Di kancah global, sudah mulai bermunculan lini menopausal skincare khusus bagi perempuan yang sudah menopause. Apakah ini merupakan taktik industri yang perlu dihindari, atau justru jawaban bagi mereka yang sedang mencari?
Beberapa tahun belakangan, mulai muncul banyak lini skincare yang diperuntukkan khusus untuk perempuan yang sudah mengalami masa menopause yang ditandai dengan berakhirnya siklus menstruasi. Sebut saja perusahaan ritel multinasional Marks & Spencer yang berkolaborasi dengan PRAI dalam merilis koleksi MenoGlow.
Baca juga: Kupas Tuntas Soal Menopause dengan Ahlinya! Apa yang Harus Dipersiapkan?
Melalui keterangan produk di website-nya, koleksi MenoGlow ditujukan bukan hanya bagi perempuan yang sudah menopause, namun juga bagi mereka yang tengah mengalami masa transisi menuju menopause atau yang sering disebut dengan perimenopause.
Secara garis besar, produk-produknya menekankan di hidrasi kulit, produksi kolagen, dan membantu mengatasi kemerahan atau rasa panas di wajah, alias semua concern kulit yang mulai muncul ketika sedang berada di masa perimenopause maupun menopause. Pertanyaannya, apakah menopausal skincare ini benar-benar dibutuhkan dan mampu menjawab permasalahan kulit yang muncul setelah menopause, atau hanyalah merupakan gimmick pemasaran dari industri kecantikan belaka?
Sebelum mengetahui signifikansi menopausal skincare, mari kita sedikit membahas soal menopause itu sendiri. Menopause merupakan periode ketika masa menstruasi perempuan berakhir, terhitung 12 bulan berturut-turut setelah menstruasi terakhir karena menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron yang memengaruhi pelepasan sel telur.
Kondisi ini merupakan siklus alamiah yang dialami semua perempuan pemilik ovarium di seluruh dunia pada rentang usia 40 atau 50-an. Menurut North American Menopause Society, lebih dari satu miliar perempuan di dunia akan berada di tahap post-menopause atau resmi tidak lagi mengalami menstruasi pada 2025. Artinya, menopause merupakan kondisi yang universal dan banyak dialami oleh perempuan, sehingga tidak heran pemain industri mulai melirik demografi ini.
Selain karena perubahan hormon, pendiri Codex Beauty Labs Barbara Paldus mengatakan bahwa semakin kita bertambah usia, akan semakin banyak inflamasi yang muncul dari berbagai hal yang terpapar ke kulit kita. Misalnya polusi, sinar UV dari matahari, stress, pengaruh pola makan yang kurang sehat serta kurang tidur yang juga berpengaruh ke kulit.
Tidak heran, pada usia-usia perimenopause maupun menopause, kulit biasanya menjadi lebih kering, lebih sensitif terhadap sinar matahari, kemerahan, bahkan muncul jerawat. Tapi apakah menopausal skincare jadi satu-satunya jawaban untuk menangani kondisi kulit yang berubah akibat menopause?
Di satu sisi, dengan adanya lini khusus produk perawatan kulit yang dengan terang-terangan menyebut bahwa produk mereka dibuat untuk mengakomodir kebutuhan perempuan yang telah menopause dapat membuat demografi ini merasa dilihat, didengar, dan dimengerti oleh industri. Kebutuhan sampai membuat suatu produk khusus dapat memvalidasi perubahan kulit yang dirasakan oleh perempuan dalam masa peri maupun post-menopause, dan menanamkan bahwa mereka tidak sendiri dalam menavigasi perubahan kondisi kulit akibat menopause.
Namun di sisi lain, label menopausal skincare juga dapat menyiratkan bahwa lini produk tersebut merupakan produk paling tepat bagi perempuan post-menopause. Formulasinya mungkin memang ditujukan spesifik untuk kulit post-menopause, tapi bagaimana kalau produk khusus menopause ini masih sulit diakses? Misalnya harganya relatif cukup mahal atau harus beli di luar negeri. Ada potensi menimbulkan rasa tidak tenang bagi perempuan post-menopause sebelum bisa memiliki produk-produk khusus menopause tersebut.
Padahal, seperti pemakaian skincare lainnya, ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap efektivitas suatu produk. Mulai dari tingkat kecocokan, skincare lain yang dipakai bersamaan, atau gaya hidup. Bagi mereka yang sudah terbiasa membaca label ingredients skincare dan cukup mengerti kandungan-kandungan yang ampuh untuk menghidrasi kulit dan membantu stimulasi produksi kolagen misalnya, cukup diuntungkan karena dapat membedakan produk yang cocok bagi kulit post-menopause meski tanpa embel-embel menopausal skincare.
Untuk yang belum terpapar dengan pengetahuan akan ingredients skincare sedalam itu, tentu dapat mengambil manfaat dari pencantuman kata menopausal skincare, anti-aging skincare, dan lain sebagainya. Namun alangkah baiknya jika kita dapat lebih skeptis terhadap klaim yang dibuat para pemain industri.
Sama seperti klaim bebas paraben yang dapat menyiratkan bahwa paraben itu berbahaya padahal belum tentu demikian, klaim menopausal skincare juga dapat menjadi misleading. Mumpung informasi sudah lebih mudah diakses berkat internet, yuk kita luangkan waktu lebih banyak lagi untuk melakukan riset sebelum membeli atau memakai produk, apalagi untuk fase hidup yang cukup drastis seperti menopause.
Images: Dok. Marks & Spencer, Dok. Freepik, Dok. Pexels