hair care
25 Apr 2016
Plus-Minus Shampoo Tanpa SLS
Jika sabun mandi tanpa SLS banyak saya temukan tanpa komplain, lain halnya dengan shampoo tanpa SLS. The struggle is real!
Kalau banyak orang ingin beralih memakai produk natural karena ingin lebih sehat, dan mengikuti tren natural beauty yang hot banget beberapa tahun belakangan , maka lain ceritanya dengan saya. In my case, saya enggak keberatan sebenarnya, memakai produk-produk kecantikan reguler dengan chemicals, kecuali yang cukup keras seperti sodium lauryl sulphate (SLS) dan artificial fragrance. I mean, kalau cocok, kenapa enggak?
Tapi, apa mau dikata ya, kalau tenyata untuk urusan wajah dan kulit tubuh saya yang sensi enggak ketulungan ini, produk cleanser tanpa SLS atau sodium laureth sulphate (SLES) terbukti lebih ramah. That’s why kenapa saya cinta banget mandi pakai produk bath JUARA atau sabun bayi yang enggak mengandung SLS/ SLES. So far, hanya dua jenis produk ini yang bisa menenangkan kulit tubuh saya yang flaky.
Bagaimana dengan shampoo? Saya mulai rajin mencari shampoo tanpa SLS atau SLES sejak mencat rambut awal 2015 lalu. Again, bukan karena mau ikut-ikut trend natural, tapi karena kebutuhan. Mungkin kamu sudah tahu kalau shampoo biasa yang mengandung banyak deterjen bisa membuat cat rambut cepat pudar. Shampoo tanpa deterjen biasanya juga bebas silikon. Lumayan deh untuk mengurangi build up silikon di tubuh. Nah, masalahnya, sebelum cat rambut saja, saya belum benar-benar ketemu shampoo yang bisa jadi HG saya! Pakai kriteria baru harus tanpa SLS ini, jadi sedikit PR ya.
Pertama-tama, saya pakai produk lokal murah-meriah, Natur Pencuci Rambut. Setelah pakai versi originalnya bikin rambut saya kaku, saya akhirnya lumayan cocok pakai Natur versi lidah buaya. Lalu, saya sempat coba beberapa shampoo dari Shiseido yang direkomendasikan oleh hairstylist saya. Baik yang versi untuk thinning hair maupun rambut susah diatur, semuanya bebas deterjen dan baunya enak banget. Berbulan-bulan kemudian, saya baru engeh kalau shampoo ini bikin rambut saya jadi lebih cepat lepek dan lengket.
So sorry that we just can’t be 🙁
Petualangan pun berlanjut dengan rangkaian shampoo The Body Shop Rainforest. Again, rambut cepat lepek, terasa lifeless dan terasa enggak nyaman aja. I really wanted it to work, namun setelah sebulan, saya memutuskan bahwa hubungan kami memang enggak bisa lanjut 🙁
Di sini, saya memutuskan untuk kembali pada Natur. First cut is the deepest, they say. Tapi apa yang saya temukan, sodara-sodara? Natur sudah bukan produk natural lagi. Logo bertuliskan “JAMU” di pojok kemasan hilang, dan saat saya cek daftar komposisinya, saya menemukan SLES.
Why would they do that?! For cheaper production cost? I just don’t get it…
Saya pun curhat sama tim FD soal ini dan bilang, “Gue harus nulis soal ini…I can’t take it anymore!” Lebay dikit, secara memang sudah agak frustasi sih soal ini LOL. Makeup enggak natural, wajah sukses lebih mulus dengan tretinoin; boleh dong saat mandi semuanya less chemical-y (pasta gigi saya juga bebas deterjen)?
Affi Assegaf pun cerita struggle dia dalam menemukan shampoo natural karena kebutuhan dia dan anaknya, Aluf. Aluf punya rambut tebal dan cepat kusut, yang bisa “jinak” dengan shampoo SLS namun dapat bonus kulit kepala gatal. Seperti pengalaan kebanyakan orang yang memakai shampoo tanpa deterjen, Affi juga merasakan pengalaman “serasa enggak keramas” saat mencoba castille soap, dan rambut malah terasa kaku.
Namun sekarang, setelah coba ini-itu, Affi merasa cocok dengan Andalou Naturals Lavender & Biotin Full Volume Shampoo. “Walaupun namanya full volume, tapi nggak bikin rambut ngembang banget kok, malah terasa halus dan lebih mudah diatur. Shampoo ini juga nggak bikin kulit kepala gatal dan somehow rambut nggak cepet kotor, berminyak atau berbau apek. Wanginya juga soothing banget pas digunakan. Major love!” kata Affi.
Next up in my hairy journey!
Andalou Naturals ini menggunakan sodium lauryl glucosides hydroxypropyl sulfonate, yang walaupun terdengar kimiawi, namun sebenarnya merupakan bahan pembersih natural dari gula. Along with this (makasih racunnya, Mbak Affi), saya juga mau nyobain MooGoo Milk Shampoo, yang dapat review cukup positif di forum FD. Beberapa kali saya lirik setiap main ke Watsons, belum kebeli juga nih, karena masih agak trauma sama shampoo natural 😀 Oh ya, MooGoo ini menggunakan pembersih berbahan dasar kelapa seperti coco-betaine, sodium cocoyl carcosinate dan sodium lauroamphoacetate sebagai ganti deterjen.
Sekian curhat saya, FD-ers. Doakan eksperimen sampo natural saya yang berikut berhasil, ya. Buat kamu yang sudah menemukan shampo tanpa SLS yang oke, boleh banget lho share di sini. Atau kamu sukses memakai salah satu shampoo yang fail di saya? Please share!