I tried water-fasting so you don’t have to LOL. Gimana hasilnya setelah diet air putih dan nggak makan selama tiga hari?
Bagi banyak orang, PSBB atau quarantine jadi momen yang pas untuk mencoba macam-macam diet dan olahraga rutin. Pasalnya, mencoba diet ketat saat teman-teman di kantor atau kampus rajin jajan cemilan enak rasanya sulit banget ya. Selain itu, selama di rumah saja juga kita punya waktu luang lebih untuk istirahat kalau-kalau terasa lemas saat diet.
Kali ini saya mencoba diet yang cukup ekstrim, yaitu water-fasting. Diet ini memang sudah cukup lama populer, namun yang “memotivasi” saya untuk mencobanya adalah K-Pop Idol IU. Selain karena suaranya yang bagus banget, IU juga dikenal karena diet ekstrim yang dijalankannya. Her body is sooooo petite and dainty! Makanya jadi body goals banyak orang. IU menyebut diet ini dengan nama ‘Skeleton diet’ yang sebenarnya adalah diet air putih atau water-fasting.
Baca juga: Mencoba Intermittent Fasting Selama 1,5 Bulan
Seperti apa sih diet ini? Dalam sebuah interview, IU menceritakan kalau dia hanya minum air tiga liter selama lima hari berturut. Di hari ke-enam, ia berhenti makan dan minum, namun efek diuretiknya masih berjalan, sehingga di hari ke-tujuh (biasanya hari photoshoot) wajahnya jadi super tirus layaknya skeleton. Ekstrim? Banget! Namun saya penasaran sama hasilnya dan memutuskan untuk mencoba. Tapi saya nggak memasang target “harus turun x kilo!” atau “harus kuat sampai hari ke-tujuh!”. Tujuan saya lebih untuk jump start diet kalori defisit untuk jangka panjang. I just went with the flow dan ternyata hanya kuat tiga hari. Seperti apa experience-nya?
Keep in mind bahwa diet ini bukan lah untuk dilakukan jangka panjang dan hasilnya pun nggak akan sustainable.
Hari pertama saya mulai di hari Sabtu dengan bangun tidur jam 11 siang karena saya baru tidur sekitar jam 3 dini hari. Saat bangun, saya nggak merasa lapar sama sekali karena saya sudah terbiasa intermittent fasting. Langsung saya minum air sebotol penuh berisi 473ml (botol ini yang saya pakai secara konsisten selama diet ini). Lalu saya minum terus sepanjang hari sampai kurang lebih empat liter dan minum madu dua sendok makan. Sore harinya saya sempat makan crackers tiga keping. Bukan karena lapar, karena pingin makanan asin saja hehehe. Malam harinya saya tidur sekitar jam 1.
Verdict: Nggak lapar sama sekali, nggak lemas.
Hari ini saya bangun sekitar jam 9 pagi dan langsung menghabiskan sebotol air. Lalu saya iseng nimbang berat badan dan ternyata saya turun 2kg! Ya, kemungkinan memang hanya water weight. Tapi hari ini badan saya sudah terasa lebih ringan. You can just feel it. Sebenarnya saya nggak biasa sih menimbang berat badan karena menambah beban pikiran and I know I’m more than just numbers on a scale. Namun saya penasaran saja apakah diet ini berpengaruh ke berat badan.
Siang harinya saya pingin banget olahraga dan memutuskan untuk belajar koreografi yang cukup intens selama hampir dua jam alias cardio workout. Kali ini saya berkeringat banyak banget, tapi minum airnya juga lebih banyak dari hari pertama. Saya juga masih minum madu. Sampai malam hari menjelang tidur, saya tetap merasa fit.
Verdict: Masih nggak lapar atau pun lemas meski olahraga.
Baca juga: Stress Bisa Bikin Lapar? Ini Penjelasan Psikolog Tentang Stress-Eating
Nah, memasuki hari ketiga, saya masih mengawali hari dengan minum sebotol air dan terus konsisten nggak makan apa-apa. Tapi sekitar jam 2 siang, perut saya mulai merasa lapar. Selama tiga hari ini, anehnya saya sama sekali nggak merasa light-headed. Mungkin karena sudah terbiasa intermittent fasting sebelumnya? Tapi sore ke malamnya, badan saya memang terasa feverish seperti ngilu-ngilu di sendi. Meski terasa begitu, saya masih kuat tahan lapar sampai mau tidur.
Verdict: Mulai lapar, feverish.
Hari ke-empat, perut saya mulai terasa lapar banget. Sampai siang harinya ada rasa panas. Most likely dari asam lambung. Seperti sudah saya sebutkan di awal, saya nggak akan maksain diri untuk menyelesaikan diet ini kalau terjadi efek nggak nyaman ke tubuh saya. Akhirnya sekitar jam 4 sore saya memutuskan untuk makan shirataki dengan dada ayam, serta minum whey protein. And that concludes my water-fasting!
Baca juga: Elimination Diet untuk Mencari Penyebab Jerawat
Jadi gimana hasilnya? Yang jelas saya nggak berubah jadi IU hahaha. Namun setelah melakukan diet air putih ini, saya merasa tubuh saya jadi lebih ringan dan nggak gampang capek ketika olahraga. Mengingat saya sempat sebulan nggak rutin olahraga selama PSBB dan puasa Ramadan, ini jadi improvement yang positif! Selama nggak makan dan cuma minum air putih, pencernaan saya pun lancar-lancar saja, nggak jadi konstipasi. Saya nggak ngukur pakai measuring tape sih, tapi terasa banget kalau lingkar perut dan paha saya berkurang dan wajah jadi nggak bloated.
Dibilang susah, sebenarnya nggak terlalu susah ya diet ini buat saya. Cuma saya nggak mau menyelesaikan karena takut sakit maag. Setelah selesai dengan water-fasting kemarin, saya sekarang sudah kembali lagi menjalankan intermittent fasting seperti biasa.
Mau coba lagi nggak? Saya sudah bikin niat untuk melakukan diet ini at least sebulan sekali as a cleanse. Mungkin bulan depan tubuh saya bisa lebih terbiasa dan bisa water-fasting lebih dari tiga hari.
Kamu tertarik nggak mencoba diet ini? Atau sudah pernah juga? Share pengalamanmu ya.
Important note: Kalau kamu punya masalah pencernaan atau riwayat penyakit apa pun, please proceed with caution. Konsultasi dulu dengan doktermu atau ahli gizi ya.
Foto: Dok. Freepik.