makeup
08 Mar 2020
Kenapa Cewek Harus Dandan untuk Diri Sendiri, Bukan untuk Cowok?
Saya yakin, cewek-cewek pembaca Female Daily sangat menyenangi beauty, selalu tertarik dengan skincare dan makeup. Kamu adalah salah satunya, kan? Tapi, benarkah kamu melakukannya untuk diri sendiri, bukan untuk cowok atau mengesankan orang lain?
Dunia beauty memang nggak ada habisnya. Nggak heran kalau cewek selalu punya banyak “mainan” baru untuk dieksplor dan diburu. Meja riasnya berisi barisan lipstik dan produk skincare, belum lagi ditambah hair styling tools, dan juga body care. Apalagi sekarang ini awareness tentang pentingnya penggunaan skincare semakin meningkat, dan banyak yang sudah lebih menghargai gaya makeup yang inclusive dan personal, nggak cuma berkiblat ke tren. Sehingga penggunaan makeup dan skincare itu sendiri jadi semakin luas, nggak terbatas.
Tapi, pernahkah kamu menyadari pentingnya melakukan itu semua untuk diri sendiri? Kalau kamu sudah menyadarinya atau selama ini memang berdandan untuk kepuasan diri, itu bagus! Kalau belum, it’s okay. Mungkin kamu belum menyadari secara penuh, bahwa cewek adalah makhluk yang lebih detil dan kompleks daripada cowok, sehingga kita nggak perlu berharap cowok akan paham, tertarik, atau terpuaskan dengan konsep “dandan” kita.
Cukup sulit untuk membuat cowok paham effort kita saat dandan, atau kenapa cewek harus punya sederet skincare, karena cara pikirnya saja sudah berbeda. Mereka adalah makhluk yang jauh lebih simpel. 😀 Untuk menghindari ekspektasi yang patah karena terlalu banyak melakukan sesuatu untuk orang lain, kita memang sebaiknya mulai dari diri sendiri, melakukan hal-hal terkait beauty karena ingin menyenangkan diri sendiri, bukan orang lain.
Jadi, kenapa kita harus dandan untuk diri sendiri, bukan untuk cowok? Tanpa bermaksud membanding-bandingkan atau mendiskriminasi, menurut saya, berikut ini alasannya:
1. Cowok tidak paham perbedaan shades
Bagi cowok, merah ya hanya satu, pink juga. Mereka nggak mengerti kalau shades lipstik ada banyaaaak banget! Apa itu bluish red, orange red, terracotta, magenta, nudish pink, peachy pink, mauve? Yang mereka tahu, lipstik ada yang terlihat terang di bibir, dan ada pula yang natural. Itu saja. Jadi, kenapa juga kamu harus berharap bahwa warna lipstikmu hari ini akan memikat sang gebetan atau membuat kekasih takjub dan terpana?
Kamu nggak perlu minta pendapat pacar atau suami saat kamu lagi beli lipstik, pilih saja yang kamu suka dan bikin kamu merasa nyaman. Go ahead! 😀
Baca juga: Lipstik Affordable Favorit FD Editorial Bulan Ini
2. Yang cowok mengerti adalah “berlebihan” atau “tidak berlebihan”
Siapa sih yang nggak pengen tampil cantik, segar, punya kulit glowing, dan all set saat bangun tidur? Konsep “i woke up like this” mungkin terdengar gampang saja, kalau kamu adalah Olivia Palermo, Barbara Palvin, atau Jennie Blackpink. Tapi buat kita, the ordinary people, tentu semuanya butuh upaya lebih. Hehehe.
Gimana caranya supaya kulit sehat dan nggak kering saat bangun tidur? Rajin pakai skincare setiap hari. Tapi skincare saja nggak cukup. Gimana caranya supaya complexion tetap mulus dan segar, wajah nggak terlihat pucat? No-makeup makeup! Pakai blush tapi nggak terlalu banyak, bulu mata dijepit dan dibubuhkan maskara tanpa terlalu tebal, lipstik pakai yang segar tapi juga bukan nude yang pucat, pilih eyeshadow yang warnanya earthy tone, blending-nya yang rapi, senatural mungkin. “Ukuran-ukuran” ini hanya sesama cewek yang mengerti.
Bagi cowok, kamu terlihat natural dan berseri, tapi sebenarnya, di balik itu kamu melakukan banyak step untuk menciptakan no-makeup makeup. It’s okay, kamu nggak harus menjelaskan atau membuat cowok-cowok mengerti ritual makeup kamu sehari-hari. Yang mereka paham adalah perempuan bisa tampil “berlebihan” atau “tidak berlebihan”. Dan ini, seharusnya tidak perlu kamu pusingkan.
Saya rasa, mengetahui kapan harus pakai skincare dan kapan tidak, kapan harus berdandan bold dan tidak, itu sudah harus jadi basic skill para perempuan. Kita yang pilih sesuai occasion, kita yang harus bisa bagi waktu dan keuangan, kita yang bisa menentukan yang kita pakai itu “cukup” atau “tidak cukup”. Kalau kebutuhan self-care saja dianggap mengintimidasi, gimana kita bisa melakukan hal lain yang lebih berani?
Baca juga: Najwa Shihab: Indonesia Butuh Anak Muda!
3. Merawat diri adalah bagian dari bersyukur
Saya sering sekali menemukan cuitan offensive dari para cowok di Twitter, yang isinya adalah tentang pendapat mereka seputar “cewek yang nggak dandan itu gue banget”, “cewek yang skincare-nya cuma air wudhu itu bikin sayang banget”, dan sebagainya. Sedihnya, retweet dan like-nya ada ribuan. Mungkin itu jokes, tapi bagi saya, jokes yang kurang seru dan lame. Melaksanakan kewajiban beribadah is one thing. Merawat diri is another thing. Itu tidak bisa dicampuradukkan. Logikanya, air saja kan tidak cukup, itulah kenapa kita butuh sabun untuk mandi, butuh sunscreen untuk berlindung dari sinar UV, butuh active ingredients untuk eksfoliasi, dan sebagainya.
Betul, bahwa dengan rutin beribadah kita bisa tampil lebih bersih, lebih tenang. Tapi perempuan tetap butuh skincare untuk menjaga kesehatan kulitnya, butuh makeup untuk tampil segar atau representatif, butuh olahraga supaya tetap bugar, butuh bersosialisasi karena itu adalah kebutuhan dasar manusia, tetap butuh membaca untuk melengkapi wawasannya. “Cantik” butuh upaya, dan cantik punya definisi yang amat luas, bukan sekadar beragama, bukan sekadar paras. Menjadi sosok perempuan yang punya paket lengkap, tentu tidak mudah. Menjadi seorang perempuan sudah ada banyak sekali tantangannya. Lebih susah lagi kalau harus terus dapat stigma dari sekitar, saat memilih untuk berdandan dan merawat diri.
Padahal, bagi saya, dandan dan perawatan ini justru bagian dari bersyukur dengan tubuh, wajah, rambut, segala organ pemberian Tuhan. Kalau kita merawat tubuh, menjaga kelembutan kulit dan dandan untuk diri sendiri, biasanya kita akan lebih nyaman dengan diri sendiri dan lebih percaya diri. Pujian dari orang lain, kesan baik di mata orang lain, atau ada orang lain yang terinspirasi? Itu hanya bonus.
Baca juga: Ngobrolin Seputar Skincare Muslim-Friendly dengan Kinanti Ambar dari Kinan’s Review
4. Berdandan bagian dari self-love
Kamu tampil polos dan mengantuk sehingga nggak maksimal saat meeting atau presentasi? Padahal ada concealer buat menyamarkan kantung mata, lipstik biar lebih segar, dan eyeliner biar mata nggak kelihatan sayu, yang semuanya bisa boost kepercayaan diri kamu. Kamu tampil dengan rambut awut-awutan setiap hari sampai stres karena selalu bad hair day? Padahal ada conditioner dan berbagai jenis hair serum yang bisa menjinakkan rambutmu supaya lebih lembut dan mudah diatur. Kamu pusing dengan tumpukan tugas rumah, sekolah, dan kantor sampai nggak bisa mikir jernih? Padahal bisa kabur sebentar untuk creambath atau pijat di salon yang bikin lebih rileks dan bantu meningkatkan serotonin, si happy hormone. Kamu terus-menerus meratapi bajumu yang sudah nggak muat? Padahal kamu bisa mengatur pola makan dan berolahraga. Kalau kamu bugar, orang pertama yang senang adalah kamu!
Dandan dan merawat diri adalah untuk kebaikan kita sendiri, bagian kecil dari mencintai diri sendiri. Orang lain bisa berkata apa saja, komentar apa saja. Mereka bisa bilang hal-hal yang menyenangkan kita atau menjatuhkan kita. Tapi apa yang kita “katakan” dan pikirkan tentang diri sendiri, sebaiknya tidak selalu negatif, karena itu akan berpengaruh pada kondisi kita sehari-hari. Kalau kita selalu menilai diri sendiri buruk, bagaimana kita bisa bertindak positif dan menangkap kebaikan-kebaikan di sekitar kita?
Baca juga: Bincang Tentang Kesehatan Mental Bareng dr.Jiemi Ardian
5. We can’t please everyone
Seperti yang sudah saya sampaikan di poin 4, orang lain bisa berkata apa saja. Kita nggak bisa kontrol apa yang dilakukan orang lain, tapi kita bisa kontrol yang kita lakukan. Nggak semua orang bisa suka dengan kita, wajar sekali kalau ada yang tidak suka atau tidak sependapat. Tapi, kita harus suka dengan diri kita sendiri kan? Makanya, ini adalah alasan valid kenapa kita harus dandan demi kenyamanan diri sendiri, bukan mati-matian agar orang lain terkesan.
Hmmm.. apakah kamu setuju dengan poin-poin di atas? Yuk, tuliskan cerita atau pengalamanmu dan kita ngobrol di kolom comment! Happy International Women’s Day!
Foto: Freepik.com