Sejak tahun 2013 UNEP telah memulai kampanye melawan penggunaan microbeads dan pada tahun 2015 United States melalui Presiden Obama melarang penggunaannya yang mejadi ancaman untuk lingkungan dan biota laut. Negara lainnya, United Kingdom pada tahun 2016 juga ikut melarang penggunaan bahan plastik ini. Yuk, kita bahas tentang penggunaan mikroplastik dan mengapa jadi topik hangat yang perlu kita pahami?
Pada artikel ini saya ingin sharing awareness tentang mikroplastik agar lebih mindful dalam memilih produk kecantikan yang mengandung partikel tersebut. Tujuannya apa? Agar penggunaan produk kecantikan tidak melulu disalahartikan sebagai kegiatan yang nampak semu aka “surface semata” yang hanya terlihat dari luar, tapi punya nilai yang bermanfaat untuk lingkungan dan masa depan anak cucu kita.
Baca juga: Limbah Industri Kecantikan Tidak Hanya Sebatas Sampah Plastik
Mikroplastik adalah partikel plastik yang berukuran kurang dari 0.2 inci atau 5mm yang berasal dari pabrikan buatan manusia dengan ukuran mikro atau pecahan dari plastik yang tadinya solid dan berukuran besar seperti botol plastik, plastik belanja, dan botol deterjen. Contoh mikroplastik pada produk skincare yaitu butiran kecil (microbeads) pada produk pembersih wajah, face scrub, odol. Namun, selain dalam bentuk microbeads juga ada yang digunakan untuk tekstur pada produk lotion, shampoo, dan personal care lainnya. Bahkan, mikroplastik pada makeup juga sering ditemui pada partikel shimmering lipstick, blurring primer, dan glittery eyeshadow .
Baca juga: Rekomendasi Eco-Beauty di Bawah 100 Ribu
Plastik merupakan komponen yang nggak mahal harganya, dan telah digunakan untuk membantu aspek-aspek kehidupan manusia namun berdampak buruk untuk lingkungan dan biota laut. Sudah tahu kan, kalau plastik nggak bisa terurai secara alami lewat mikroba dan memakan waktu sampai ratusan tahun, yep 500 – 1000 tahun. Apabila terurai menjadi mikroplastik dan menumpuk di bawah laut hasilnya dapat merusak ekosistem terumbu karang, mencemari lautan bahkan bisa termakan oleh ikan. Unfortunately, ikan merupakan elemen dalam rantai makanan manusia, so basically we eat microplastic. Oops!
Berikut ini list mikroplastik yang sering dijumpai sebagai komponen tambahan pada produk kecantikan yang digunakan sebagai viscocity control atau pembentuk tekstur, blurring effect, dan lain sebagainya:
Polyethylene(PE) – sering juga dijumpai di label kemasan Polyethylene Glycol (PEG), Polypropylene(PP) – Polypropylene Glycol (PPG), Polymethyl methacrylate(PMMA), Nylon (PA), Polyurethane, Acrylates Copolymer.
Nah, nggak terbatas pada komponen ini saja lho kalau dipelajari sebenarnya lebih dari 500 ingredients mikroplastik yang bisa saja terdapat pada produk kecantikan di meja rias kita. Data ini dilansir dari Beat The Microbead yaitu organisasi yang disponsori oleh United Nations Environment Programme (UNEP) bekerjasama dengan NGO di seluruh dunia untuk meneliti sample penemuan mikroplastik.
Baca juga: Kosas, Eyeshadow Cantik Tanpa Mikroplastik
Kalau keadaannya seperti ini harus bagaimana? Jawabannya kembali ke diri sendiri. Nggak ada paksaan untuk tiba-tiba membuang produk yang dibeli dari hasil kerja keras (bahkan ada yang sampai harus nabung dulu!). Namun, awareness ini penting nggak hanya untuk beauty enthusiast, tapi juga millenials company yang kaya akan gagasan baru dan dapat membawa manfaat untuk skala besar perkembangan industri kecantikan di Indonesia agar berkontribusi lebih lagi kepada lingkungan.
Jujur, topik ini cukup kompleks karena berbagai studinya juga masih berlangsung sampai saat ini. Dibutuhkan waktu untuk jadi 100% applicable dalam kehidupan sehari-hari tapi saya terpanggil untuk memulai dengan langkah kecil, dengan cara menyebarkan awareness dengan menulis artikel ini dan menerapkan eco-friendly beauty di produk kecantikan yang saya gunakan.
How about you?