banner-detik

lifestyle

Berani Speak Up, Ini Cerita Cowok yang Bagikan Pengalaman Depresinya di Media Sosial

seo-img-article

Simak perbincangan dengan content creator cowok yang berani untuk berbagi soal pengalaman depresi yang dialami, dan bisa jadi inspirasi untuk para cowok agar lebih berani menyuarakan tentang isu kesehatan mental!

Nggak mudah bagi cowok untuk membuka diri dan membahas soal kesehatan mentalnya. Tapi, cowok yang satu ini nggak malu untuk speak up ke lebih dari 20 ribu followers TikTok-nya tentang pengalaman harus mencari bantuan professional ketika mengalami depresi. Namanya Wiguna atau Guna, seorang pekerja yang juga menjadi seorang content creator di TikTok. Dalam kesempatan kali ini, Wiguna membagikan bagaimana dirinya berani terbuka soal depresi ke khalayak umum dan bisa dibilang adalah orang asing. Setelah berbincang dengannya, para cowok harus bisa mendengar ceritanya dan jadi lebih berani untuk speak up.

Baca juga: Alami Perang Batin Soal Percaya Diri, Ini Perspektif Cowok Gen Z Soal Insecurity!

Memutuskan untuk speak up di media sosial untuk meningkatkan awareness pada masyarakat pentingnya meminta bantuan

pengalaman depresi

Sehari-hari, Guna adalah pekerja kantoran. Harus menjalani load pekerjaan, atur-atur pengeluaran dan pemasukan, serta hangout bersama teman-temannya. Tapi, ia juga aktif membuat konten di TikTok yang membahas tentang personal finance serta lika-liku kehidupan sebagai seorang milenial. Salah satu videonya yang mendapatkan banyak engagement adalah cerita Guna yang speak up tentang pengalamannya untuk melawan depresi.

“Berangkat dari pengalaman pribadi, banyak stigma negatif untuk orang yang memiliki isu kesehatan mental, hingga ketakutan mencari pertolongan berakhir memperburuk kondisi mental,” kata Wiguna ketika gue tanya alasannya yang berakhir speak up tentang pengalamannya mencari bantuan kesehatan mental. Ia juga menambahkan bagaimana dirinya memiliki keinginan untuk bikin masyarakat yang memiliki pengalaman serupa jauh lebih berani. “Ingin coba speak up dan advocate, atau bahkan jadi ‘contoh’ di masyarakat bahwa saya individu yang menerima treatment untuk mental health” tambah Wiguna.

Keputusan dirinya untuk speak up tentang kondisi kesehatan mentalnya ke lebih dari 20 ribu followers-nya di TikTok sebenarnya nggak mudah sama sekali. Ia bilang ada banyak ketakutan yang menghantui sebelum ia mengunggah videonya, seperti rasa takut tentang bagaimana orang-orang akan melihat dirinya yang harus mengkonsumsi obat, dan adanya toxic masculinity di lingkungan tempat tinggalnya. “Saya takut pada myth tentang seorang yang memiliki isu kesehatan mental akan melekat kepada diri, diperparah dengan toxic masculinity yang ada di sekitar saya,” kata Wiguna. Namun, pada akhirnya ia tetap memilih untuk speak up dan membagikan ceritanya agar banyak orang di luar sana yang masih belum berani sepert dirinya, jadi memiliki semangat yang serupa.

Baca juga: Praktis! Cowok dengan Wajah Berminyak Wajib Coba 5 Sheet Mask Ini

Walaupun sulit, cowok juga harus berani untuk menyadari dan speak up soal apa yang dirasakan

pengalaman depresi

Wiguna adalah salah satu dari sedikit cowok yang terbuka untuk pergi ke seorang profesional ketika mereka merasakan masalah kesehatan mental. Perjalanan sampai akhirnya ia memutuskan untuk bertemu dengan seorang profesional kesehatan mental juga tidak mudah. Perlu berbagai riset, obrolan dengan survivor lain, sampai akhirnya ia memutuskan untuk berani mencari bantuan. “Tugas para profesional bukan untuk memperbaiki apapun pada diri kita, tugas tersebut fully menjadi responsibility kita sendiri. Mereka hanya bertugas menunjukan alternatif jalan ketika kita sudah terlalu lelah untuk dapat melihatnya” ujar Wiguna.

Untuk cowok, hambatan dari mencari bantuan profesional bertambah karena adanya toxic masculinity atau maskulinitas beracun yang sering kali jadi penghambat. Ketika ditanya salah satu penyebab utama stres sebagai cowok, Wiguna menjawab ekspektasi masyarakat yang terbentuk karena toxic masculinity. “Sejak kecil seorang laki-laki didik untuk menjadi kuat, tahan banting, tidak cengeng, atau bahkan dapat menahan rasa sakit,” ceritanya. “Sama seperti bagaimana hasil didik dan tuntutan gender dari lingkungan yang diterima, seorang lelaki juga menuntut dirinya hal yang sama, tidak kurang tidak lebih. Sehingga ketika laki-laki merasa tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut…dia akan menghukum dirinya sendiri.”

Baca juga: Ini Penyebab dan Ciri-Ciri Cowok yang Mengalami Kebotakan!

Proses agar lebih banyak cowok yang mau terbuka mengenai kesehatan mental memang nggak mudah dan nggak akan terjadi secara cepat. Diperlukan sebuah langkah awal secara perlahan yang bisa mendobrak sistem dan stigma negatif yang selama ini menempel pada mereka yang memutuskan untuk pergi ke psikolog atau psikiater untuk membantu dirinya masing-masing.

“Menurut saya untuk mau belajar, mengedukasi diri, terbuka, dan mendengarkan tanpa menghakimi orang (sesama cowok) yang memiliki keadaan mental sudah baik,” pesan Guna. “Perjalanan cowok untuk aware terhadap kesehatan mentalnya memang panjang, seperti 5 stages of grief deh, ketika akhirnya acceptance, mungkin akan mulai menerima dan tersadar sebenarnya kedamaian itu sendiri adalah ketika kita terlepas dari semua ‘tuntutan cowok’ yang ia buat sendiri, dan menjadi diri sendiri secara merdeka” tutup Wiguna di akhir perbincangan. Untuk para cowok yang mengalami hal serupa dan masih takut untuk speak up, lo lebih baik memberanikan diri dan mulai menolong diri sendiri melalui langkah kecil dengan cari bantuan profesional atau speak up kepada orang terdekat, ya.

 

Images: Dok. iStock

Slow Down

Please wait a moment to post another comment