wrap, ataupun karton corrugated yang jauh lebih ramah lingkungan tapi tetap menjaga produk dengan baik untuk sampai ke tangan konsumen.

2. Berikan edukasi dan pengertian pada konsumen

Kita bisa karena terbiasa. Memang pasti melakukan edukasi tentang hal ini akan sulit pada awalnya. Tapi kalau tidak dimulai dan dibiasakan, kita tidak akan memiliki sebuah kebiasaan baru yang lebih baik. Selipkanlah beragam konten tentang pentingnya meminimalisir packaging sebagai salah satu bentuk cinta terhadap bumi, sehingga pelan-pelan para pelanggan pun akan paham akan pentingnya hal ini.

3. Kurangi mengirimkan PR package yang wasteful

Memang menciptakan sebuah kebiasaan itu butuh waktu yang tidak sebentar. Tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, mau kapan kita bisa membiasakan diri untuk melakukan beragam hal yang bisa meminimalisir timbunan sampah akibat belanjaan kita sendiri?

Okay, kalau PR package yang dikirimkan dibungkus manis menggunakan hal yang bisa digunakan kembali sepertinya masih bisa diterima dengan baik. Tapi pengiriman produk kepada para beauty enthusiast dengan gimmick yang hanya bisa divideokan satu kali saja lalu masuk ke tempat sampah rasanya bukan sebuah keputusan yang bijak. Salah satu contoh yang kurang saya sukai adalah saat paket datang dalam bentuk box super besar yang di dalamnya hanya ada 1 balon besar untuk sebuah perayaan, atau penggunaan banyak styrofoam balls di dalam paket.

Yuk, kita bisa merayakan sesuatu dengan bentuk lain yang lebih menarik tanpa harus menambah sampah. Jangan ragu juga untuk selalu menambahkan pesan khusus bahwa hal tersebut memang dilakukan oleh brand untuk meminimalisir sampah. Hal ini tentunya tidak hanya menyuarakan sustainability yang dilakukan oleh brand, tapi juga bisa membantu konsumen untuk lebih terbiasa melakukan kegiatan unboxing dengan lebih eco friendly. The unboxing experience should be thoughtful but it doesn’t need to be over the top.

4. Lakukan program recycling

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Octopus Indonesia (@octopus.ina)

Beberapa e-commerce yang saya ketahui sudah mulai ada yang meminimalisir penggunaan bubble wrap atau packaging yang terlalu berlebihan. Begitu juga halnya dengan berbagai brand yang sudah mulai concern dengan sampah yang dihasilkan oleh company nya. Sekarang sudah mulai banyak waste management company yang bersedia melakukan kerjasama dengan brand kecantikan untuk membantu program daur ulang botol dan packaging kosong dari konsumen.

5. Meminimalisir potensi sampah

Bukan hanya bubble wrap saja yang seringkali jadi masalah, namun box yang menggunakan tinta terlalu banyak, paper wraps yang di bleached, bonus stickers, hingga kertas untuk menjelaskan aturan penggunaan produk juga menjadi sumber sampah yang bisa diminimalisir. Hal yang tentunya bisa dilakukan adalah memanfaatkan bagian dalam box produk atau menambahkan QR codes untuk menjelaskan detail yang dibutuhkan, hingga meminimalisir penggunaan lem pada box.

Mudah-mudahan dengan berusaha menjalankan beberapa hal di atas, kita bisa lebih nyaman lagi saat ingin menikmati produk kesayangan di rumah ya.

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment