banner-detik

lifestyle

Stonewalling: Kebiasaan Lari dari Masalah yang Dapat Merusak Hubungan dengan Pasangan

seo-img-article

Dicuekin dan didiemin sama pacar selama berhari-hari gara-gara suatu masalah emang bikin nggak nyaman. Bukannya menyelesaikan masalah, yang ada malah memperburuk keadaan. Kebiasaan ‘menggantung’ masalah ini disebut sebagai stonewalling, dan bisa merusak keharmonisan pasangan, lho.

Ada sebuah istilah yang dikenal sebagai “The Four Horsemen of the Apocalypse”. Istilah ini datang dari Gottman Institute, untuk mendefinisikan 4 perilaku yang bisa bikin hubunganmu dan pasangan kandas ditengah jalan. Keempat perilaku tersebut antara lain adalah criticism (kritikan), contempt (penghinaan), defensiveness (tindakan defensif), dan stonewalling – yang bakal dibahas kali ini. 

Apa Itu Stonewalling?

“Udah ah, nggak usah dibahas lagi, aku capek!” 

“Aku nggak mau bahas soal ini lagi”

“Tau ah, gelap!” 

Kalau ketiga kalimat di atas diucapkan pasangan saat kalian sedang dalam suatu argumen, itu tandanya kamu lagi di-stonewalling. Pernah mengalaminya?

Stonewalling, atau lebih sering disebut sebagai “silent treatment”, merupakan strategi manajemen emosi yang dilakukan ketika, kamu atau pasangan mencoba menghindari konflik yang sedang terjadi. Cara menghindarinya adalah dengan mendiamkan pasangan, menolak untuk bicara, menunda-nunda untuk membahas suatu masalah, atau walk out di tengah-tengah perdebatan yang sedang berlangsung. Tindakan stonewalling juga sering diungkapkan secara nonverbal. Misalnya menutup telinga, menutup mata atau memutar mata.

Kenapa Pasanganku Suka Melakukan Stonewalling?

Stonewalling nggak selalu berarti emotional abuse, sebab nggak selalu tindakan stonewalling itu disengaja. Stonewalling bisa jadi strategi defensif ataupun agresif. Jika dilakukan secara sengaja sebagai perilaku manipulatif untuk menyebabkan orang lain menyalahkan diri sendiri, kesal, merasa direndahkan atau untuk mengontrol orang lain, maka stonewalling ini dikategorikan perilaku agresif yang termasuk emotional abuse.

Baca juga: Jangan Diam Terhadap Perilaku Abuse, Kenali Tanda-Tandanya!

Namun, terkadang stonewalling nggak dilakukan in purpose, melainkan karena hal tersebut sudah jadi coping mechanism bagi seseorang saat merasa overwhelmed, cemas, atau punya trauma tertentu terkait masalah yang sedang dihadapi. 

Bahaya Melakukan Stonewalling

Stonewalling akan menghambat penyelesaian konflik antara kamu dan pasangan. Masalah pun nggak akan menemukan solusi kalau cuma didiamkan, yang ada malah jadi berlarut-larut dan nggak menemukan kata sepakat.Pasti nggak enak rasanya di-stonewalling. Masalah seolah-olah menggantung dan nggak menemukan jalan keluarnya. Hati-hati, lho. Jika dibiarkan terus-menerus, perilaku seperti ini bisa jadi kebiasaan buruk, yang dampaknya nggak sehat untuk hubunganmu dan pasangan. Bahkan, menurut Gottman Institute, stonewalling menjadi salah satu penyebab perceraian dalam pernikahan, lho!

Stonewalling memang seberbahaya itu, untuk kedua belah pihak. Terlebih lagi, pasangan yang mendapat perlakuan stonewalling akan merasa seolah tidak didengarkan dan tidak dihargai.

Cara Menghadapi Pasangan yang Suka Stonewalling

Menurut penelitian, termasuk yang dilakukan oleh Gottman Institute, cowok lebih sering melakukan stonewalling dibandingkan cewek. Cowok memang cenderung lebih sering diam ketika ada masalah, sementara cewek memang lebih sering ngomel secara terang-terangan.

Nah, kalau udah dicuekin, bisa apa dong?

Cara terbaik untuk menangani perilaku stonewalling, ya dengan menghancurkan stonewall itu sendiri. Jangan gengsi untuk memulai percakapan duluan, sebab memulai bukan berarti kalah. Ungkapkan secara terang-terangan apa yang kamu rasakan saat mendapatkan silent treatment, dan ungkapkan fakta kalau berdiam diri nggak akan menyelesaikan masalah apapun.

Baca juga: 11 Tanda Bahwa Pacar Kamu Melakukan Gaslighting

Cobalah lebih peka, sehingga kamu bisa menyadari penyebab pasangan melakukan stonewalling. Jika pasangan melakukan stonewalling dengan tidak disengaja, atau karena perasaan cemas dan takut, coba untuk membuka pembicaraan secara perlahan dan dengan tenang.

Kalau perlu, beri pasangan jarak dan waktu untuk berpikir sementara. Perlu diingat, bahwa stonewalling berbeda dengan menjaga jarak. Komitmen untuk break atau jaga jarak sementara diawali dengan komunikasi yang clear dan kesepakatan bersama, sehingga kedua belah pihak merasa saling dihargai.

Jadidari pada ditinggal tidur, menyelesaikan masalah secara langsung lebih baik jika memungkinkan. Namun, kalau kamu atau pasangan butuh waktu untuk berpikir, it’s totally fine then. Tapi, pastikan pasanganmu nggak merasa digantung dan dicuekin, ya!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment