entertainment 2
29 Feb 2020
Ngobrol Seru Bareng Ayana Moon yang Baru Saja Merilis Buku
Ayana Moon jadi bintang di media sosial berkat perpaduan kecantikan natural dan hijab yang ia kenakan. Kini, perempuan 24 tahun ini telah menetap di Jakarta, menjadi brand ambassador brand kecantikan, dan menulis buku.
Beberapa tahun lalu, sosok Ayana Moon langsung jadi pusat perhatian. Apalagi, seiring dengan Korean Wave yang melanda Indonesia. Banyak sekali masyarakat lokal yang tergila-gila dengan K-Pop, K-Drama, dan K-Beauty. Makanya, ketika ada Ayana Moon, seorang kelahiran Korea Selatan yang berparas cantik dan memutuskan berhijab, banyak orang langsung jatuh cinta dengan perempuan kelahiran 1995 ini. Dalam waktu singkat, ia berubah jadi social media darling dengan jumlah follower lebih dari 2 juta.
Kini, ia bahkan telah menetap di bilangan Kuningan, Jakarta, mengingat pekerjaannya memang melimpah di Ibukota. Berkenalan dengannya di pertengahan Februari lalu, saya bertanya banyak mulai dari soal beauty, sampai buku yang baru dirilisnya. Yuk, simak di bawah ini!
Your skin is gorgeous! Boleh tahu nggak skincare routine Ayana Moon apa saja?
Skincare routine saya sangat simpel sebenarnya, karena saya punya kulit yang berminyak. Kalau saya pakai cream moisturizer yang thick atau pakai skincare yang berlapis-lapis, pasti akan muncul jerawat. Jadi, yang paling sering saya pakai adalah toner dan sunscreen, kadang-kadang saya pakai serum juga. That’s all.
Ada perbedaan nggak antara skincare routine kamu saat tinggal di Korea dan di Jakarta? Mengingat kondisi cuacanya sangat berbeda jauh.
Ketika spring, summer atau fall di Korea, ritual saya sama dengan sekarang ketika di Indonesia. Saat musim dingin di Korea, saya menambahkan cream moisturizer untuk menambah kelembapan ekstra dan melindungi kulit, karena di sana udaranya sangat kering. Tapi, saya tetap pilih formulanya yang nggak terlalu creamy dan greasy.
Setelah menjadi seorang hijabi, pasti perawatan rambutmu berbeda, kan? Boleh diceritakan nggak?
Sebelum berhijab, rambut saya cukup sering di-styling. Saya kadang-kadang mewarnainya. Rambut berubah jadi lebih kering, makanya perlu tambahan hair serum atau essence setiap hari. Setelah saya pakai hijab, saya justru jadi kurang peduli dengan rambut saya. Hehehe. Hanya pakai shampoo dan conditioner secara rutin. Paling enak itu kalau saya sedang buka hijab, saya buka jendela lebar-lebar, biar ada cahaya dan angin masuk ke dalam rumah dan kena rambut saya. Nyaman rasanya, karena sekarang kan rambut saya selalu tertutup, jarang kena matahari!
Baca juga: Seperti Apa Ritual Kecantikan Isyana Sarasvati?
Apa yang kamu rasakan tentang cuaca di Indonesia? Bikin kamu kaget nggak sih saat awal-awal tinggal di sini?
Indonesia panas banget, tapi luckily, i like hot weather. Hahaha. Di Korea juga ada musim panas, dan itu lebih panas lho daripada di Indonesia.
Untuk melindungi kulitmu dari terik matahari dan cuaca gerah, apa yang kamu lakukan? Setelah berhijab, apakah ada perbedaan warna kulit atau uneven skintone?
Sunscreen is very important. Saya nggak pernah lupa pakai sunscreen setiap hari, baik ketika masih tinggal di Korea dan sekarang di Jakarta. Sunscreen itu paling wajib, nggak cuma buat melindungi kulit dari penuaan dini, efek sinar UV yang jahat, tapi juga menjaga warna kulit nggak makin menggelap. Alhamdulillah kulit saya nggak belang setelah berhijab.
Sekarang ini kamu kan sering sekali bepergian, bolak-balik ke Korea dan Indonesia atau Malaysia. Produk kecantikan apa yang selalu kamu bawa saat traveling?
Saya sudah tinggal di Jakarta, karena pekerjaan saya mostly di sini. Tapi kalau sedang bepergian, saya pasti selalu bawa sunscreen, karena itu yang paling saya butuhkan untuk memproteksi kulit. Bahkan ketika winter, cuaca sangat dingin dan matahari tidak terlihat, saya tetap pakai sunscreen. Yang lainnya sifatnya optional. Biasanya saya pakai cushion dan lipstik.
Setiap kali ada pekerjaan, saya pasti pakai makeup dan biasanya di-makeup oleh MUA. Tapi, kalau lagi nggak bekerja, saya usahakan untuk tampil bareface, without makeup on, cukup pakai sunscreen, biar kulit tetap bernapas dan terlindungi.
Apakah kamu punya pola makan yang baik atau melakukan diet tertentu? Atau rutin berolahraga?
No. I’m actually very unhealthy. Hahaha. Jadi saya nggak bisa menjelaskan kebiasaan baik soal makanan. Saya jarang makan sayur. Saya bahkan selalu minum coke setiap hari selama beberapa tahun terakhir! Tapi saya sudah mengubahnya pelan-pelan. Sekarang saya sudah jarang minum soda. Kalau sayur masih nggak suka. Supaya agak lebih sehat, saya sering makan buah.
Sebenarnya saya juga tahu kalau saya harus menjaga kesehatan tubuh saya, apalagi dengan jadwal pekerjaan yang cukup padat. Tapi, ketika saya memikirkan gym, saya malah jadi stres. Saya bahkan berpikir, “is it really healthy?”. Hahaha karena saya merasa gym itu kasih tekanan lebih.
Kenapa nggak coba pilates atau yoga, atau olahraga lain yang lebih chill?
Karena saya kan nggak pakai hijab untuk waktu yang sangat lama, jadi, ketika saya pakai hijab, saya merasa kesulitan berolahraga dengan pakaian sangat tertutup. Apapun itu olahraganya. Kalaupun saya mau olahraga, saya harus pilih kelas yang memang peserta dan pelatihnya hanya perempuan, jadi saya aman untuk buka hijab.
Semoga kamu bisa menemukan kelas yang pas ya! Next, apa sih pendapat kamu tentang perbedaan gaya makeup Korea dan Indonesia?
Very different. Di Korea gaya makeupnya jauh lebih natural daripada di Indonesia. di Korea, kami senang bikin orang lain bertanya-tanya, “kamu pakai makeup nggak sih?”. Karena kami suka no-makeup makeup look. Sementara di Indonesia, yang saya perhatikan, senang pakai bulumata, contour, eyeshadow. Banyak sekali produk makeup yang dipakai di wajah. Jadi memang beda tipe ya.
Saat untuk kebutuhan photoshoot saya sering tampil dengan gaya makeup Indonesia. Banyak yang bilang itu cocok di saya, tapi saat saya bercermin, saya merasa itu bukan diri saya. Jadi, untuk sehari-hari saya nggak akan bisa tampil seperti itu, hanya untuk keperluan pekerjaan saja. Untuk daily, saya senang senatural mungkin.
Gimana tentang buku yang baru saja kamu luncurkan? Boleh ceritakan alasan kamu membuatnya?
Selama ini, ada banyak sekali yang bertanya-tanya tentang kisah saya menjadi mualaf dan memakai hijab. Makanya akhirnya saya tuangkan ceritanya di buku. Alasan lainnya adalah karena banyak teman-teman muslim yang bertemu saya dan bilang, “Ayana, you are such a good reminder.”
Saya terharu, saya jadi berpikir, “Apakah mungkin saya bisa menginspirasi orang lain dengan kehadiran saya dan cerita saya, meskipun saya hanya seorang mualaf dan nggak punya banyak pengetahuan?”. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat buku ini. Buku ini juga bisa jadi media atau perantara antara orang lain dengan saya, untuk belajar Islam sama-sama.
Setiap Ramadhan saya biasanya berdonasi dalam bentuk uang atau makanan. Saya merasa nilai materi itu rasanya masih kurang. Makanya menjelang Ramadhan kali ini, saya mempersembahkan buku ini sebagai sesuatu yang timeless, yang bisa dibaca orang kapan saja, yang saya harap isinya bisa menginspirasi orang banyak. Sebagaian profit dari penjualan buku ini juga akan disumbangkan untuk mereka yang kurang mampu.
Apa saja yang banyak kamu tuangkan di buku ini?
Saya hanya bercerita tentang perjalanan saya, karena saya bukan ustadzah, bukan siapa-siapa. I’m actually nobody. Alhamdulillah ada banyak orang yang ingin tahu cerita saya menjadi mualaf, jadi saya tertarik membuat buku ini. Tapi bukan berarti saya merasa lebih tahu atau lebih baik daripada yang lain. Saya nggak bisa kasih advice atau berdakwah. I just want to share my stories.
Apakah di Korea ada semacam komunitas Islami yang kamu tahu?
No, i don’t think so. Tapi di Ansan, sebuah kota kecil di Gyeonggi, terletak di selatan Seoul, ada sebuah Indonesian community. Tapi kita nggak bisa sebut itu sebagai Korean Islam community, karena itu hanya perkumpulan orang-orang Indonesia yang ada di sana.
Baca juga: Menangkap Destinasi Terbaik di Korea dengan Samsung Galaxy Note 10 dan Note 10+
Saya dengar adikmu juga seorang mualaf?
Iya, saya 2 bersaudara, saya hanya punya satu orang adik laki-laki. Dia jadi mualaf tahun lalu. Di buku ini, ada juga sedikit cerita tentang adik saya itu.
Wah, saya nggak sabar untuk segera membacanya! Dengan popularitasmu sekarang ini, apakah kamu ingin membuat brand sendiri, di bidang fashion atau beauty?
Who am i? I’m just orang biasa. Hahaha. Saya nggak percaya diri buat bangun brand sendiri. Saya nggak fashionable, saya nggak punya banyak wawasan soal itu. Mungkin belum ya. Saya nggak tahu di masa depan, tapi that’s just not my thing yet. Saat ini saya hanya mau fokus di buku saya saja.
Padahal kan kamu berasal dari Seoul yang sangat stylish dan punya banyak brand beauty yang mungkin bisa menginspirasimu membuat sesuatu ke depannya?
I know, ada banyak sekali produk keren dari Korea tapi saya nggak hafal dan mengerti semuanya. Bahkan saya nggak nonton K-Pop dan K-Drama. Banyak teman-teman saya di Jakarta yang lebih “Korea” daripada saya. Hahaha. Saya lebih suka diam di rumah, baca buku atau belajar, saya bahkan nggak terlalu suka nonton TV. Saya juga bukan orang yang lucu. Saya nggak merasa saya bisa gemilang di dunia showbiz atau punya bisnis besar di fashion.
Saya nyaman dengan pekerjaaan saya sekarang ini, menjadi brand ambassador sebuah brand, sesekali menjadi model hijab, menulis buku. Saya belum kepikiran mengurus bisnis sendiri di bidang fashion atau beauty.
Apakah kamu berminat jadi penulis untuk seterusnya?
As we all know, kita nggak bisa menjadikan author sebagai pekerjaan utama, apalagi di era digital sekarang ini. Saya menulis karena saya senang, saya menikmati prosesnya. Inginnya sih buku saya ini diterima dengan baik dan saya kemudian bisa menulis buku-buku yang lainnya. Tapi saya masih ingin melakukan pekerjaan yang lain.
Lalu setelah peluncuran buku ini, apa rencana kamu selanjutnya?
Saya mau lebih banyak belajar seputar Islam dan memperkenalkan Islam, nggak cuma di Malaysia dan Indonesia saja, tapi juga di Korea. Karena di Korea sangat butuh informasi yang baik dan benar tentang Islam, jadi saya merasa saya ingin menjadi bagian dari penyebaran informasi tersebut. Saya tahu itu butuh waktu yang lama, karena di Korea banyak bad prejudice tentang Islam. Ada banyak bukit-bukit yang harus saya lalui, tapi saya optimis bisa melakukannya pelan-pelan. Hehehe. Doakan saja ya!
Nah, itulah bincang-bincang saya dengan Ayana Moon, sosok yang selama ini bikin saya penasaran ingin tahu skincare-nya, gaya hidupnya, dan alasan dia menjadi mualaf. Saya jadi makin nggak sabar mau baca bukunya! Kamu juga kan? Kamu bisa membeli buku Ayana Moon “Journey To Islam” di Gramedia mulai 1 Maret 2020 ya!
Foto: Dok.Female Daily/Andreas Halim