Pernahkah seseorang berkata padamu “Dandannya rapi banget, mau ketemu siapa?” atau “Jangan pakai lipstik ungu, warna janda!”
Kalau kamu pernah mendengar atau bahkan seseorang pernah mengatakannya padamu, well, tandanya bias di balik makeup dan warna pada perempuan, memang nyata terjadi. Sekalipun inklusivitas dalam penggunaan makeup, skincare, atau industri beauty sekalipun sudah lebih baik dari sebelumnya, bias negatif di balik makeup dan warnanya masih menjadi isu yang jarang dibicarakan. Why?
Baca juga: Apakah Casting Blasteran di Film Indonesia Memicu Standar Kecantikan yang Toxic?
Agak berbeda dengan narasi soal makeup yang eksklusif untuk perempuan, bias yang ingin saya bahas adalah stereotipe negatif dari makeup dan warna makeup yang juga melekat pada perempuan. Contohnya seperti kalimat-kalimat tadi—menyiratkan ketika perempuan berdandan dan tampil rapi tujuannya melulu untuk menyenangkan orang lain atau warna ungu yang diasosiasikan dengan janda meski tidak ada hubungannya sama sekali.
Bias-bias ini, disadari atau tidak, ‘mengontrol’ bagaimana cara perempuan berlaku di depan publik, atau dirinya sendiri; enggan mengenakan makeup tebal karena takut dianggap ‘cari perhatian’, menggunakan warna-warna lembut agar tidak dianggap terlalu mengintimidasi, dan lain sebagainya.
“Tapi kan itu preferensi? Warna-warna bold atau ungu memang nyatanya punya logika warna yang bisa mempengaruhi psikologi, kok!” Well, this is honestly a lot more than just ‘preferences’ or ‘choices’, I’ll tell you why.
Namun sebelumnya, saya ingin tahu nih, kenapa kamu menggunakan makeup? Apa arti makeup untukmu? Beberapa mungkin menjawab agar terlihat rapi atau proper, agar terlihat berbeda, untuk menutupi bekas jerawat, atau bahkan nggak tahu sama sekali kenapa. Berdasarkan riset, ada dua alasan utama kenapa perempuan mengenakan makeup adalah kamuflase dan seduksi.
Maksud dari kamuflase sendiri adalah, perempuan cenderung merasa insecure soal penampilannya sehingga ‘berkamuflase’ agar tidak terlihat mencolok dan tetap relevan. Sebaliknya, di sisi yang lain, perempuan juga ingin diperhatikan melalui penggunaan makeup sehingga terlihat lebih percaya diri dan sociable. Dua alasan ini, sebenarnya mengindikasikan satu faktor utama; kepercayaan diri. Yup, kebanyakan perempuan, baik yang terlihat paling kalem atau paling berani sekalipun, merasa tidak begitu percaya diri sehingga begitu fokus memikirkan penampilan dan bagaimana orang lain melihatnya.
Baca juga: Masih Relevankah Cantik Itu Putih?
Bias-bias dan stereotipe ini sebenarnya adalah hasil dari konstruksi sosial yang hidup bersama kita, membuat kita merasa harus melakukan sesuatu tapi nggak tahu kenapa atau dikontrol siapa. Inilah masalah yang seharusnya dipikirkan lebih lanjut, dan ini jauh lebih kompleks dari sekadar permasalahan preferensi atau pilihan—karena kamu juga tidak sadar kenapa kamu memilih itu.
Kontrol dan konstruksi sosial ini bisa kita lihat di televisi, media sosial, iklan-iklan kecantikan, atau bahkan dari obrolan-obrolan ringan dengan teman atau keluarga yang seolah memiliki standar atau visi tertentu soal “bagaimana seharusnya perempuan terlihat dan berperilaku”. Makanya, tanpa sadar kita merasa perlu memperhatikan penampilan atau merasa ada yang salah atau kurang dari penampilan kita, and it makes us feel bad of our own selves.
Baca juga: Rekomendasi Film Tentang Perempuan untuk Merayakan Women’s Day!
Bukan berarti merawat diri atau memperhatikan penampilan itu salah, tapi kamu juga harus tahu dan mengerti betul kenapa kamu melakukannya. Kalau menggunakan makeup membuatmu lebih percaya diri, do it. Kalau makeup menjadi playground dan memberi makna untuk diri kamu, do it. Kalau makeup justru membuatmu menjadi orang lain dan nggak nyaman, don’t do it. Do it because you wanted to, not because what people told you to. You, are the ruler of your true self, you did it for yourself, and you knew why very well.
Baca juga: Kenapa Cewek Harus Dandan untuk Diri Sendiri, Bukan untuk Cowok?
Ketika tahu betul kamu menggunakan makeup untuk apa dan siapa, menggunakan makeup atau tidak menjadi hal yang tidak akan membuatmu frustasi. Artinya, kepercayaan diri bukan berasal dari makeup atau warna-warna tertentu, sebaliknya, ketika kamu mengenal diri sendiri, kamu akan merasa jauh lebih percaya diri atas pilihan-pilihanmu.
Kesimpulannya, you are not defined by how you look or what colors you choose, you are so much more than those. Nggak perlu bingung atau khawatir memilih warna lip cream karena pendapat orang, entah itu warna nude, ungu, merah, atau warna paling mencolok sekalipun, kamu boleh menggunakannya karena kamu mau. Bahkan makeup bisa menjadi senjata yang memecah bias soal makeup sendiri!
Other than that, bukan berarti kamu boleh berlaku sesukanya soal kesukaan dan preferensi hingga berlaku tidak sopan atau menyakiti hati orang lain, ya. Memahami dan melakukan sesuatu untuk diri sendiri itu penting, tapi etika dan kebebasan berekspresi juga dibatasi oleh kebebasan orang lain. Karena itu, be mindful of what you are doing and saying, and be kind always!
That’s all for today’s topic, cheers to every beautiful woman with every hopeful future year ahead, Selamat merayakan bulan Maret, bulannya International Women’s Day!
Images: freepik.com