banner-detik

beauty school

Beberapa Beauty Brand Ini Melakukan Boikot Terhadap Rusia

seo-img-article

Ternyata boikot terhadap Rusia juga dilakukan oleh beberapa beauty brand untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap Ukraina.

Mengikuti jejak yang dilakukan terlebih dahulu oleh beberapa fashion brand ternama, seperti Hermes, Chanel, Christian Dior, Fendi, Marc Jacobs, Gucci, dan masih banyak lainnya, Estee Lauder Company, L’Oreal, Sephora, Shiseido, Coty Inc. dan juga Unilever turut melakukan boikot terhadap Rusia atau menghentikan kegiatan bisnisnya untuk sementara.

Hal ini dilakukan sebagai bagian dari pemberian sanksi kepada Rusia, serta memberikan dukungan dan solidaritas terhadap Ukraina. Bahkan bukan hanya memberhentikan kegiatan bisnisnya di negara Rusia, tapi cukup banyak juga brand yang melakukan aksi kemanusiaan dengan menghadirkan bantuan dari sisi psikologis dan finansial bagi para pegawai mereka yang tetap tinggal di Ukraina.

Menurut pernyataan resmi L’Oreal yang dilansir di WWD, beauty company ini memutuskan untuk menutup semua toko (offline dan online) dan counter-nya di departement store yang ada di Rusia untuk sementara waktu. Selain itu, L’Oreal pun memboikot segala hal yang berhubungan dengan kegiatan industrial serta national media investment di Rusia. Walaupun begitu, beauty company ini masih tetap akan menjaga kesejahteraan 2.200 karyawan mereka di Rusia.

L’Oreal juga memberikan donasi hingga 5 juta euro kepda lokal dan internasional NGOs dan United Nation agencies, serta menyumbangkan 250.000 produk perawatan dan kesehatan yang sudah berhasil didistribusikan pada warga Ukraina yang membutuhkan.

Sama seperti yang dilakukan oleh L’Oreal, Estee Lauder Company yang telah berada di Rusia hampir 30 tahun pun melakukan boikot minggu lalu dengan menghentikan kegiatan yang bersifat komersial, shipment pada retailers di Rusia, termasuk menutup setiap toko yang mereka miliki di negara tersebut. Walaupun menurut data yang dimiliki oleh BBC, Rusia adalah salah satu market terbesar perusahaan ini di Eropa, namun hal yang sekarang menjadi prioritas dari perusahaan kecantikan ini adalah keselamatan pegawainya di Ukraina, serta tetap memerhatikan kesejahteraan dari para karyawannya yang saat ini berada di Rusia.

Kegiatan amal yang ditujukan untuk pemulihan kembali negara Ukraina pun dilakukan oleh perusahaan yang satu ini melalui The Estée Lauder Companies Charitable Foundation, dengan komitmen dana sebesar 1 juta dollar Amerika.

Domino Effect

Tidak hanya L’Oreal dan Estee Lauder Company saja yang memperlihatkan dukungan mereka demi kemanusiaan, namun Sephora juga melakukan tidakan yang sama. Selain memprioritaskan keselamatan pegawai mereka yang ada di Rusia dan Ukraina, Sephora juga menghentikan beragam kegiatannya di Rusia hingga waktu yang belum ditentukan.

Selang beberapa waktu setelah ketiga brand ini melakukan boikot terhadap Rusia, Chief Executive Officer Unilever, Alan Jope memberikan pernyataan kepada WWD bahwa apa yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina adalah hal yang brutal dan tidak masuk akal. Akhirnya, Unilever pun turut menghentikan operasinya di Rusia (termasuk berhenti beriklan di media Rusia) dan memilih untuk fokus menjaga keselamatan para pegawainya. Namun, Unilever tetap akan menjalankan pabrik produksi kebutuhan makanan dan produk kesehatan yang ada di Rusia agar rakyat tidak kesulitan, serta berkomitmen untuk mendonasikan 5 juta euro dalam bentuk produk Unilever kepada organisasi kemanusiaan.

Hal serupa juga kemudian dilakukan oleh Shiseido yang sesungguhnya tidak memiliki pegawai di Ukraina, namun turut memberikan dukungan dengan donasi sebesar 1 juta euro kepada United Nations Refugee Agency (UNHCR) sebagai bentuk kepeduliannya. Donasi untuk melindungi warga Ukraina pun turut diberikan oleh Coty Inc. (yang membawahi COVERGIRL, Max Factor, Rimmel, Sally Hansen, parfum Calvin Klein, Chloé, hingga Davidoff) kepada Palang Merah Internasional dan juga UNHCR.

Seperti yang dilansir oleh BBC, Rusia memang retail market besar yang menduduki posisi ke-5 di Eropa dengan valuasi 337, 2 juta Poundsterling. Namun di satu sisi, selain menyangkut persoalan kemanusiaan, Rusia juga saat ini sedang diberikan sanksi ekonomi sehingga proses pertukaran uang dalam negeri berada di tahap yang tidak menentu. Hal ini juga pastinya menjadi salah satu bahan pertimbangan berat saat sebuah brand ingin melanjutkan kegiatan bisnisnya di Rusia. Maka dari itu, banyak brand yang memberlakukan pemberhentian sementara dan akan menimbang kembali keputusannya di kemudian hari apabila perdamaian sudah bisa tercapai dengan baik.

 

 

 

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment