Sering dengar tentang klaim “low pH cleanser”? Sebenarnya, sebesar apa sih pengaruh level pH dalam produk cleanser yang kita pakai?
Produk skincare memang sifatnya cocok-cocokan, tapi tentunya banyak yang membeli produk tertentu karena klaim yang tertera di kemasannya kan? Selain klaim tentang manfaat produk, seperti brightening dan oil-control, ada juga yang mencantumkan klaim yang sifatnya lebih teknis, kayak fragrance free atau paraben free. Nah, kamu pasti sering lihat kan produk cleanser yang memiliki klaim “low pH”? Biasanya sih klaim ini ditemukan di cleanser buatan brand asal Korea yang bentuknya facial wash ataupun cleansing water. Level pH rendah dianggap banyak orang dapat mencegah efek kulit terasa kering atau ketarik setelah membersihkan wajah. Sebenarnya perlu nggak sih kita memilih cleanser dengan level pH rendah?
First things first, level pH adalah ukuran yang dapat menentukan apakah suatu zat bersifat asam (acidic) atau basa (alkali). Semakin rendah level pH dari suatu zat, berarti sifatnya semakin asam, begitu pun sebaliknya. Bila level pH-nya tinggi, artinya zat itu bersifat alkali. Level pH paling rendah adalah 0 dan yang paling tinggi ada di angka 14. Saat kondisi kulit terlalu asam, kulit akan jadi lebih mudah iritasi dan ditumbuhi bakteri penyebab jerawat. Sebaliknya, apa bila terlalu basa, kulit akan jadi sangat kering dan terlihat kusam. In some cases, bahkan bisa terasa sangat gatal sampai mengelupas.
Baca juga: 5 Ingredients untuk Menenangkan Kulit
Nah, sebenarnya seberapa besar pengaruh level pH pada produk cleanser yang seperti kita ketahui nggak bertahan lama di wajah dan akan dibilas. Yang sewajarnya, kita butuh satu sampai dua menit kan untuk membersihkan wajah? (Well, unless you’re Kylie Jenner, you only need 2o seconds LOL). Artinya, facial wash kita hanya akan melakukan kontak dengan kulit selama beberapa menit itu. Lalu apakah 60 detik itu berpengaruh? Apparently yes, terutama buat pemilik kulit kering atau yang memang cenderung sensitif.
Kulit kita memiliki lapisan pelindung tipis bernama acid mantle yang terdiri dari ceramide, lipid, dan fatty acid. pH normal dari acid mantle ada di sekitar 4-6.5 which is a little acidic. Di kulit sensitif, acne-prone, dan kulit kering, lapisan ini lebih rapuh dari pemilik kulit normal. Penggunaan cleanser dengan pH tinggi dapat semakin merusak acid mantle yang rapuh sehingga nggak ada lagi lapisan yang dapat melindungi kulit dari external aggressors. Singkatnya, moisture barrier kulit akan rusak. Tapi ini memang nggak selalu terjadi, buktinya banyak banget kan orang-orang yang membersihkan wajah pakai sabun mandi batangan dengan pH tinggi dan kulitnya baik-baik saja. Well, sometimes it doesn’t happen overnight. Awalnya wajah hanya akan terasa kesat dan ketarik, namun lama-kelamaan baru deh akan muncul efek lainnya, seperti gatal, dry patches, atau jadi lebih mudah berjerawat.
Baca juga: Kepoin 4 Produk Baru Cosrx Hydrium, Yuk!
Level pH tinggi dalam cleanser biasanya dipengaruhi oleh surfaktan yang digunakan, misalanya Sodium Lauryl Sulfate (SLS) yang level pH-nya sekitar 7,5 sampai 8,5 atau Sodium Laureth Sulfate (SLES) yang pH-nya lebih tinggi lagi, yaitu sekitar 9-10. Tapi nggak perlu khawatir karena sekarang mencari cleanser dengan pH rendah sudah sangat mudah. Yang paling populer adalah COSRX Low pH Good Morning Cleanser yang kini sudah bisa didapatkan di drugstore offline sekalipun. Rekomendasi lainnya yang sudah pernah saya pakai adalah Krave Beauty Matcha Hemp Hydrating Cleanser dan Hadalabo Gokujyun Ultimate Moisturizing Face Wash. Hasilnya memang sangat terasa, wajah saya nggak lagi terasa kering atau ketarik setelah cuci muka.
Sudah pakai low pH cleanser tapi kulit masih terasa kering setelah cuci muka? Saran saya, kamu bisa lanjutin skincare routinemu dengan low pH toner semacam Acwell Licorice pH Balancing Toner atau Etude House Soon Jung pH 5.5 Relief Toner untuk kembali menyeimbangkan pH kulit.