Hampir di setiap kemasan produk skincare yang mengandung AHA dan BHA, baik exfoliating toner, serum, ataupun masker, tertulis anjuran untuk menggunakan produk pada malam hari. Serta, dilanjutkan dengan anjuran untuk menggunakan sunscreen pada siang harinya.
Anjuran ini bukannya tanpa alasan. Kandungan chemical exfoliants sering disebut menyebabkan kulit sensitif terhadap sinar matahari (photosensitivity). Photosensitivity adalah reaksi negatif kulit terhadap sinar UV yang ditunjukkan dengan gejala berupa kemerahan pada kulit, rasa terbakar, perih dan gatal, hingga menggelapnya kulit.
Photosensitivity dapat disebabkan oleh banyak hal. Bisa disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti rosacea, psoriasis dan penyakit autoimun. Orang dengan warna kulit terang pun cenderung lebih sensitif terhadap sinar matahari. Termasuk juga konsumsi beberapa jenis obat-obatan dan produk skincare.
Baca juga: Awas! Kandungan Skincare Ini Bikin Kulit Sensitif Terhadap Sinar Matahari
Chemical exfoliants merupakan salah satu kandungan skincare yang dikenal menyebabkan risiko photosensitivity selain retinoid. Skincare AHA BHA, khususnya Glycolic Acid dan Salicylic Acid merupakan chemical exfoliant yang paling populer dan digunakan secara luas dalam produk skincare. Tapi, bener nggak sih, kalau AHA dan BHA bikin kulit sensitif terhadap cahaya matahari?
Sejumlah penelitian justru menemukan kalau Salicylic Acid mampu melindungi kulit dari sinar matahari, lho! Mengaplikasikan Salicylic Acid 2% sebelum terpapar sinar matahari dapat mengurangi respons eritema pada kulit. Artinya, penggunaan BHA justru dapat mengurangi kemungkinan munculnya gejala photosensitivity. Sebaliknya, Glycolic Acid 10% terbukti meningkatkan sensitivitas kulit terhadap radiasi sinar matahari, yang tampak dari peningkatan eritema, kerusakan DNA dan pembentukan sel yang terbakar matahari.
Baca juga: 7 Exfoliating Toner dari Brand Korea untuk Bikin Kulit Glowing dan Halus
Efek yang ditimbulkan oleh Glycolic Acid sebagaimana hasil studi di atas seolah mengisyaratkan kalau AHA tidak aman digunakan pada siang hari. Anjuran yang tercantum pada packaging produk-produk mengandung chemical exfoliants pun menyarankan penggunaan pada malam hari saja.
Namun, fakta bahwa BHA nggak menyebabkan photosensitivity, berarti BHA / Salicylic Acid aman-aman saja digunakan siang hari. Sementara, fakta bahwa AHA / Glycolic Acid menyebabkan photosensitivity bukan berarti otomatis AHA nggak bisa digunakan pada siang hari.
Menurut Michelle Wong, skincare enthusiast sekaligus chemistry PhD, dalam blognya, Lab Muffin, photosensitivity yang disebabkan oleh AHA bukan disebabkan oleh interaksi AHA dengan cahaya matahari. Photosensitivity terjadi sebab AHA mengubah struktur kulit sehingga lebih sensitif terhadap sinar matahari. Efek ini dimulai sejak 24 jam setelah kali terakhir penggunaan AHA, dan dapat berlangsung selama satu minggu lebih, sekalipun kamu sedang tidak menggunakan AHA.
Baca juga: Rekomendasi Produk Eksfoliasi untuk Kulit Sensitif
Nggak masalah apakah digunakan siang atau malam hari, kulitmu bakal tetap berpotensi mengalami photosensitivity sejak pemakaian pertama AHA. Sekalipun di siang hari kamu nggak menggunakan skincare dengan kandungan Glycolic Acid atau AHA lainnya, kulitmu tetap rentan terhadap radiasi sinar matahari. Kulitmu bakal berangsur normal setelah menghentikan pemakaian AHA selama seminggu.
Sementara, BHA sama sekali nggak menyebabkan photosensitivity, malah bersifat photoprotective. Jadi, bisa digunakan siang atau malam hari. But still, menggunakan sunscreen setelah AHA dan BHA itu WAJIB untuk melindungi kulit dari photosensitivity dan efek buruk lainnya dari sinar UV. Bahkan, saat kamu sedang tidak menggunakan skincare AHA BHA sekalipun, kamu tetap wajib pakai sunscreen setiap pagi.
Baca juga: Bolehkah Remaja Pakai Exfoliating Acid?
Selain anjuran untuk selalu menggunakan broad spectrum sunscreen, saya juga menganjurkan untuk mulai dengan kandungan AHA yang lebih rendah, sebab persentase tinggi nggak otomatis berarti lebih bagus. Selalu dengarkan kebutuhan kulitmu!
Image: Pexels
Referensi:
Kornhauser, A., Wei, R. R., Yamaguchi, Y., Coelho, S. G., Kaidbey, K., Barton, C., Takahashi, K., Beer, J. Z., Miller, S. A., & Hearing, V. J. (2009). The effects of topically applied glycolic acid and salicylic acid on ultraviolet radiation-induced erythema, DNA damage and sunburn cell formation in human skin. Journal of dermatological science, 55(1), 10–17. https://doi.org/10.1016/j.jdermsci.2009.03.011
Kaidbey, K., Sutherland, B., Bennett, P., Wamer, W. G., Barton, C., Dennis, D., & Kornhauser, A. (2003). Topical glycolic acid enhances photodamage by ultraviolet light. Photodermatology, photoimmunology & photomedicine, 19(1), 21–27. https://doi.org/10.1034/j.1600-0781.2003.00013.x