banner-detik

beauty school

Rambut Rontok Setelah Sembuh COVID-19? Ini Dia Jawaban Dokter

seo-img-article

Long story short, akhir bulan Juni lalu saya terpapar virus COVID-19. Untungnya gejala yang saya alami masih tergolong ringan, sehingga proses pemulihannya pun cepat, hanya satu minggu saja. Namun yang saya rasakan setelah sembuh, adalah rambut rontok yang berlebihan. Ternyata yang mengalami ini bukan hanya saya saja, tapi banyak sekali orang yang mengalami ini. Saking parahnya, ada yang rambutnya menjadi tipis banget, hingga harus dipotong pendek sekali.

Penasaran dengan fenomena ini, saya memutuskan untuk bertanya ke dr.Arini Widodo.SpKK, mengenai masalah ini. Apakah salah satu efek samping dari COVID-19, salah satunya rambut rontok, atau ini disebabkan hal lain? Yuk, simak jawabannya.

Hai dok, boleh jelasin nggak kenapa banyak yang mengalami rambut rontok setelah terpapar virus COVID-19?

“Beberapa orang ada yang mengalami kerontokan rambut yang nyata setelah pulih dari COVID-19. Berbulan – bulan setelah pulih dari COVID-19, banyak orang menemukan bahwa rambut mereka rontok dalam jumlah besar. Salah satu penyebab dari munculnya kerontokan rambut ini adalah demam pada pasien COVID-19 tersebut. Beberapa bulan setelah mengalami demam tinggi atau pulih dari penyakit, banyak orang mengalami hair loss. Pada kondisi medis, sebenarnya hal ini disebut dengan hair shedding. Nama medis untuk jenis kerontokan rambut ini adalah telogen effluvium. Hal ini terjadi ketika lebih banyak rambut dari biasanya yang memasuki fase telogen dari siklus pertumbuhan rambut.

Demam atau penyakit dapat memaksa lebih banyak rambut masuk ke fase kerontokan (shedding phase). Selain demam, stress juga bisa memicu munculnya kerontokan rambut. Stress emosional juga dapat memaksa lebih banyak rambut dari biasanya masuk ke shedding phase. Dan stress juga menjadi salah satu hal yang paling sering terjadi selama terinfeksi COVID-19.

“Teori lain, tubuh merespon adanya virus SARS Cov 2 dengan membentuk peradangan, sehingga merusak jaringan dan mekanisme koagulasi. Hal ini juga dapat memicu telogen effluvium melalui respons peradangan dan/atau microthrombi (sumbatan pembuluh darah) pada rambut sehingga mengganggu aliran darah pada rambut. Kerontokan bisa juga disebabkan oleh beberapa obat covid 19 seperti hydroxychloroquine, azithromycin, dan lain- lain. Oleh karena itu, pada kerontokan yang diakibatkan COVID-19, perlu di evaluasi apakah penyebabnya akibat demam, COVID-19 itu sendiri, stress fisik maupun emosional, atau akibat pengobatan.

Telogen effluvium dedefinisikan sebagai kerontokan rambut yang terjadi beberapa bulan akibat stressor tertentu yang mengakibatkan transisi pertumbuhan rambut dari fase anagen, (fase pertumbuhan rambut aktif) ke fase telogen (fase rambut istirahat). Fase telogen biasanya 3 bulan.”

Apakah kerontokan setelah COVID-19 ini berbahaya?

“Masalah kerontokan ini sebenarnya tidak berbahaya, dan bersifat sementara. Namun perlu dipikirkan bahwa kerontokan ini pada sebagian orang membuat tingkat stress secara fisik dan emosional semakin tinggi. Jumlah prevalensi penderita kerontokan akibat COVID-19 juga tentunya meningkat seiring dengan semakin bertambahnya angka penderita COVID-19.

Kapan kita menilai bahwa kerontokan ini perlu di obati? Rambut umumnya rontok 50-100 helai sehari. Apabila kerontokan yang terjadi lebih dari jumlah ini, kita dapat menduga bahwa kita mengalami telogen effluvium, seperti yang sudah saya jelaskan di atas. Untuk tahu apakah rambut rontok normal atau tidak, bisa melakukan hair count test di rumah, dengan menghitung rambut rontok yang di kumpulkan dalam 1 amplop dan di hitung dalam 24 jam, apakah lebih dari 100 helai. Apabila lebih, konsultasi ke dokter.”

Berapa lama rambut akan rontok setelah COVID-19?

“Kerontokan yang terjadi akibat COVID-19 ini biasanya berlangsung beberapa minggu, sampai beberapa bulan setelah infeksi, dan rambut dapat rontok dalam jumlah besar sekaligus, juga menipis pada bagian depan (perbatasan dengan wajah). Kebanyakan orang akan mulai menyadari kerontokan rambut yang dialami 2 – 3 bulan setelah demam atau sakit. Kerontokan rambut ini bisa berlangsung selama 6 – 9 bulan sebelum berhenti. Sama halnya dengan kerontokan rambut yang disebabkan karena stress, kerontokan rambut akan dimulai sekitar 2 – 3 bulan setelah stress dimulai. Namun, jika penyebab utama kerontokan tersebut adalah stress maka penting untuk mencoba menghilangkan stress karena hanya ketika stress berakhir, kerontokan rambut yang berlebihan tersebut akan berhenti.

Berdasarkan interview saya dengan dokter, ternyata rambut rontok memang wajar dialami setiap orang yang sakit, apalagi kalau ada faktor demam tinggi. Makanya nggak heran, banyak juga dokter yang mengatakan, ketika terserang COVID-19, baiknya meningkatkan imun tubuh dan coba berusaha untuk happy. Memang sulit untuk menaikan mood saat sedang sakit, namun hal kecil yang bisa dilakukan adalah dengan binge watching serial, makan-makanan favorit, atau coba untuk selalu berkomunikasi dengan teman dan keluarga melalui video call.”

Semoga kalian yang sedang berjuang melawan virus COVID-19 cepat sembuh dan yang sedang recovery juga cepat kembali sehat 100%.

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment