ic-fd

Banyak Tantangan dan Kesulitan Mengatur Waktu sebagai Working Mom? Ini Tipsnya!

beyond conversation
author

Poppy_Septia・23 Mar 2022

detail-thumb

 

Menjadi working mom memang memiliki segudang tantangan yang harus dihadapi sehari-hari. Pernah nggak kamu kebingungan mengatur waktu?

 

Menjadi perempuan bukanlah hal yang mudah. Apalagi bila sudah berkeluarga, karena ada semakin banyak aspek yang perlu diperhatikan, bukan hanya mengurus diri sendiri, tapi juga perlu menjalankan peran sebagai istri dan ibu, ditambah lagi masih ada peran sebagai anak, bila orang tua kita masih ada. Jika memilih menjadi working mom, artinya kita menambah sederet tanggung jawab tadi dengan hal lainnya: urusan pekerjaan. Kita adalah manusia multi-peran!

 

Perdebatan antara “Mana yang lebih baik: ibu bekerja atau ibu rumah tangga?” adalah hal yang usang. Tentu keduanya punya plus minus masing-masing, dan dipilih berdasarkan latar belakang serta kebutuhan tiap individu yang berbeda-beda, makanya kita tidak perlu menghakimi atau merasa salah satunya lebih baik, apalagi keduanya sama-sama punya tantangan tersendiri.

Bagi kamu yang seorang ibu bekerja atau working mom, pasti pernah kesulitan mengatur waktu sehari-hari. Rasanya 24 jam sehari itu nggak cukup! “Apa ya yang harus dilakukan duluan?” atau “Mulai dari mana ya?” adalah santapan sehari-hari. Kejadian meeting sambil menyuapi anak, atau menyusui sambil balas email pekerjaan, atau mau rehat sejenak tapi terdengar suara anak menangis, adalah momen yang hanya seorang perempuan yang memahami. Yup, women is a juggler! 

Tenang saja, kamu nggak sendirian, kok. FD mewawancarai beberapa working mom terkait segala tantangan dan cara mereka membagi waktu. Simak yuk di bawah ini, siapa tahu bisa menginspirasi kamu!

Andhine Rosaria, COO Kolab Creative Digital Agency

“Buat aku, tantangan paling berat adalah saat nggak ada support system. Karena aku kerjanya WFH, jadi jadwal meeting yang kadang bentrok dengan jadwal anak makan atau tidur siang, bikin aku perlu banget dibantu untuk handle anak-anak. Jadi ibu yang bekerja kan bukan berarti mengabaikan keluarga, karena tanggung jawab kita sebagai seorang ibu itu nggak akan bisa dilepaskan. Memilih punya anak saja sudah sama dengan siap bertanggung jawab.

Buat mengatur waktu, biasanya sehari sebelumnya aku bikin catatan-catatan atau jadwal kapan aku harus kerja yang benar-benar nggak bisa ditinggal. Jadi, bisa menyesuaikan dengan jadwal saat anak butuh pendamping. Saat kerjaan tidak terlalu padat, biasanya aku meluangkan waktu untuk main sama anak-anak atau sekadar nemenin mereka belajar.

Punya tempat khusus untuk bekerja juga membantu, lho. Aku kasih pengertian ke anak bahwa kalau aku lagi ada di ruangan tersebut, artinya aku tidak bisa diganggu karena sedang fokus kerja. Kadang kusempatkan untuk me-time sebentar, untuk nonton drama seri, atau minta bantuan suami untuk handle anak-anak saat aku butuh memanjakan diri di salon. Meluangkan waktu untuk diri sendiri itu sangat penting, karena bisa bikin mood lebih happy. Karena, kalau kita stres sama kerjaan dan dibiarkan saja, biasaanya malah kasih vibe yang nggak enak ke anak-anak.”

Baca juga: Insecure Karena Bertambah Tua? Ini Tips Tetap Fit di Usia 30-an dan 40-an!

Ayu Ismaniar, PNS

“Salah satu tantangan terberat saya sebagai working mom adalah ketika anak sedang sakit namun di saat bersamaan ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan, atau pada saat saya harus meninggalkan anak-anak di rumah berhari-hari karena ada tugas dinas. The guilt is just unbeareble. Situasi pandemi ini bisa dibilang blessing in disguise untuk saya dan keluarga, karena saya bisa mendapat privilege untuk bekerja dari rumah (WFH) sehingga bisa meluangkan waktu lebih banyak bersama keluarga. Walaupun sebetulnya WFH juga ada tantangan tersendiri, karena konsentrasi jadi terpecah karena anak-anak malah sering ngajak main.

Saya beruntung punya suami yang suportif dengan pekerjaan saya dan memiliki kesadaran bahwa mengurus anak adalah kewajiban bersama. Tentunya, karena juga ada bantuan dari pengasuh anak-anak juga, sehingga saya bisa lebih tenang jika harus meninggalkan rumah untuk bekerja. Bagi saya, sebagai seorang ibu kita harus bisa mengatur prioritas dan mengelola stres dengan baik, since I believe that happy moms will raise happy kids.”

Baca juga: Membongkar Bias di Balik Makeup dan Warna Pada Perempuan! Beneran Terjadi?

Dian Octorina, Dokter

“Rasanya kebanyakan working mom akan sependapat kalau manajemen waktu adalah tantangan terbesar yang harus dihadapi setiap hari. Membagi perhatian buat anggota keluarga juga menantang banget sih buat aku. Karena aku punya 3 anak, yang salah satunya bayi, jadi rasanya pas pulang dari kerja, aku harus “terlihat” adil membagi telinga dan mata untuk setiap anak. Hahaha. Sering banget diserbu barengan dan berujung pada nangis karena rebutan perhatian! 😀

Ada kalanya, di hari-hari tertentu, pingin rasanya mengubah sehari jadi 36 jam, saking banyaknya deadline. Karena aku tipe yang suka keteraturan, dan apa-apa dipikirin, kepalaku jadi sering penuh sama to do list, jadinya rungsing sendiri. Buat membantu, biasanya aku tulis saja di buku. Lalu aku pilah mana yang prioritas hari ini, mana yang bisa ditunda, atau minta bantuan suami untuk pegang anak-anak, sering juga aku minta bantuan anak pertamaku untuk bagi-bagi tugas. Jadi, bikin jadwal itu penting banget, supaya bisa mengatur ekspektasi buat diri sendiri.

Oh iya, ada lagi yang penting supaya bisa menjalankan banyak peran, yaitu terbuka dan jujur pada pasangan dan anak. Bilang saja kalau lagi capek dan butuh bantuan, jadi semuanya sebaiknya dikomunikasikan. Jangan lupa buat sensitif sama kebutuhan diri sendiri. Kalau burnout akibat pekerjaan, pusing urusan anak, sudah lama tidak me-time, dan “alarm” diri sudah bunyi, maka kita artinya butuh jeda, istirahat dulu. Biasanya, setelah me-time kita akan jadi fresh lagi!”

Baca juga: Me Time Bisa Dimulai dengan Cara Sesederhana Mandi!

Raisa, Managing Content AlaCASA

“Atur waktu selama pandemi itu susah, karena aku kerja kantoran, urus keluarga dan rumah tanpa ART, dan juga punya bisnis kontraktor. Semua serba double job atau bahkan triple. Meeting sambil cuci baju, nemenin anak sekolah sambil ngetik kerjaan, nonton Netflix sambil bikin desain rumah, dan sebagainya. Burnout? Sudah pasti! Selamat datang, mata panda! 😀
Tapi, ternyata merapikan rumah dan bungkus kado jadi bagian dari me-time menyenangkan buat aku. Melihat sesuatu yang berantakan menjadi rapi bisa bikin aku happy. Di samping meditasi super singkat, sekarang aku mulai bikin diary berupa sketch+notebook. Krayon anak jadi temanku meluapkan segala emosi dan pikiran ke dalam coretan dan tulisan. It works well. Aku belajar bahwa kunci dari menjaga kesehatan mental sebagai working mom adalah menemukan hobi kecil yang bisa dilakukan kapan pun. Walaupun kepotong dengan teriakan “Mama… Mama..” 1.000 kali sehari, aku tetap sangat terbantu dengan hobi baruku itu.”

Baca juga: Representasi Kulit Berjerawat di Dalam Film, Apakah Realistis?

Rahne Putri, Content Creator & Head of Branding Mama’s Choice

“Era pandemi bikin saya lumayan jungkir balik, karena kerja dari rumah itu bikin batasan antar peran jadi kabur. Kalau dulu, kita masih bisa pelan-pelan ganti role, misalnya setiapganti baju, dandan, berangkat ke kantor, barulah itu modenya “kerja”. Sekarang nggak seperti itu, setiap hari bahkan kita bisa kerja sambil pakai piyama dan urus anak.

Tantangan lainnya adalah masalah stigma tentang prioritas. Juggling menentukan prioritas secara profesional dan juga prioritas tentang keluarga. Seolah-olah harus memilih salah satu, kerja atau keluarga. Padahal saya merasa bisa sih memprioritaskan kerja sekaligus keluarga, keduanya sama-sama penting. Setiap hari saya berusaha agar keduanya selaras, tapi dengan pintar-pintar mengukur diri juga, supaya nggak ngoyo atau maksa, yang berujung saya nggak happy menjalaninya.

Cara mengatasinya, so far dengan bernegosiasi dengan anak dan juga delegasi ke support system. Saya juga punya area di rumah yang jadi tempat saya fokus bekerja dan anak perlu tahu kalau saya lagi di situ artinya sedang nggak bisa diganggu. Saya juga disiplin dalam membuat jadwal harian, baik untuk saya sendiri dan orang-orang di rumah. Harus banyak berdiskusi dengan suami dan memberi pengertian ke anak-anak juga.”

Baca juga: Hustle Culture Menjadi Penyebab Burnout, Ini Cara Mengatasinya!

Diajeng Larasati, Guru dan Content Creator

“Pastinya jadi working mom itu susah-susah gampang. Di satu sisi ingin support finansial keluarga, di sisi lain harus meninggalkan anak saat bekerja. Tapi, karena aku adalah seorang guru TK, jadi aku bisa bekerja sambil bawa anakku. Biasanya aku bekerja sambil bawa anakku sekolah, lalu setelah selesai aku mengerjakan pekerjaan rumah. Di tengah kesibukan, aku tetap harus sempatkan me-time, misalnya memasak, pakai makeup, atau skincare-an. Buka Twitter juga jadi hiburan banget, karena banyak hal yang lucu-lucu buat jadi mood booster dan aku pun sering dapat pekerjaan di Twitter.

Walaupun nggak mudah, aku bangga jadi working mom, karena aku bisa produktif menghasilkan uang sendiri sekaligus urus anak dan keluarga. Itu sekaligus memberi contoh ke anak perempuanku, bahwa perempuan juga bisa kerja dan mandiri.”

Baca juga: Women Can Do Anything! Ini Beragam Profesi Keren Perempuan di Drakor!

Nah, itulah sekelumit tantangan menjadi working mom dan cara mengatur waktunya. Saya sendiri juga kerap mengalami hal yang sama. Biasanya mencatat to-do-list di pagi hari sangat membantu, dan di tengah kesibukan, saya suka menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak, sesederhana ngobrol ringan bersama anak, membacakannya buku, membuat cemilan di dapur, menyiram tanaman, pesan minuman kesukaan, atau nonton Netflix sambil maskeran dan menyalakan scented candle. Kalau saya burnout dan memaksakan diri agar segalanya sempurna di satu hari, biasanya saya malah jadi “singa” yang jadi marah-marah ke anak sepanjang hari, jadi tentunya saya berupaya menghindari hal itu. 😀

Bagaimana dengan kamu? Seperti apa caramu mengatasi kewalahan sehari-hari sebagai working mom? Share ceritamu di kolom komentar ya!

 

Image: Freepik, dok. narasumber