banner-detik

backstage beauty

Patriarki Masih Terasa Sangat Kental pada Film ‘Gadis Kretek’! Apakah saat Ini Keadaan Masih Sama?

seo-img-article

Memiliki jalan cerita yang memikat, series ‘Gadis Kretek’ berhasil membuat banyak orang jatuh cinta. Namun, selama menonton series ini saya merasa gundah dengan gambaran patriarki yang masih sangat kental, mengingat film berlatar di tahun 1964. Hampir 60 tahun sudah berlalu dan bagaimana posisi perempuan saat ini?

Sudahkah kamu menamatkan 5 episode dari series ‘Gadis Kretek’? Sebuah series original milik Netflix ini digarap oleh dua pasangan sutradara, Kamila Andini dan Ifa Isfansyah. Sejak perilisannya di tanggal 2 November 2023, series ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, mulai dari akting yang sangat memukau dari para aktor papan atas seperti Dian Sastrowardoyo sebagai Dasiyah atau Jeng Yah dan Ario Bayu sebagai Seoraja. Di samping kepiawaian para aktor yang menyihir melalui akting mereka, ada jalan cerita, sinematografi, properti pendukung dalam film yang juga terus menjadi pembahasan hangat dari para netizen. Melihat bagaimana media sosial jadi cukup ramai karena series ini, membuktikan bahwa series ‘Gadis Kretek’ berhasil meraih kesuksesannya dari awal penayangan.

Baca juga: Ini Dia Kisah di Balik Warna Kebaya Dian Sastrowardoyo di ‘Gadis Kretek’!

Berbicara mengenai kesuksesan, hadirnya series ‘Gadis Kretek’ nggak luput dari sederet nama perempuan yang ikut berkarya, mulai dari penulis buku ‘Gadis Kretek’ Ratih Kumala, Kamila Andini sebagai sutradara dan tentu saja para aktris yang berhasil menyampaikan emosi yang sangat terasa kepada para penonton di depan layar. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya perempuan lebih dari Masak, Macak, dan Manak, bukan? Yup, tiga hal di atas sempat disebutkan oleh Dasiyah pada episode dua di scene saat ia sedang belajar untuk menjahit dengan ibunya dan Rukayah.

Kalimat tersebut adalah bahasa Jawa yang memiliki arti memasak, berdandan, dan melahirkan anak. Mungkin, karena latar film ini menyoroti tahun 1964, di mana saat itu perempuan masih digambarkan sebagai seseorang yang harus di rumah dan hanya boleh mengerjakan pekerjaan ringan dan nggak bisa menyuarakan pendapat mereka.

Mari saya ingatkan pada episode pertama di scene pembuka saat Dasiyah muncul dengan narasi suaranya yang menyuarakan “Perempuan nggak boleh ada di ruang saus, perempuan hanya boleh melinting”. Di saat saya mendengar narasi itu, saya sempat mengerutkan dahi dan berpikir, kenapa begitu? Memangnya, ada apa dengan ruang saus? Kemudian, narasi ini diperjelas dengan salah satu karakter peracik saus kepercayaan Pak Idroes, yang tegas melarang perempuan untuk masuk ke dalam ruang saus. Menurutnya, saus yang diracik oleh perempuan akan terasa asam dan nggak layak untuk dikonsumsi. Itu karena, pada saat itu rokok dilabeli sebagai objek yang hanya dapat dikonsumsi dan diracik oleh laki-laki.

gadis kretek

Menit bergulir dan sampailah di scene saat Dasiyah ke pasar. Pada saat inilah seluruh mata yang ada di sana melirik dengan tatapan yang seakan-akan berbicara “Buat apa perempuan ada di sini?”, “Perempuan kok merokok”, dan celetukan “Tahu apa perempuan soal kretek”. Walaupun sering mendapatkan celetukan seperti itu, semangat yang dimiliki oleh Dasiyah nggak pernah hilang untuk mewujudkan ambisinya untuk menjadi seorang peracik saus handal dan menciptakan kretek terbaik, serta dapat memiliki kehidupan sesuai dengan kehendaknya.

Nah, itu dia sedikit kilas balik bagaimana ketimpangan antar gender di film ‘Gadis Kretek’. Dari series ini, tergambarkan bahwa hierarki laki-laki jauh lebih tinggi dari perempuan, serta minimnya kesempatan untuk perempuan dapat ‘merdeka’ dan memiliki kehidupan yang mereka inginkan. Lalu, hampir enam puluh tahun berlalu dari latar belakang dari film tersebut, apakah ada yang berubah dari kondisi yang menyoroti ketimpangan gender?

Global Gender Gap Report

Kesetaraan gender di masa kini sudah lebih mendapat perhatian, bahkan ada report khusus yang tertuang dalam Global Gender Gap Report, sebuah laporan khusus yang hadir melalui World Economic Forum (WEF). Laporan ini pertama kali dibuat pada tahun 2006 dengan mengukur kesetaraan gender melalui empat dimensi yaitu Partisipasi dan Peluang Ekonomi, Pencapaian Pendidikan, Kesehatan dan Kelangsungan Hidup, dan Pemberdayaan Politik. Untuk penilaiannya, dilakukan melalui score yang memiliki nilai paling tinggi adalah 1,0 yang artinya negara tersebut memiliki kesetaraan gender yang lebih baik dan score terendah adalah 0. Nah, report ini melaporkan hasil kajian pada 146 negara dan laporan ini juga terbagi dalam hasil penelitian yang mencakup global dan regional.

Baca juga: 3 Fakta Menarik Dasiyah yang Diperankan Dian Sastrowardoyo di ‘Gadis Kretek’!

Nah, agar pembahasan ini jadi nggak terlalu panjang, saya akan langsung membahas pada bagian Indonesia dan bila kamu tertarik untuk mengetahui score dan pembahasan negara lain, kamu bisa kunjungi website Global Gender Gap Report yang menyediakan informasi lengkap, ya.

Oke, mari kita kembali kepada pembahasan bagaimanakan kesetaraan gender di Indonesia. Dilansir melalui dokumen Global Gender Gap Report per bulan Juni 2023, Indonesia menempati peringkat 9 pada tingkat regional dan peringkat 87 pada tingkat global, dengan score 0.697. Selain menempati posisi 10 besar pada posisi regional, Indonesia juga termasuk dalam 15 negara dengan populasi terbanyak dan menempati posisi ke-4. Setiap tahunnya, score Indonesia mengalami kenaikan dalam perbaikan kesetaraan gender.

gadis kretek

Yup, perbaikan kesetaraan gender terlihat melalui laporan tahun ini. Indonesia berhasil meningkatkan presentase pada beberapa bagian dalam dimensi yang dikaji pada Global Gender Gap Report. Pada tahun ini, perempuan memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam dunia kerja dan presentase tahun ini naik menjadi 50%, yang menandakan bahwa saat ini perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam dunia kerja. Hal ini juga memengaruhi pendapatan dari perempuan yang bisa menunjang kehidupannya menjadi lebih baik. Kemudian, dalam ranah politik, perempuan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi di dalamnya dan tercatat 21,6% perempuan menjadi anggota parlemen dan 20,7% perempuan berkesempatan menjadi menteri.

Selanjutnya, Global Gender Gap Report juga mencatat kesempatan untuk perempuan mendapatkan pendidikan yang layak ada di angka 97,2% dan kesehatan dan kelangsungan hidup perempuan yang berada di angka 97%. Presentase ini sama dengan tahun lalu, menandakan bahwa saat ini Indonesia memberikan perempuan kesempatan yang sama kepada laki-laki untuk mengenyam pendidikan dan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Bagaimana, apakah report ini mencerminkan keadilan antara perempuan dan laki-laki di Indonesia?

Bagaimana posisi perempuan saat ini di lingkunganmu?

gadis kretek

Jika melihat kesetaraan gender melalui scoring pada Global Gender Gap Report, Indonesia tentu saja sudah mengalami perubahan setiap tahunnya. Ini juga menjadi tanda bahwa masyarakat di Indonesia sudah mulai menyadari pentingnya kesetaraan gender. Namun, scoring di atas masih dilihat melalui cakupan yang terhitung luas. Jadi, kalau dilihat secara mengerucut pada lingkungan di sekitarmu, apakah kamu merasakan perempuan mendapatkan kebebasannya?

Kalau di lingkungan saya tinggal yaitu Jakarta, terlihat dengan jelas bagaimana perempuan memiliki banyak kesempatan untuk bisa menunjukkan diri dan menjadi pemimpin. Salah satu hal yang saya lihat tentang bagaimana perempuan dapat menonjolkan diri dimulai saat saya masih kuliah. Kala itu, himpunan di jurusan saya memiliki lingkungan yang sangat supportive kepada perempuan yang ingin menyuarakan pendapatnya dan membuktikan bentuk support-nya melalui kesempatan yang diberikan kepada perempuan untuk menduduki jabatan sebagai ketua dan wakil himpunan selama tiga periode berturut-turut. Saat itu, saya menyadari bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin dan memberikan perubahan.

Baca juga: Ini Cerita di Balik Anyaman Rambut Khas Papua yang Melambangkan Kecantikan!

Lalu, saya semakin tersadarkan saat saya mulai masuk ke dalam dunia kerja. Di masa ini, saya bertemu dengan banyak sekali perempuan inspiratif yang berani membawa perubahan dan menghadirkan medium untuk sesama perempuan menyuarakan pendapat mereka dan berkreasi. Maka dari itu di usia 23 tahun, saya merasa bahwa hidup di kota besar seperti Jakarta sebagai seorang perempuan yang memiliki mimpi untuk diwujudkan, nggak menjadi sesuatu yang menyeramkan dan menghalangimu untuk mencapai seluruh mimpi. Yup, benar bahwa di Ibu Kota banyak kesempatan untuk meraih mimpi dan gender nggak lagi menjadi sebuah permasalahan. Hal ini menjadi sebuah pembuktian dari scoring dari Global Gender Gap Report.

Namun, ini adalah pandangan dari saya mengenai posisi perempuan saat ini, berdasarkan lingkungan saya tumbuh di Jakarta. Pastinya, lingkungan saya ini berbeda dengan lingkungan lainnya di luar Jakarta. Apakah kamu merasakan perempuan sudah memiliki kebebasan dan kesetaraan dalam kehidupan sosial di lingkunganmu? Lalu, menurutmu masih adakah patriarki dari film ‘Gadis Kretek’ yang berlatar di tahun 1964 ini hadir di masa kini? Kemudian, apakah data seperti Global Gender Gap Report efektif dan diperlukan? Share pendapatmu di kolom komentar, ya!

 

Images: Dok. Global Gender Gap Report, Dok. Instagram/@netflixid

Slow Down

Please wait a moment to post another comment