technology
16 Mar 2018
Inside FDHQ: Pro-Kontra Aplikasi Body Editor
Sejauh mana kamu akan menggunakan aplikasi seperti body editor?
Entah miris atau menarik, aplikasi edit-mengedit tampaknya nggak bisa lepas dari dunia beauty saat ini. Dari yang paling basic semacam bikin collage dan filter, sampai “oplas” dadakan dan touch up makeup dengan aplikasi seperti Beautyplus, Facetune dan Camera 360.
Gimana dengan aplikasi body editor? Udah pernah coba?
Before-after face slimmer.
Beberapa hal yang bisa kamu lakukan di aplikasi semacam ini adalah mengecilkan (atau membesarkan) pinggang, pinggul, pipi yang chubby, sampai meninggikan badan dan “pasang” tato dan six packs bohongan. Saya pertama mengenal body editor dari iklan aplikasi video editing yang saya punya di handphone. Kalimat “Breast enhancing, waist slimmer” menarik perhatian saya. Ohh…Ini dia nih, misteri di balik fenomena tembok melengkung di sekitar pinggang foto-foto artis hahaha…Atau, kenapa sejumlah foto artis kok bisa jenjang pake banget, saat memakai celana high waist, padahal ketemu aslinya mereka punya badan imut dan “bantet” :p
Baca juga: Edit Foto Instagram, Baik atau Buruk?
Tanpa menghakimi para users dan downloaders body editing, saya jadiin aja ini bahan diskusi Inside Female Daily HQ. Kalau sebelumnya kita ngomongin soal tren extension bulu hidung, apa kata FDHQ soal aplikasi body editing yang nggak jarang bisa punya rating nyaris sempurna dan satu juta downloaders?
Sebagai referensi sebelum diskusi, saya tunjukin dulu mini demo dan hasil pemakaian salah satu aplikasi body editing dengan Community Relation Officer FD, Puisi, sebagai model!
Before-after height, waist and face edit.
Choirul, Full Stack Developer
“Nggak masalah sih aplikasi kayak gini. Buat fun aja sekali-kali, asal nggak selalu sampai taraf bergantung ya. Saya sih nggak bakal pakai, tapi kalau saya cewek mungkin tertarik. Eh tapi, kalau pacar atau istri sendiri pakai gini-ginian, rada keberatan sih!”
Puisi, Community Relation Officer
“Aku sih nggak suka ya, nanti dibikin langsing (karena diedit) jadi males diet dan jaga badan beneran. Aku sih jujur punya dan mengandalkan Facetune untuk ngilangin kantong mata, atau muka lepek berminyak. Jadi ngedit boleh aja, tapi untuk case-case tertentu.”
Imani, Business Development Officer
“Faedah banget ini! Buat social media presence mah, jawaban dari insecurity banget. Kenapa nggak?”
Azmi, Accountant
“Nggak suka. Bisa-bisa nanti edit badan, muka, dan dipakai untuk nyari jodoh. Keliatan di foto cantik, eh lah kok pas ketemu nggak sesuai ekspektasi. Bahaya, kan? Jatuhnya nipu, dong.”
Dara, Editor
“Tergantung. Misalnya nih, kita foto di pantai pakai bikini. Outfit udah OK, latar udah OK, eh lah kok perutnya melentung? Ya bolehlah di-edit sedikit. Tapi gue pribadi nggak pernah download dan nggak pernah memanfaatkan aplikasi body editor, sih.”
Kesimpulannya, (mayoritas) FDHQ setuju bahwa pemakaian aplikasi body editor sah-sah aja. Selama nggak membuat insecure atau nagih, sampai body editor jadi aplikasi wajib pakai sebelum posting foto di mana-mana.
Saya pribadi sebagai orang yang ngedit foto hanya sebatas ngurangin warmth kalau terlalu kuning, atau menambah kontras saat selfie udah OK tapi kurang fokus, nggak terlalu bisa relate dengan konsep memanipulasi tampilan badan sendiri, hanya agar tampak bagus di media sosial. Misalnya lagi insecure sama pipi tembam, atau bekas jerawat cekung yang menghiasi pipi, yaa main di angle atau lighting aja rasanya cukup.
Share your thoughts!