backstage beauty
15 Mar 2022
Penjelasan Para Expert Tentang Clean Beauty
Apakah kamu merasa masih asing dengan clean beauty? Ini dia artikel yang wajib kamu baca!
Apakah clean beauty sama dengan green beauty?
Harus diakui bahwa clean beauty seringkali dianggap sama dengan green beauty atau bahkan natural beauty, padahal ketiganya memiliki pengertian yang berbeda. Untuk mempermudah pemahaman, simak penjelasan singkat di bawah ini:
- Clean beauty: produk-produk dengan label clean beauty berarti tidak mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi kesehatan.
- Green beauty: ‘green’ adalah kata kunci yang mengindikasikan bahwa produk-produk dengan label ini menggunakan kandungan yang dibuat dengan mengutamakan kelestarian lingkungan (sustainable).
- Natural beauty: produk-produk dengan label natural beauty berarti memiliki kandungan-kandungan yang alamiah.
Penjelasan di atas merupakan definisi secara umum, tetapi sebetulnya hingga saat ini belum ada definisi ‘clean’, ‘green’, dan ‘natural’ secara hukum. Menurut Gita Savitri Devi yang bekerja sebagai chemist di salah satu cosmetic development company di Hamburg, Jerman, ketiadaan definisi secara hukum berisiko menimbulkan kerancuan, karena pendefinisian menurut brand bisa saja subjektif. “Does ‘natural’ mean it comes directly from a natural source with only minimal processing? Does ‘natural’ mean it is derived from natural ingredients? Is ‘natural’ identical to ‘natural ingredients’? Pengertiannya bisa banyak dan rancu sekali, simply karena belum ada legal definition,” papar Gita.
Gita juga menjelaskan bahwa label ‘natural’ yang terdapat pada suatu produk bukan berarti kandungan-kandungan yang terdapat di dalam produk tersebut tidak melalui pemrosesan sama sekali. “A refining process is necessary to remove impurities from the natural ingredients. Di Eropa, peraturan yang menjadi acuan adalah standar ISO 16128 yang mendefinisikan tingkat alamiah suatu produk berdasarkan kandungan yang terdapat di dalamnya.”
Fenomena clean beauty di Indonesia
Di Indonesia, kini mulai bermunculan berbagai beauty brand lokal yang menganut prinsip ini. Meskipun demikian, clean beauty ternyata masih cukup asing bagi beauty community di Indonesia. Dari hasil riset yang FD lakukan terhadap FD Community, hanya 31% yang sudah mengenal clean beauty. Namun, sebanyak 74% responden mengakui tertarik untuk mencoba clean beauty product. Data ini cukup menarik karena menandakan masih ada beauty enthusiast dalam jumlah yang cukup besar yang belum tertarik untuk mencoba clean beauty product. Yang lebih menarik lagi, ada beberapa member yang mengatakan bahwa hal ini hanyalah akal-akalan marketing atau sekadar gimmick.
Affi Assegaf, our favourite beauty guru, percaya bahwa clean beauty memiliki tujuan yang baik, yaitu menjadi alternatif yang tepat bagi orang-orang yang memiliki concern tinggi mengenai produk yang mereka gunakan atau memiliki kulit yang sensitif terhadap kandungan produk tertentu. Di sisi lain, strategi pemasarannya yang kadang terasa menakut-nakuti menjadi sebuah isu sendiri. “Karena tidak ada standar baku yang mengatur definisi ‘clean’, brand bebas mendefinisikannya. Sayangnya, kadang brand melakukannya dengan demonizing beberapa kandungan produk tanpa basis informasi yang akurat. Hal seperti ini kan memperparah misinformasi dan kebingungan konsumen,” ujar Affi.
Arus informasi yang serba cepat dan tidak selalu akurat memang rentan membawa misinformasi, apalagi yang berhubungan dengan beauty. Kuncinya tentu saja edukasi pasar dengan cara yang benar, sesederhana dengan tidak menggunakan komunikasi yang fear mongering. “Idealnya, clean beauty brand fokus memberikan edukasi kepada konsumennya tentang alasan mereka memilih kandungan produk yang mereka gunakan, bukan memberikan edukasi kepada konsumennya tentang kandungan produk yang mereka tidak gunakan. See the difference?” jelas Affi lagi.
Memberikan edukasi mengenai suatu hal yang masih asing seperti clean beauty memang bukan perkara mudah. Irvyn Wongso, pendiri dan CEO Innertrue, pun mengakui hal ini. “Salah satu tantangan terbesar kami sebagai beauty brand yang menganut prinsip clean beauty adalah mengedukasi pasar mengenai produk-produk kami. Orang bisa saja mengatakan mereka menginginkan produk dengan formulasi yang ‘clean’, tetapi mereka tidak bersedia mengeluarkan uang lebih untuk produk tersebut. Ada juga yang mengatakan mereka menginginkan produk yang ‘natural’, tetapi mengeluhkan hasilnya yang tidak instan. Kami banyak menemukan konsumen yang tidak mengetahui apa yang benar-benar mereka inginkan atau butuhkan, karena mereka terus-terusan dipengaruhi apapun yang sedang menjadi trend di media sosial. At times, they seem to have forgotten the true purpose of skincare,” ungkapnya.
Innertrue sendiri berangkat dari pengalaman pribadi Irvyn yang kesulitan mencari skincare yang gentle, tetapi tetap mampu bekerja secara efektif untuk kulitnya yang sensitif. Karena pengalamannya ini, Innertrue menghindari penggunaan kandungan produk yang berpotensi mengakibatkan iritasi atau kandungan produk yang tidak memberikan manfaat nyata untuk kulit. “It’s not very difficult to make claims, but to live up to the claims is a different thing, so we try to align the best of nature, technology, and conscience,” pungkasnya.
Sejatinya skincare adalah jodoh alias cocok-cocokan. Walaupun sudah diformulasikan seminimalis mungkin, belum tentu kulitmu cocok dengan clean beauty product. Jadi, pastikan kamu tahu apa yang kulitmu benar-benar butuhkan. Do your own research. Tentunya jangan lupa lakukan patch test (pelajari caranya di sini) setiap membeli produk baru.
So, are you interested in converting to clean beauty? Or have you converted already? Any clean beauty brands that pique your interest? Let us know in the comments!
–
Image: pmv chamara, Michelie from Unsplash.