skincare
21 Jan 2021
Trend Main Saham? Perhatikan Hal Ini Sebelum Mulai Berinvestasi!
Belakangan, main saham sudah jadi trend baru di kalangan anak muda. Sejak akhir tahun lalu, makin banyak yang berlomba-lomba investasi saham demi mengejar cuan. Sebelum kamu ikutan trend ini, ada hal penting yang perlu kamu catat.
Sekarang, investasi jadi lebih mudah, apa lagi sejak munculnya berbagai platform digital yang memungkinkan transaksi dilakukan online dari mana saja dan kapan saja. Nggak perlu lagi jauh-jauh dan ngantri di bank atau perusahaan sekuritas buat bikin account. Investasi pun sekarang bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk pelajar, karena bisa mulai dari nominal yang sangat kecil. Bahkan dari Rp 10.000 aja, lho. Nggak heran jika makin banyak Millennial dan bahkan Gen Z berbondong-bondong ikutan hype ini.
Meningkatnya hype saham dikalangan anak muda, jadi bukti kalau sudah banyak anak muda yang melek soal keuangan. Tapi, bisa bahaya kalau kamu ikut-ikutan trend tanpa pertimbangan dan ilmu. Apa lagi, ini berurusan dengan uang (yang bisa jadi nggak sedikit).
Baca juga : Tips Mudah Menabung yang Perlu Kamu Ketahui!
Sosial media juga sangat mempengaruhi trend ini. Akhir-akhir ini, timeline instastory saya dipenuhi oleh update cuan dari teman-teman yang main saham. Nggak ditampik, mereka yang berhasil cuan lewat saham memang terlihat keren dan menggiurkan. Namun, nggak sedikit juga yang merugi. Sebagian malah ada yang sampai berhutang dan menggunakan uang untuk keperluan pokok seperti SPP, dana darurat, modal usaha, bahkan uang titipan seperti uang arisan atau uang kas demi ikutan main saham. Bahaya kan?
So, before you jump in to the bandwagon, perhatikan dulu hal-hal berikut ini baik-baik!
Kenali Tujuanmu
Sebelum memulai, tentunya kamu harus tahu dulu apa tujuan berinvestasi. Apakah itu tujuan jangka panjang (misalnya dana pensiun, dana pendidikan S2/S3 nanti), atau jangka pendek (seperti liburan, beli gadget atau kendaraan baru). Apapun tujuannya sah-sah saja, asal bukan karena FOMO (Fear of Missing Out) atau ikut-ikutan karena lagi nge-trend di kalangan temen-temen. Masalahnya, banyak banget yang berinvestasi saham, cuma karena pingin keren-kerenan, atau biar bisa pamer di sosial media saja. Duh! Jangan pula berinvestasi karena ingin cepat kaya, investasi nggak cocok buat orang-orang yang greedy.
Baca juga: The Bandwagon Effect: Kenapa Kita Selalu Ingin Ikut-ikutan yang Lagi Viral
Kenali Berbagai Instrumen Investasi
Instrumen investasi bukan cuma saham, lho. Ada banyak banget instrumen yang bisa dipilih, misalnya emas, reksadana pasar uang, P2P lending, reksadana index, dan reksadana saham. Masing-masing instrumen punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada yang tingkat return atau keuntungannya relatif rendah dan lama, ada juga yang tinggi dan cepat. Ada yang stabil, dan ada yang fluktuatif.
Namun perlu diingat, makin tinggi return-nya, makin tinggi pula risikonya. Kamu nggak bisa ujug-ujug memilih satu instrumen investasi hanya karena potensi cuannya paling tinggi (seperti saham). Pemilihan instrumen harus sesuai pula dengan tujuan dan jangka waktu berinvestasi.
Kenali Profil Risikomu
Nah, karena beda instrumen, beda pula tingkat risikonya, kamu harus mengenali profil risikomu sebelum memilih instrumen. Kira-kira investor tipikal apakah kamu? Apakah kamu tipe investor agresif yang pingin cuan lebih banyak, tapi berani ambil risiko, atau tipe investor konservatif yang sabar dan berusaha untuk menghindari kerugian?
Kenali Budget-mu
Di beberapa platform, kamu memang bisa mulai investasi dari nominal kecil. Misalnya untuk investasi reksadana dan emas. Hal ini bertujuan agar semua kalangan bisa ikutan investasi untuk masa depan. Berbeda dengan saham, yang minimal harus beli satu lot (100 lembar). Beda saham, beda pula harga per-lot nya. Jadi, buat invest di saham, kamu harus siapkan sejumlah dana yang nggak sedikit.
Nah, masalah yang sering muncul di kalangan investor permula adalah “lapar mata”. Banyak yang “maksa” beli saham besar-besaran dengan “modal kata orang” tanpa analisis. Parahnya lagi belinya pakai “uang panas” atau uang keperluan pokok, darurat, uang pinjaman, sampai gadai sertifikat rumah dan kendaraan. Banyak pula pemula yang pakai “uang panas” macam ini buat day trading yang sangat membutuhkan skill. Nah, kalau rugi, jadi panik sendiri, karena uang yang hilang nggak akan balik lagi. Makanya, investasi harus disesuaikan dengan budget. Jangan memaksakan diri kalau memang nggak mampu, because your loss is your responsibility.
Perdalam Pengetahuan
Walaupun di beberapa platform investasi disediakan rekomendasi otomatis, nggak selamanya kita bisa invest berdasarkan rekomendasi tersebut. Investasi juga butuh ilmu. Apa lagi untuk saham yang risikonya paling besar. Sebelum membeli dan mulai trading, investor harus punya kemampuan menganalisis, baik analisis teknikal dan fundamental. Kamu juga harus belajar mengelola portfolio. Jadi, investasi saham itu nggak hanya buy and sell saja, ya. Tahu kapan waktu terbaik untuk membeli dan menjual, supaya nggak rugi.
In the end, menurut saya, keinginan untuk ikutan berinvestasi merupakan hal positif, asalkan dilandasi dengan niat yang benar. Yang penting, jangan sampai investasi hanya gara-gara FOMO dan pengin terlihat keren. Last but not least, don’t be greedy. Just don’t!
Gimana, kamu juga pengin ikutan?
Image source: Money vector created by vectorjuice – www.freepik.com, Business vector created by pikisuperstar – www.freepik.com, Infographic vector created by vectorjuice – www.freepik.com,