backstage beauty
14 Feb 2023
"Placebo Effect" dalam Skincare: Apa Artinya?
Our mind is a powerful thing. Beberapa di antara kamu yang sedang baca artikel ini mungkin pernah mengalami kondisi kulit yang bermasalah akibat stres. Entah itu muncul jerawat, atau dalam bentuk kambuhnya eksim seperti yang sering saya alami.
Tapi, pernah dengar nggak kalau ternyata pikiran kita bisa juga mempengaruhi kulit untuk melakukan self-healing tanpa benar-benar dibantu oleh produk skincare? Yuk, kenalan dengan placebo effect dan kaitannya dengan skincare yang kita gunakan.
Dalam dunia medis, istilah placebo digunakan untuk menandai obat-obatan atau treatment kosong alias tanpa adanya zat aktif yang diberikan kepada pasien untuk tujuan tertentu. Biasanya untuk menguji seberapa efektif sebuah obat-obatan pada uji klinis, akan ada satu kelompok orang yang diberikan obat sungguhan, sementara kelompok lainnya diberikan placebo alias sugar pills yang tidak mengandung obat-obatan sama sekali. Jika hasilnya dua kelompok tadi mengalami reaksi yang sama, bisa diambil kesimpulan bahwa obat yang diuji gagal karena nggak bekerja pada saat uji klinis.
Lho, kok bisa ya mereka yang mendapat sugar pills juga mengalami reaksi yang sama dengan yang diberi obat asli? Ted Kaptchuk, seorang professor dari klinik yang memiliki afiliasi dengan Harvard melakukan riset mengenai ini. Menurutnya, Placebo Effect bisa dirasakan ketika seseorang mempercayai bahwa suatu obat, treatment ataupun prosedur tertentu bisa bekerja dan membawa hasil positif bagi tubuhnya. Memang sih, obat kosong tadi nggak benar-benar menyembuhkan, tapi bisa menciptakan koneksi antara otak dan tubuh kita sehingga kita merasa lebih baik.
Ngomongin tentang sugesti pikiran dan hasil yang dialami, kayaknya banyak juga yang punya pengalaman serupa dengan produk skincare. Kenapa ya ada produk skincare yang menurut kita bagus banget, tapi menurut orang lain nggak bekerja di kulit mereka? Kenapa sih kita rela splurge dari brand skincare high-end, padahal brand drugstore juga punya produk dengan kandungan yang sama persis? Coba baca yuk, jangan-jangan kamu lagi mengalami yang namanya placebo effect!
Harga yang Mahal dan Packaging Produk yang Cantik
Perbedaan kualitas ingredients yang digunakan oleh brand tertentu mungkin jadi satu faktor yang mempengaruhi kenapa harganya bisa berbeda dengan produk serupa yang jauh lebih murah. Saya termasuk yang percaya produk skincare mahal adalah investasi yang akan bawa hasil yang juga jauh lebih baik dibanding produk yang harganya biasa aja. Tapi sayangnya, nggak melulu hasil yang didapatkan bisa sesuai ekspektasi. Karena pada dasarnya, skincare yang dibanderol dengan harga lebih mahal bukan jaminan produknya bekerja lebih baik pada semua tipe kulit dibanding produk yang harganya ramah di kantong.
Lain halnya dengan packaging, ada juga lho beberapa orang yang percaya pada kualitas packaging sebelum akhirnya menentukan untuk membeli produk skincare. Misalnya, produk serum yang dikemas dalam botol air tight pump dianggap jauh lebih berkualitas dibanding serum dengan aplikator pipet drop. Atau produk dengan packaging gelas yang terlihat mahal pasti lebih bagus dibanding yang packaging-nya tube plastik biasa.
Saya sendiri hampir selalu memperhatikan packaging produk skincare yang akan dibeli. Produk dengan packaging cantik akan punya nilai plus dan dipajang di meja, bahkan bikin saya lebih rajin untuk pakai produknya. It does sparks joy, kalau merujuk metode beberes ala Marie Kondo hahaha. Tapi jangan salah, ada juga kok beberapa produk skincare saya yang punya packaging buruk rupa tapi tetap saya gunakan terus karena memang produknya bekerja dengan baik di kulit saya.
Brand Marketing dan Peer Pressure
Nah, siapa nih yang sering beli produk apapun yang direkomendasikan sama influencer favorit atau selalu ngikutin rangkaian produk baru keluaran brand tertentu? Kebanyakan produk yang hype di internet akan kita beli dengan alasan banyak influencer yang kasih review bagus tentang produk tersebut. Apalagi kalau brand yang mengeluarkan produknya memang sudah terkenal mempunyai beberapa produk skincare dengan reputasi bagus atau malah punya afiliasi dengan klinik kecantikan ternama.
Begitu pula dengan peer pressure. Kita cenderung akan mempercayai rekomendasi dari teman dekat yang kita anggap skincare savvy atau setidaknya sudah punya pengalaman baik dengan produk yang mereka sarankan. Kalau saya sendiri, nggak begitu punya kiblat skincare dari pertemanan, tapi saya selalu nurut untuk pakai produk apapun yang disarankan oleh dokter SpKK saya.
Ingredients Produk
Placebo effect bisa juga lho dialami kita yang nggak bisa move on dari satu ingredients tertentu. Misalnya kalau saya, menjagokan Niacinamide, Ceramide, dan Hyaluronic Acid. Some people also swear by their favorite ingredients: Retinol, Vitamin C, Probiotic, dan masih banyak lagi. Walaupun ingredients dengan fungsi serupa juga banyak di pasaran, tetap nggak bisa rasanya berpindah dari ingredients yang sudah cocok banget dengan kulit kita.
Nggak ada yang salah dengan placebo effect yang kita rasakan dari produk skincare tertentu, selama pemakaian produk tersebut cocok dan bisa kasih hasil yang sesuai dengan yang kita inginkan. Sama halnya dengan treatment dalam menggunakan skincare itu sendiri, ada yang percaya kulitnya membutuhkan skincare berlapis atau minimalis. Ada yang merasa butuh physical exfoliator, ada yang merasa chemical exfoliator sudah cukup efektif untuk kebutuhan kulitnya.
Again, our mind is indeed a powerful thing. Kalau kita percaya suatu produk atau kebiasaan tertentu akan membuat kulit kita jadi lebih baik, kemungkinan besar hasilnya akan benar-benar kita dapatkan. Jangan lupa dibarengi dengan banyak cari tahu tentang produk skincare sebelum membeli, supaya kamu bisa menggunakan produk yang memang dibutuhkan kulitmu.
Kalau kamu, pernah merasakan placebo effect juga nggak?