ic-fd

Berawal dari Kekhawatiran akan Limbah Tekstil, Aryenda Atma Lahirkan Pable Indonesia

eco friendly
author

armeliafarah・18 Jul 2024

detail-thumb

Berawal dari melihat tumpukan limbah pakaian di sebuah warehouse, akhirnya Aryenda Atma mendirikan Pable Indonesia dengan tujuan bisa menyelamatkan lingkungan dari limbah tekstil.

Menjadi sebuah isu yang mulai diperhatikan oleh banyak orang, dampak dari limbah tekstil pada lingkungan memang cukup mengkhawatirkan. Belum lama ini, saya berkesempatan bertemu dengan seseorang yang berhasil menciptakan perubahan pada permasalahan limbah tekstil ini dan menggali beberapa insights menarik. Ingin tahu bagaimana dan sudah sampai mana saja perubahan yang ia bawa? Simak terus artikel ini ya!

Baca juga: Baru Launching! Ini 3 Beauty Product Terbaru yang Layak Dicoba!

Berawal dari rasa keterkejutan saat melihat tumpukan pakaian yang jadi ‘sampah’

limbah tekstil

Ternyata, Aryenda Atma yang merupakan CEO dari Pable Indonesia nggak memiliki background dalam dunia fashion. Ia merupakan seorang perempuan karier yang lebih banyak berkecimpung dalam dunia teknologi dan otomotif. Awal mula ia punya ide untuk mendirikan sebuah startup yang bisa menangani fenomena ini adalah dari ketidak sengajaan dirinya yang menemukan ruangan penuh dengan tumpukan limbah pakaian saat menemani temannya yang sedang mencari warehouse untuk sebuah bisnis.

“Tentu saja, sebagai orang awam yang nggak pernah berkecimpung di dunia fashion, aku berpikir kok bisa kekumpul sebanyak ini? Akan diapakan ini semua?” ujar perempuan yang biasa dipanggil Atma. Ia juga berusaha untuk bertanya kepada orang-orang sekitar yang ada di warehouse tentang nasib dari tumpukan pakaian ini. Akan dibuat apa nantinya? Sampai nggak ada satu orang yang bisa memberikan jawaban pasti kepadanya. “Bahkan, satpam yang ada di sana juga mengatakan bahwa itu hal lumrah dan memang nggak ada yang tahu itu akan diapakan. Hanya didiamkan saja seperti itu di dalam ruangan.”

Nggak menemukan jawaban yang membuat hatinya puas, Atma akhirnya mencari tahu mengenai limbah pakaian di internet. Sepanjang perjalanan pulang dari warehouse menuju penginapan, ia terus terfokuskan pada ponselnya. “Kejadian itu di tahun 2016 dan semakin aku mencari mengenai sampah pakaian yang menumpuk itu, semakin menyakitkan hati. Saat aku sudah pulang ke Jakarta, yang ada di pikiranku adalah aku harus apa dan apa yang bisa aku lakukan, karena kalau nggak melakukan sesuatu aku merasa bersalah.”

Baca juga: Skincare Routine Minimalis untuk Kulit Berjerawat. Jangan Skip Moisturizer!

Meninggalkan kariernya untuk membangun Pable Indonesia

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pable Indonesia (@pable.id)

Setelah dihantui banyak pertanyaan dan terus mencari tahu tentang limbah tekstil, akhirnya di tahun 2018 – 2019 Atma bersama dengan suaminya mulai menyusun strategi yang bisa dilakukan untuk bisa masuk ke dalam permasalahan ini dan jadi agen perubahan. Selang satu tahun setelah penyusunan rencana, di tahun 2020 akhirnya Atma dengan mantap meninggalkan dunia kariernya di Jakarta dan pindah ke Surabaya. Yup, kepindahannya ini bertujuan untuk membangun Pable. “Semuanya dimulai dari nol dan kita coba untuk connect dengan penenun yang ada di Jawa Timur.” ungkap Atma.

Terlepas dari awal yang mulus saat menyusun ide selama satu tahun, Pable harus merasakan dampak dari Covid-19 di tahun 2020. “Baru saja kita mulai, tiba-tiba Covid dan akhirnya kegiatan terhenti selama beberapa bulan. Tetapi ada yang aku syukuri juga di tahun itu” tawa Atma dan mengungkapkan bahwa selama masa pandemi Pable memang sempat mengalami dampaknya selama berbulan-bulan, namun di tahun itu juga Atma bersama dengan suaminya bisa melakukan perjalanan untuk menemukan penenun.

Memiliki tujuan untuk melestarikan penenun di desa-desa kecil

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pable Indonesia (@pable.id)

Setelah bertemu dengan penenun, ada rasa lega yang Atma rasakan saat melihat banyak sekali penenun yang berpotensi untuk bisa diajak kerjasama. Ia mengungkapkan rasa senangnya mendasar karena sesungguhnya Pable sudah berjalan, namun hanya sampai menjadikan limbah tekstil menjadi benang. “Kita hanya fokus dengan daur ulang limbah tekstil, kita urai jadi fiber, dari fiber kemudian dipintal jadi benang dan that’s it. Hanya sampai situ saja, konsepnya memang close loop.”

Namun, ada masalah baru, yaitu ternyata di desa yang ia temukan banyak penenun nggak memiliki penerus lagi. Usia produktif seorang penenun terhenti sampai kakek nenek yang sudah berkarya cukup lama dan para anak mudanya nggak memiliki keinginan untuk melanjutkan. Melihat permasalahan ini, rasa untuk menyelamatkan penenun dan melestarikannya akhirnya hadir dan Atma berusaha menjalin silaturahmi dengan para perangkat desa dan penenun untuk bisa mencapai tujuannya. Menjadikan limbah tekstil menjadi kain dan kesuksesan ini bisa kamu lihat di Instagram @pable.id, lho! Ada highlights dan postingan terkait bagaimana kerjasama Pable bersama para penenun dalam memproduksi kain!

Bekerjasama dengan Tuku menghadirkan dropbox pakaian bekas

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pable Indonesia (@pable.id)

Setelah mendengar cerita yang cukup panjang tentang perjalanan Pable, saya tertarik dengan salah satu program yang diadakan oleh Pable bersama Tuku. Kini kamu bisa menyalurkan pakaian bekas atau limbah pakaian di dropbox yang tersedia di outlet Tuku di Surabaya dan Jakarta. Rasa penasaran saya adalah apakah program ini akan di-expand lebih besar dan bekerjasama dengan lebih banyak brand?

Dropbox itu mulai ada di tahun 2021 dan ini cukup tricky. Soalnya, saya baru menyadari sejak adanya dropbox bahwa pakaian dari masyarakat kita terlalu diverse. Tujuan awalnya ingin pakaian bisa didaur ulang dan ditenun jadi kain, namun itu jadi sebuah tujuan yang sulit untuk diraih. Dengan jenis pakaian yang terlalu diverse, nggak semua benang bisa dijadikan kain. Namun, masih berguna juga karena bisa jadi fiber dan itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam hal seperti filler kasur, boneka, dan banyak lagi” jawab Atma.

Bagi Pable, dropbox masih challenging dan sebenarnya butuh bantuan dari masyarakat karena masih banyak yang kurang paham apa saja yang seharusnya ditaruh di dalam dropbox. Banyak yang menaruh tas, sejadah, sepatu, dan selimut. Hal ini bikin jadi salah satu hambatan dari dropbox, tapi nggak menutup kemungkinan untuk adanya ekspansi besar dari program ini.

Wah, semoga Pable bisa menanganinya dan bisa mengembangkan program ini jadi jauh lebih besar lagi, ya.

Baca juga: 8 Best Looks Selebriti Dunia di Wimbledon 2024 versi FD!

Oh iya, selain cerita inspiratif tadi, saat ini Pable Indonesia juga turut serta dalam kemitraan bersama dengan Global Green Growth Institute (GGGI), Bappenas, dan Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) dalam menjalankan program yang mendukung sektor tekstil di Indonesia bisa mengadopsi ekonomi sirkular! Keren, ya?

Nah, untuk kamu yang masih penasaran terkait Pable, bisa banget mengulik tentang mereka di official website pable.id.

 

Images: Dok. Instagram/@aryendaatma, Dok. Instagram/@pable.id

Edited by Rahajeng Prandiena