banner-detik

backstage beauty

Fast Beauty, Fenomena yang Tidak Kalah Mengkhawatirkan Saat Ini

seo-img-article

Saya termasuk salah satu penganut prinsip “we can never have too much lipstick”, sampai saya dengar soal fenomena fast beauty dan dampaknya bagi diri, kualitas produk, dan lingkungan.

Industri kecantikan lokal sedang dalam masa jaya-jayanya, dan hal ini tentu pantas dirayakan. Tidak hanya didominasi oleh brand-brand besar semata, pemain-pemain baru kerap bermunculan, ditambah lagi banyaknya rilisan produk yang muncul ke pasaran. Coba perhatikan, rasanya hampir setiap akhir bulan mendekati tanggal gajian, pasti ada brand lokal yang mengumumkan keluaran produk terbarunya. BPOM pun mencatat kenaikan rilisan produk skincare di tahun 2021 yang meningkat sebanyak 85% dibandingkan tahun 2020.

Baca juga: Mengenal Cannabis Sativa, Ingredients yang Bisa Bantu Atasi Jerawat

fast beauty

Meski terlihat seperti kemajuan atau bahkan kemenangan bagi industri kecantikan lokal dan perekonomian, ada hal mengkhawatirkan yang mengintip di balik fenomena ini. Kalau fast fashion sudah jadi ‘musuh bersama’ sejak lama, perkenalkan, ada fast beauty yang mengantre menyusul fenomena fast fashion yang punya reputasi dan dampak buruk bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam produksinya.

Tidak hanya berdampak bagi lingkungan

fast beauty

Secara esensi, fast beauty sama seperti fast fashion, menggarisbawahi siklus produksi yang kelewat cepat demi memenuhi permintaan konsumen. Seringkali, praktik-praktik tidak etis jadi salah satu jalan pintas yang diambil agar dapat meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Sebut saja penggunaan ingredients yang lebih murah dan lebih mudah diformulasi, namun lebih berbahaya bagi lingkungan seperti minyak kelapa sawit, produk yang berasal dari hewan, dan zat-zat lainnya. Tidak menutup kemungkinan juga, pemberlakuan jam kerja tidak wajar yang mengeksploitasi pekerja. Belum lagi soal sampah yang dihasilkan.

Kalau kamu berpikir dampaknya tidak secara langsung bersinggungan dengan kita sebagai konsumen, tunggu dulu. Kecepatan mengeluarkan produk ini dapat berpengaruh terhadap kualitas penurunan produk juga. Meski tidak ada jaminan bahwa lamanya formulasi produk berbanding lurus dengan kualitas, produksi yang tidak terburu-buru punya kesempatan untuk melalui sekian banyak proses sampling dan testing sehingga menghasilkan produk yang lebih aman dengan hasil yang nyata.

Baca juga: Kenapa 5 Brand Ini Dianggap Keren Oleh Para Gen Z?

What can we do about it?

fast beauty

Lantas bagaimana kita sebagai konsumen perlu menanggapi fenomena fast beauty ini? Bukankah kondisi ini menjadi tanggung jawab brand sebagai penghasil produk? Eits, kita sebagai konsumen punya power yang juga membantu menentukan arah gerak industri lho. Bagaimanapun, keputusan brand-brand kecantikan baik lokal maupun global untuk merilis banyak sekali produk akan berlandaskan respon konsumen di rilis-rilis sebelumnya. Respon yang baik memampukan brand untuk menyiapkan modal bagi keluaran produk berikutnya, juga menggambarkan konsumen yang siap menerima produk-produk baru tersebut.

Baca juga: Ini Alasan Kenapa Harus Pakai Sunscreen Sebanyak Dua Jari!

Perlu kita ingat bersama, produk-produk kecantikan punya shelf life-nya masing-masing, atau umur penyimpanan sebelum produk tersebut mengalami perubahan baik dari segi warna, tekstur, maupun khasiat. Shelf life tersebut seringkali juga tidak terlalu lama, rata-rata berkisar antara 6 hingga 12 bulan. Pertanyaannya, apakah kamu dapat menghabiskan 6 moisturizer sekaligus dalam waktu 6 bulan misalnya? Kalau jawabannya tidak, produk-produk tersebut akan berakhir di tempat sampah. Lagipula, kulit kita juga butuh waktu penyesuaian sampai produk yang kita pakai benar-benar terasa dan terlihat manfaatnya.

Kemungkinan lainnya, buat kamu yang sayang membuang-buang produk akan memakai suatu produk lebih lama dari yang disarankan dengan risiko yang mungkin terjadi bagi kulit. Bukan solusi yang bijak dilakukan meski memang kamu jadi tidak buang-buang produk. Bukankah tujuan utama kita memakai skincare, makeup, haircare dan bodycare adalah merawat dan mempercantik diri, bukan sebaliknya?

Kata ‘fast’ yang ada pada fast fashion atau fast beauty bukan hanya bicara soal durasi yang diperlukan dalam memproduksi dan merilis produk, tapi juga berlaku pada proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli suatu produk. Potongan harga tentu menggiurkan, tetapi layaknya hal lain dalam hidup, keputusan yang dipikirkan matang-matang secara sadar penuh akan menghasilkan keputusan yang lebih tepat sesuai kebutuhan kita. Dua pertanyaan simpel seperti “apakah saya bisa pakai produk ini sampai habis?” dan “apakah saya benar-benar butuh produk ini?” niscaya akan berdampak untuk mencegah perkembangan fast beauty.

Let’s be more mindful of our consumption and in any other things in life!

 

 

 

 

 

 

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment