skincare
19 Feb 2020
Battle of The Month: Clay Mask Lacoco, Himalaya & Lush. Mana yang Terbaik?
Siapa sih yang nggak suka clay mask? Apa lagi para pemilik tipe kulit berminyak dan acne-prone. Saya termasuk salah satu penggemar berat produk ini. Bahkan saya wajib punya satu clay mask dalam seluruh rangkaian skincare routine saya.
Setiap harinya, kulit terpapar oleh radikal bebas dari lingkungan sekitar, seperti polusi dan debu. Terlebih pengguna ojol dan bikers yang kemana-mana mengandalkan moda transportasi roda dua, seperti saya. I can’t deny it, walaupun lebih efisien dari segi waktu, dampak buruknya justru dirasakan oleh kulit.
Kotoran-kotoran yang menumpuk di kulit selama perjalanan, ditambah sebum dan residu makeup, serta skincare saling bekerjasama menyumbat pori-pori dan menyebabkan blackheads, serta kulit kusam. Untungnya ada clay mask yang banyak pilihannya karena kemampuannya untuk membersihkan pori-pori dengan lebih optimal. Clay mask dapat membantu membersihkan kulit dengan cara menyerap sebum dan kotoran yang menyumbat pori, bantu mengencangkan pori-pori, serta berperan sebagai physical exfoliator yang dapat mengangkat sel-sel kulit mati dari permukaan kulit jika mengandung scrub di dalamnya.
Baca juga: 5 Aturan Memakai Clay Mask
Ternyata nggak semua clay mask itu sama, lho. Banyak banget jenisnya di pasaran, yang dibedakan dari jenis clay yang digunakan. Antara lain ada Bentonite Clay, Kaolin Clay dan Fuller’s Earth Clay. Citra sempat bikin artikel juga soal perbedaan dari Bentonite dan Kaolin Clay supaya kamu nggak bingung. Namun, tentunya nggak hanya itu. Tiap brand menawarkan clay mask dengan formulasi berbeda-beda, dan tentunya memiliki tambahan ingredients lainnya yang semakin menyempurnakan fungsi dari clay mask itu sendiri.
Dari beberapa produk clay mask yang pernah saya coba, belakangan ini saya paling sering menggunakan tiga brand yang akan saya ulas berikut secara rotasi. Kira-kira diantara ketiganya, mana juaranya?
Lush Mask of Magnaminty
Clay mask produksi brand kosmetik asal UK ini termasuk produk favorit saya. Gimana nggak? Pertama-tama saya sudah dibikin jatuh cinta dengan brand Lush itu sendiri. Komitmennya untuk memproduksi skincare handmade yang sutainable dengan natural & vegan ingredents, serta tanpa melakukan animal testing, sangat patut diapresasi.
Kedua, clay mask ini wanginya seperti es krim rasa cokelat vanilla mint, sehingga bikin saya makin menikmati saat memakainya. Bulir scrub dari kacang aduki organik nya nggak kasar saat bersentuhan di kulit. Masker ini hanya butuh waktu sekitar 10 menit hingga mengering dan dapat dibilas. Saat pemakaian dan dibilas, kita akan merasakan sensasi sejuk di kulit yang didapat dari kandungan peppermint oil di dalamnya.
Walaupun saya suka banget sama produk ini, tapi packaging-nya yang berbentuk jar membuat masker di dalamnya rentan akan kontak langsung dengan udara, sehingga masker dalam kemasan semakin lama semakin kering dan agak susah diaplikasikan ke kulit. Untuk menyiasatinya, saya lebih suka mengaplikasikan masker ini saat kulit masih setengah basah dan menggunakan spatula agar masker tidak mudah terkontaminasi bakteri yang mungkin terdapat di jari saya.
Nggak seperti clay mask kebanyakan, saya merasa produk ini nggak bikin kulit terasa kencang dan ketarik saat produk mengering (tentunya jangan membiarkan masker mengering dikulit terlalu lama, ya). Sayangnya, karena menggunakan bahan-bahan alami, masker dari Lush ini punya period after opening (PAO) yang terbilang singkat, apa lagi untuk varian Mask of Magnaminty, karena bahan pengawetnya nggak menggunakan bahan sintetis.
Jadi, kalau nggak mau masker mu terbuang sia-sia, lebih baik beli dalam kemasan kecil (125 gr) saja. Apa lagi, clay mask satu ini harganya cukup pricey, yakni sekitar Rp250.000,- untuk ukuran 125 gr, dan belum tersedia di Indonesia.
Lacoco Amazonian Charcoal Glow Mask
Salah satu masker favorit saya juga datang dari brand lokal. Dari namanya, Lacoco lebih menekankan kandungan charcoal dalam masker ini. Padahal pada dasarnya produk ini adalah clay mask, yang bisa dilihat dari kandungan kaolin dan bentonite dari ingredients list-nya.
Masker ini juga diperkaya dengan kandungan lumpur jeju dan arang bambu yang bikin kemampuannya dalam membersihkan pori-pori jadi semakin nampol! Yang paling saya suka dari masker ini adalah sensasi dingin menyejukkan saat diaplikasikan. Bahkan sensasi ini bakal semakin dingin setelah di bilas dengan air. Meskipun ada kandungan fragrance-nya, aroma dari masker ini cukup soft dan nggak menyengat sama sekali.
Pada awal pemakaian, memang ada sedikit sensasi tingling, tapi untung efeknya nggak bikin kulit terasa perih atau terasa terbakar. Sayangnya, butiran scrub-nya cukup besar dan kasar. Sebaiknya bagi yang punya kulit sensitif, hindari menggosok wajah terlalu keras saat membasuh masker ini.
Untuk soal harga, Lacoco Amazonian Charcoal Glow Mask ini nggak bisa dibilang affordable juga, sih. Untuk masker sebanyak 50ml, produk ini dibanderol dengan kisaran harga Rp200.000,-an.
Baca juga: Review Clay Mask Lokal, Lacoco Amazonian Charcoal Glow Mask
Himalaya Purifying Neem Mask
Opsi yang paling affordable dari ketiga clay mask rekomendasi saya adalah Himalaya Purifying Neem Mask. Masker dari Himalaya ini bisa kamu beli dengan merogoh kocek kurang dari Rp100.000,- saja! Bagusnya lagi, masker ini mudah banget untuk ditemukan di berbagai supermarket/drugstore terdekat.
Yang bikin masker ini saya rekomendasikan adalah, kandungan Neem yang merupakansejenis tanaman herbal khas India. Tanaman ini juga dikenal sebagai “India’s miracle tree”. Ditambah lagi dengan kandungan kunyit, kombinasi keduanya punya sifat antibakteri dan anti-inflamasi yang baik untuk acne-prone skin.
Namun, masker ini sering kali bikin kulit berasa kering dan tertarik setelah pemakaian. Karena itu, saya nggak menyarankan untuk menggunakan clay mask satu ini bagi pemilik kulit kering. Hindari juga untuk menggunakan masker ini lebih dari 15 menit, supaya kulit nggak terasa ketarik ataupun iritasi. Selain itu, masker ini punya aroma yang khas, mirip dengan aroma tanaman herbal atau jamu-jamuan, yang menurut saya nggak begitu enak.
Dari ketiga clay mask ini, menurut saya juaranya adalah Lush Mask of Magnaminty. Hanya saja harganya cukup pricey dan susah ditemukan di Indonesia. Akhir-akhir ini saya lagi suka pakai Lacoco karena feelnya hampir mirip dengan masker dari Lush. Namun buat opsi yang affordable dan mudah dicari, serta cocok untuk acne-prone skin, masker dari Himalaya sudah cukup bagus kok.
Kalau kamu pilih yang mana, nih?