banner-detik

backstage beauty

Apakah Halal Beauty Tren Atau Kebutuhan?

seo-img-article

Indonesia ditargetkan menjadi pusat industri halal dunia pada tahun 2024. Industri kecantikan Indonesia juga mulai melihat pentingnya sertifikasi Halal bagi produk mereka. Apa artinya Halal beauty bagi kita selaku konsumen dan bagi industri secara keseluruhan?

 

Buat sebagian orang, sebelum membeli produk makeup dan personal care ada pertimbangan yang butuh proses panjang. Belum lagi kriteria yang bikin produk-produk itu layak di-checkout juga nggak kalah banyaknya. Selain kualitas produknya itu sendiri, ada juga yang mempertimbangkan bagaimana produk tersebut dibuat. Misalnya, memperhatikan apakah produk yang mau dibeli udah bersertifikasi cruelty-free, vegan, Halal, atau ketiganya. Kamu tipe pembeli yang begini juga, mungkin?

Bicara soal produk kecantikan bersertifikasi Halal, saking pentingnya bagi demografis beauty user tertentu, Halal beauty jadi industri tersendiri yang punya potensi tinggi. Apakah cap Halal akan jadi standar baru untuk memenangkan konsumen di Indonesia? Bagaimana dengan di luar negeri? Baca terus untuk mengetahui jawabannya ya!

 

Halal beauty sebagai industri

halal beauty

Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumen produk halal terbesar di dunia. Nggak cuma makanan aja, tapi juga produk kecantikan. Peringkatnya pun nggak main-main. Indonesia pada tahun 2020 berhasil menyabet titel negara dengan konsumen kosmetik Halal terbesar kedua di dunia setelah India. Nilai konsumsinya di tahun 2020 sampai lebih dari US$4,19 miliar atau setara dengan 65 triliun rupiah! Angka ini juga diprediksi terus tumbuh sebesar 8% setiap tahun sampai 2025 menurut Indonesia Halal Economic Report 2021/2022.

Potensi ini juga disadari oleh Presiden Jokowi. Bahkan, dalam acara pembukaan Trade Expo Indonesia bulan Oktober 2022, Presiden Jokowi sempat menyinggung target untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat industri Halal di dunia. Menurut beliau, goal ini dapat mulai tercapai pada 2024.

Lalu apa artinya fakta-fakta ini bagi industri kecantikan Indonesia? 

 

Tren atau kebutuhan?

halal beauty

Secara definisi, halal beauty merujuk pada produk-produk kecantikan baik itu makeup, skincare, bodycare atau haircare yang proses pembuatannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Misalnya, wudhu-friendly, tidak berasal dan mengandung babi atau turunannya, serta beberapa kriteria lainnya yang pernah dijelaskan Wakil Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Ir. Muti Arintawati, M. Si. kepada Female Daily yang bisa kamu baca selengkapnya di sini.

Menariknya, jika beberapa tahun ke belakang sertifikasi Halal dikeluarkan oleh MUI, terjadi perubahan mendasar dalam proses sertifikasi ini pasca terbitnya Undang-undang No 33 tahun 2014, tentang Jaminan Produk Halal. Salah satunya adalah, proses sertifikasi Halal akan melibatkan tiga aktor yang diatur dalam Undang-undang tersebut agar lebih holistik, yaitu BPJPH, Lembaga Pemeriksa Halal, dan juga MUI.

Mengingat Indonesia adalah negara dengan umat Muslim terbanyak di dunia, wajar jika brand kecantikan lokal cukup melirik sertifikasi Halal demi dapat menarik minat konsumen. Selain brand dari Indonesia serta negara lain dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, brand-brand internasional juga mulai memperhatikan sertifikasi Halal ini. Sebut saja Dove, Lifebuoy, Sunsilk, Clear, dan TREsemmé yang berada di bawah naungan Unilever. Juga Estée Lauder dan Colgate-Palmolive. Menurut Pew Research Center, konsumen makeup yang beragama Islam di dunia juga jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit, alias 23% dari populasi global. 

Memang, tidak semua orang yang beragama Islam mementingkan produk dengan cara pembuatan yang bersertifikasi Halal. Tapi kalau kita anggap separuh saja beauty users yang beragama Islam memiliki prinisip demikian, jumlahnya masih banyak sekali. Sekilas, pengajuan sertifikasi Halal bisa jadi sekadar keputusan strategis supaya dapat meningkatkan daya tarik brand atau produk di mata konsumen dan mendongkrak penjualan. Belum lagi, sertifikasi Halal dapat jadi satu-satunya cara untuk sebuah brand mengekspor produknya ke negara-negara tertentu. Namun, implikasinya bisa lebih jauh dari itu. 

 

Signifikansi label Halal pada produk personal care

Proses untuk mendapatkan sertifikasi Halal tidak mudah, tidak sebentar, dan seringkali tidak murah. Belum lagi proses audit yang perlu dilalui brand pada saat masa berlaku sertifikasi mereka habis dan mereka ingin memperpanjangnya. Sehingga, jika sebuah brand rela untuk menghabiskan resource sebanyak itu untuk memperoleh sertifikasi Halal, hal ini menunjukkan keseriusan mereka yang tidak main-main. Hal ini penting mengingat produk personal care adalah produk yang kita aplikasikan secara langsung ke bagian tubuh kita sehingga keseriusan pihak pembuat produk tentu perlu kita perhatikan.

Bagi konsumen, sertifikasi Halal pada produk kecantikan dapat dijadikan filter untuk memilih produk yang tepat bagi dirinya di tengah banjirnya pilihan yang beredar di pasaran. Dengan semakin banyaknya beauty brands yang memperhatikan aspek Halal dalam pembuatan produknya juga menunjukkan bahwa industri kecantikan bergerak ke arah yang lebih inklusif karena mereka turut memperhatikan concern dari konsumen Muslim yang ingin mengikuti ajaran agama dalam setiap lini kehidupannya, termasuk dalam pilihan produk personal care-nya.

 

Semoga saja, sertifikasi ini bukan sekedar jadi label yang dipakai untuk membentuk citra tertentu tanpa dibarengi dengan niat baik untuk mengakomodir kebutuhan dari berbagai kalangan beauty users ya. Semoga kita juga sebagai konsumen, tidak melihat label Halal jadi lebih penting dibanding kualitas produknya itu sendiri.

 

Apa pendapatmu soal Halal beauty? Share di kolom komentar bawah ya!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment