ic-fd

Setiap Tempat Punya Cerita, Ini Sejarah Kain dari Berbagai Daerah di Indonesia

style
author

armeliafarah・03 Aug 2024

detail-thumb

Mulai tertarik untuk mengikuti gerakan berkain? Mari mengenal dulu beberapa jenis kain tradisional di Indonesia dan sejarah di baliknya!

Yup, saat ini banyak anak muda yang mulai melakukan gerakan berkain untuk membiasakan kembali penggunaan kain-kain tradisional. Biasanya kain yang dikenakan seringnya kain batik, padahal di Indonesia ada banyak jenis pilihan kain tradisional lainnya dari berbagai daerah, lho. 

Bukan hanya desain dan motifnya yang cantik, kain-kain khas Indonesia ini juga memiliki cerita di baliknya.  Untuk kamu yang mulai melakukan gerakan berkain dan ingin explore tentang kain tradisional lainnya, simak artikel ini ya!

Baca juga: Waspada, Girls! Ini Kebiasaan Buruk yang Bisa Menyebabkan Menopause Sebelum Usia 40-an

Tenun Siak – Riau

Mari mulai dengan Tenun Siak atau Kain Songket Siak yang berasal dari Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Ciri khas yang paling menonjol dan unik dari kain ini adalah benang sutra atau benang kapas yang ditenun berselingan menggunakan benang emas atau perak. Biasanya, motif yang terbentuk pada kain ini adalah tumbuhan dan hewan yang mengandung nilai keluhuran tentang keakraban dan kedamaian, lho. 

Nah, untuk sejarah tentang awal mula kain ini dimulai pada era kerajaan beberapa ratus tahun lalu. Berasal dari daratan Cina dan diperkenalkan oleh seorang pengrajin yang datang dari Kerajaan Terengganu Malaysia pada masa Kerajaan Siak, dulunya kain ini hanya bisa digunakan oleh para bangsawan seperti Sultan dan keluarga kerajaan saja. Itu karena kain ini melambangkan nilai sejarah yang tinggi dan kedudukan dari seseorang. Sehingga, pada masa kerajaan pengguna dari kain ini cukup sedikit dan hanya bisa terlihat di lingkup kerajaan saja.

Tais Pet – Maluku

Selain namanya yang unik, ternyata Tais Pet yang berasal dari Kepulauan Tanimbar di Maluku ini memiliki kisah yang sangat menarik juga karena kain ini ditenun secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Kaum perempuan di Tanimbar wajib bisa melakukan keterampilan menenun kain ini sebelum menikah. Untuk teknik dari penenunannya juga sangat unik karena teknik menenun Tais Pet awalnya dilakukan di atas selembar daun lontar yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari masyarakat sekitar. Saat kapas menjadi bahan baku kain, teknik anyaman ini bertransformasi menjadi teknik menenun kain yang kita kenal di masa kini. 

Hampir sama seperti Tenun Siak, Tais Pet juga pertama kali masuk ke Indonesia saat masa kerajaan, yaitu di masa Kerajaan Majapahit melalui jalur perdagangan kain sutra bangsa Tiongkok, lho. Walaupun masuk pada masa yang sama, Tais Pet memiliki lebih banyak fungsi; mulai dari penggunaannya untuk upacara adat perkawinan, pemujaan arwah leluhur, upacara kematian, dan banyak lagi. Itu karena kain ini diyakini sebagai objek pelengkap dalam sebuah ritual yang lagi dijalankan. Makanya, kain ini bisa digunakan oleh semua orang dan nggak memandang status masyarakat, sehingga banyak masyarakat Maluku yang menggunakan kain ini tanpa memiliki status sosial tertentu.

Baca juga: Mengenal Menopausal Acne, Jerawat yang Masih Timbul saat Sudah Menopause

Tenun Ikat Sumba – Nusa Tenggara Timur

sejarah kain

Selanjutnya ada Tenun Ikat Sumba dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Menenun kain dikenal menjadi mata pencaharian utama setelah bertani dan beternak di Sumba. Biasanya kegiatan membuat kain sangat lekat dengan para ibu dan tujuannya mengisi waktu di sela mengurus rumah tangga dan membantu suami yang bekerja di ladang. Tetapi, di Sumba juga terkenal ada pengrajin tenun sambilan yang berasal dari kaum bangsawan. Hasil tenunan dari pengrajin sambilan ini nggak dijual dan hanya disimpan untuk keperluan berbagai upacara adat. 

Tenun Ikat Sumba merupakan bagian dari kebudayaan megalitikum dan penggunaan dari kain ini bisa terlihat dalam upacara pemakaman kaum bangsawannya. Biasanya, ratusan kain akan digunakan sebagai penutup jenazah yang dimakamkan di bawah kubur batu yang memiliki ukuran besar.

Proses dari pembuatan kain ini menggunakan zat-zat pewarna alami, proses pembuatannya relatif rumit, dan memakan waktu yang lama, lho. Untuk pembuatan warna merah misalnya, dihasilkan dari akar mengkudu dan dicampur daun loba. Namun, di masa kini pembuatan dari Tenun Ikat Sumba juga sudah mulai diambil alih oleh kolektor tekstil dan didistribusikan di luar Sumba, karena peminat dari kain ini sudah semakin banyak! 

Kain Tenun Baduy – Banten

sejarah kain

Terakhir ada Kain Tenun Baduy dari Banten yang menjadi identitas dari nilai-nilai adat orang Baduy. Untuk bisa menghasilkan kain ini membutuhkan proses yang cukup lama, bahkan bisa sampai memakan waktu berbulan-bulan. Proses yang lama ini disebabkan oleh kerumitan dari motif kain yang dibuat.

Warna dan motif yang ada di Kain Tenun Baduy tini erinspirasi dari alam dan pembuatan dari kain ini juga nggak boleh menggunakan mesin jahit, melainkan menggunakan pemintal yang disebut dengan gedongan atau raraga. Unik, ya?

Sebenarnya, sejarah dari adanya kain ini bermula untuk memenuhi kebutuhan sandang dari masyarakat Baduy. Yang diperbolehkan untuk menenun kain juga hanya perempuan karena di Baduy kegiatan menenun menjadi sebuah bentuk disiplin yang diajarkan secara turun temurun oleh ibu kepada anak perempuan. Walaupun dibuat dalam waktu yang lama karena pembuatan motifnya, kamu masih bisa menemukan banyak Kain Tenun Baduy yang memiliki motif sederhana seperti geometris dan garis lurus juga, lho!

Baca juga: Bikin Kulit Berkerut dan Kendur, Ini 5 Penyebab Produksi Kolagen Berkurang di Usia 40-an!

Nah, itu dia empat kisah menarik dari kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Sebenarnya masih ada banyak lagi jenis kain beserta sejarahnya yang patut untuk diketahui, lho. Apakah kamu pernah memakai salah satu kain tradisional di atas? Atau ingin berbagi cerita tentang sejarah kain tradisional dari daerahmu? Bisa share di kolom komentar, ya! 

 

Images: Dok. Instagram/@remajanusantara_, Dok. Instagram/@indonesiago.id, Dok. Binus

Edited by Rahajeng Prandiena