backstage beauty

Apakah Personalized Beauty Akan Jadi Masa Depan Industri Ini?

seo-img-article

Pernah membeli produk gara-gara isi kuis yang menanyakan kondisi serta kebutuhan kulit atau rambutmu? Kalau pernah, artinya strategi personalized beauty berhasil untuk mendorongmu membeli produk. Kenali personalized beauty lebih dalam di artikel ini. 

 

Sering bingung memilih beauty product yang tepat untukmu karena terlalu banyak ragam beauty product yang beredar di pasaran? Dengan produk yang dipersonalisasi, kamu bisa mendapatkan produk yang dibuat persis untuk menjawab kebutuhan kulit atau rambutmu. Masalahnya, kondisi kulit atau rambut tiap orang berbeda-beda, ditambah lagi faktor-faktor penentu lainnya seperti gaya hidup, tingkat stres, atau asupan nutrisi yang pasti juga berbeda-beda di tiap individu. Apa iya, produk personalisasi ini benar-benar bisa mengakomodir semua orang?

Perkenalkan, personalized beauty, sebuah pendekatan dalam formulasi produk (atau bisa juga jasa) yang didesai berdasarkan kebutuhan tiap orang. Salah satu brand yang menawarkan produk personalisasi misalnya Function of Beauty. Brand asal Amerika Serikat tersebut menjual hair care seperti shampoo, conditioner, purple shampoo, hair mask, hingga hair serum dan produk hair care lainnya. Tak lupa juga produk-produk skincare dan body care yang semuanya benar-benar 100% bisa dipersonalisasi.

personalized beauty

Elemen yang bisa dipersonalisasi pun sangat beragam. Mengambil contoh produk shampoo, kamu akan diminta menjawab beberapa pertanyaan seputar kondisi rambutmu, mulai dari jenis dan ketebalan rambut, kondisi kulit kepala, apakah rambutmu diwarnai atau tidak, sampai hair goals yang ingin kamu capai. Tidak cuma formulanya, kamu pun bisa memilih aroma yang kamu inginkan, plus intensitas aromanya juga. Mau fragrance-free juga bisa. Bahkan, kamu juga bisa mencetak namamu di botol, seperti mockup di atas yang saya screenshot dari laman Function of Beauty saat mencoba mengikuti kuisnya.

Tidak hanya brand independen seperti Function of Beauty, brand-brand besar pun sempat mengeluarkan lini personalisasi mereka. Clinique misalnya, dengan lini produk yang dinamakan Clinique iD yang memiliki lebih dari 30 kombinasi. Juga Neutrogena, meski bentuknya sedikit berbeda. Dengan aplikasi Neutrogena Skin360®  kamu bisa mendapatkan rekomendasi produk Neutrogena sesimpel dengan mengambil selfie. 

 

Bagaimana dengan di Indonesia?

personalized beauty

Data dari mesin intelegensi Spate menunjukkan bahwa ada kenaikan signifikan dalam pencarian kata kunci “custom solutions”  terutama dalam lingkup perawatan rambut dan kuku, diikuti dengan shampoo dan conditioner. Di Indonesia sendiri, sempat ada BASE yang mengawali sepak terjangnya di beauty industry dengan skincare personalisasi. Namun saat artikel ini ditulis, BASE mulai melepas keidentikan brand-nya dengan personalized beauty. Meski demikian, BASE masih memiliki kuis di website-nya yang dapat kita isi untuk mengkurasi produk yang paling cocok untuk kondisi kulit dan gaya hidup kita. 

Model seperti ini juga banyak dilakukan oleh brand-brand lain baik itu lokal maupun internasional. Selain kuis online, assessment untuk mengetahui kondisi serta kebutuhan tiap konsumen juga sering dibantu oleh teknologi. Mungkin kamu pernah mengetes kondisi kulit atau rambutmu dengan kamera khusus di bazaar atau toko milik brand untuk menjadi acuan sales assistant dalam merekomendasikan produk yang tepat buatmu? Kalau saya pernah, dan jujur memang jadi lebih tergiur untuk beli produk rekomendasinya. 

Kalau ngomongin soal teknologi canggih untuk personalisasi produk, ada juga Nusantics dengan Biome Scan nya. Personalized beauty dari brand lokal satu ini juga sangat menarik. Kita tidak hanya akan diases dengan beberapa pertanyaan saja, tapi sample microbiome di kulit kita juga akan diambil dengan cara swab kulit tanpa rasa sakit untuk kemudian diproses menggunakan teknologi genomics yang super canggih. Dengan melakukan profiling ini, kita tidak hanyak bisa diberikan rekomendasi produk Biome Beauty (produk beauty keluaran Nusantics) mana yang paling pas, tapi bisa sampai mengetahui facial treatment apa yang paling pas, ingredients, hingga jenis produk seperti apa yang cocok dan tidak cocok dengan kulit kita.

Melalui survei kecil-kecilan di Instagram Story Female Daily, 62% dari 146 FD Members menjawab belum pernah membeli atau mencoba produk personalized dalam bentuk apapun. Meski tidak bisa merepresentasikan minat seluruh orang Indonesia, survei ini mungkin memperlihatkan bahwa personalized solution merupakan konsep yang relatif asing sehingga masih banyak yang mempertanyakan, seperti kata salah satu FD Members yang menjawab bahwa alasannya belum mencoba produk personalisasi adalah karena “kombinasi ingredients yang belum melalui pengujian stabilitas dan keamanan.”

Selain itu, beberapa menjawab harga yang relatif lebih mahal juga jadi pertimbangan mereka dalam mencoba atau membeli personalized product. Keraguan mereka juga didasari oleh minimnya review dari user lain sehingga membuat mereka takut produknya tidak cocok. Sebaliknya, juga ada yang menjawab bahwa justru mereka takut produknya cocok, “Personalized product takutnya gak permanen. Susah kalo udah cocok.” Dengan kata lain, FD Members merasa personalized beauty ini masih belum terlalu stabil dan ada kemungkinan untuk di-discontinue. 

Sementara atau tahan lama?

personalized beauty

Menurut laporan McKinsey yang berjudul The future of personalization–and how to get ready for it tahun 2019, personalisasi akan menjadi salah satu faktor kesuksesan marketing selama kurang lebih lima tahun dari laporan tersebut rilis. Personalisasi ini dianggap salah satu elemen yang meningkatkan customer experience. 

Dengan berkembangnya teknologi, data, dan alat-alat analitik juga memungkinkan brand dari berbagai industri untuk mendesain pengalaman yang lebih personal dan lebih “manusia” di berbagai buying stage.

Pandemi juga punya peran dalam mendorong bentuk layanan personalisasi, seperti layanan AR yang memungkinkan konsumen untuk mencoba kosmetik dari rumah. Yves Saint Laurent menangkap potensi ini dan membawanya ke level yang berbeda dengan merilis Rouge Surge Mesure by Perso, sebuah alat yang fungsinya mirip dengan printer lipstick. Dengan 4 set kategori warna yaitu merah, orange, pink, dan nude, kamu bisa memilih warna yang paling kamu suka–bahkan sampai menjiplak warna lipstick model di majalah. Tinggal foto objek dengan shade yang kamu ingin jadikan lipstick! 

Melihat cepatnya perkembangan industri kecantikan ini, jadi nggak sabar deh menanti inovasi-inovasi lainnya di masa mendatang. Kalau kamu sendiri, apa nih tanggapannya mengenai arah gerak beauty industry yang semakin mengandalkan personalisasi?

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment