banner-detik

backstage beauty

Sudah Cukup Inklusifkah Beauty Industry Kita?

seo-img-article

Pembahasan mengenai inklusivitas rasanya tidak pernah jauh dari keberagaman. Lantas, apakah keberagaman produk pasti menandakan industri kecantikan yang inklusif?

 

Pada tingkat global, inklusivitas dalam beauty industry mulai menjadi topik hangat sejak Rihanna meluncurkan Fenty Beauty yang menghadirkan Pro Filt’r Soft Matte Longwear Foundation dengan 40 pilihan warna pada tahun 2017. Semasa itu, dua belas pilihan warna foundation saja sudah dianggap mencukupi kebutuhan beauty enthusiast (meskipun pada kenyataannya tidak mampu mencakup semua skintone), sehingga 40 pilihan warna foundation adalah pencapaian yang fantastis. Dalam pemasarannya pun Fenty Beauty menampilkan model dari berbagai etnis dan mayoritas merupakan people of color – suatu inovasi baru lainnya.

Baca juga: Haruskah Brand Beauty Inklusif?

Inclusive beauty dan hubungannya dengan “The Fenty Effect”

FENTY BEAUTY EAZE DROP BLURRING SKIN TINT inklusif

Apa yang Rihanna lakukan dengan Fenty Beauty berhasil mengguncang beauty industry. Para beauty enthusiast, terutama dari kalangan people of color, tersadar bahwa keberagaman produk memberikan fleksibilitas bagi mereka untuk menemukan pilihan warna yang benar-benar sesuai dengan skintone dan undertone mereka, adalah sesuatu yang long-deserved. Sementara itu, beauty brands disadarkan akan pentingnya representasi bagi konsumen mereka, termasuk konsumen dengan skintone yang yang traditionally hard-to-match.

Alhasil, tidak lama setelah peluncuran Fenty Beauty, beberapa beauty brand kenamaan turut meluncurkan foundation dengan 40 pilihan warna dan model yang lebih mereperesentasikan beragam etnis. Kini, berbagai beauty brand telah memiliki 50, bahkan 60, pilihan warna foundation yang tersedia di pasaran. Fenty Beauty sendiri pada tahun 2019 menambahkan sepuluh pilihan warna foundation baru sehingga totalnya menjadi 50.

inklusif

Lantas, apakah inklusivitas dalam beauty industry hanya sebatas keberagaman pilihan warna foundation dan keberagaman etnis modelnya?

Inklusivitas secara harfiah berarti ketercakupan, sehingga menciptakan suatu hal yang inklusif berarti menciptakan sesuatu yang tersedia untuk semua kalangan, tanpa memandang kondisi fisik, etnis, usia, agama/kepercayaan, serta identitas gender. Inilah yang membuat inklusivitas kerap bersanding dengan keberagaman, karena sesuatu yang inklusif haruslah beragam. Namun, sejatinya inklusivitas tidak berhenti sampai di situ saja.

Beauty inclusivity di Indonesia

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Skin Game (@skingameofficial)

Di Indonesia, berbagai beauty brand lokal mendorong inklusivitas melalui berbagai inisiatif, mulai dari kemunculan gender-neutral beauty brand seperti Haum hingga foundation dengan 20 pilihan warna dari Make Over. Penggunaan talent oleh beauty brand lokal pun kini lebih beragam, mulai dari talent perempuan yang mendobrak standar kecantikan masyarakat seperti yang dilakukan Skingame melalui kampanye “Born This Way” dan Elshé Skin melalui kampanye “Imperfect Beauty”, penggunaan talent laki-laki dalam mempromosikan beauty product seperti yang dilakukan Rollover Reaction dengan BROWCARA Eyebrow Perfector dan Dear Me Beauty dengan Airy Poreless Fluid Foundation, hingga penggunaan talent transpuan seperti yang dilakukan BLP Beauty melalui kampanye “Be Your Own”.

 

Salah satu inisiatif untuk mewujudkan inklusivitas dalam beauty industry lainnya adalah kemunculan salon khusus perawatan rambut keriting bernama Kriwil yang berlokasi di daerah Blok A, Jakarta Selatan, yang didirikan oleh Gracia Indriani. Seperti pemilik rambut keriting pada umumnya, Gracia pun pernah menghabiskan banyak waktu demi meluruskan rambutnya, karena merasa insecure dengan rambut keriting yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan yang identik dengan rambut lurus.

Namun, ketika ia membiarkan rambut keritingnya terurai, ia malah menerima pujian dari teman-teman yang mengagumi tekstur rambutnya. Hal ini memotivasinya untuk mengunggah tutorial perawatan rambut keriting ke Youtube dan sentimen positif yang ia terima membuatnya berani untuk mengambil pendidikan di sekolah kecantikan dan kemudian mendirikan Kriwil sebagai salon khusus perawatan rambut keriting. Melalui Kriwil, Gracia ingin mengubah stigma rambut keriting yang identik dengan berantakan sekaligus membuktikan bahwa rambut keriting sama cantiknya dengan rambut lurus.

Apakah masih ada yang bisa dilakukan untuk menjadi lebih inklusif?

inklusif

Perjalanan menuju beauty inclusivity mungkin masih panjang dan terjal, tetapi inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan oleh beauty brand lokal untuk mendorong inklusivitas tentunya patut diapresiasi. Sebagai beauty enthusiast, kita juga bisa memberikan masukan kepada beauty brand lokal agar inisiatif yang telah mereka lakukan untuk mencapai inklusivitas menjadi lebih sustainable.

Salah satu segmentasi audiens yang sering terlupakan oleh beauty industry adalah penyandang disabilitas. Nyatanya, meskipun terdapat satu milyar penyandang disabilitas di dunia, hanya sedikit sekali beauty brand – pada tingkat global – yang memiliki produk ramah disabilitas. Ya, di luar permasalahan esensial seperti aksesibilitas, hal-hal yang bersifat rekreasional seperti beauty, fashion, dan entertainment pun masih terbatas bagi penyandang disabilitas. Apabila beauty inclusivity dapat mewujud dalam rangkaian beauty product dengan kemasan yang ramah disabilitas, hal tersebut tentunya tidak kalah fantastis jika dibandingkan 40 pilihan warna foundation.

Well, after all, inclusive beauty means we all deserve to look good and feel good about looking good, don’t you agree?

 

Images: Instagram BLP Beauty, Kriwil, Skingame

Slow Down

Please wait a moment to post another comment