lifestyle
06 Feb 2020
Toxicity di Social Media, Nyata atau Tidak?
Harus kita akui bahwa peran social media cukup berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan social media juga memiliki peran besar terhadap kesehatan mental kita lho!
Di era saat ini hampir semua orang diseluruh dunia tidak bisa lepas dari teknologi dan tentunya social media. Mari kita akui fakta tersebut, nyatanya kita semua memiliki setidaknya satu akun social media entah itu Instagram, Twitter, bahkan Youtube. Kendali social media yang semakin hari semakin besar rupanya juga mempengaruhi standar, pola pikir, lifestyle hingga kesehatan mental. Kita hanya tidak sadar, bahwa sebenarnya kita terlalu ‘terbawa arus’ media sosial sehingga cukup banyak ‘bad vibes’ yang berpengaruh dalam kehidupan.
New standards were born
Terkadang kita tidak sadar bahwa social media telah melahirkan berbagai ‘standar’ yang secara perlahan menjadi obsesi sebagian orang. Kecantikan Instagram, lifestyle yang tidak bisa ditiru sebagian orang, hingga achievements yang nyaris ‘fana’ di social media nyatanya bisa mempengaruhi pikiran kita dan juga mentalitas kita. Jujur, saya juga pernah termakan standar-standar tersebut, dimulai dari keberhasilan orang lain yang terpublikasi lewat social media, hingga lifestyle yang sebenarnya sulit kita tiru malah memberikan efek buruk bagi kita sendiri. Padahal, standar tersebut nggak semuanya bisa kita ikuti kan?
Hatred
Saya setuju bahwa social media bisa menjadi media untuk menyebarkan kebencian. Wow, hal buruk tersebut nyatanya menjadi lumrah kita temukan di berbagai media saat ini. Meski kita bukan salah satu ‘pelaku’ dari hate comments, nyatanya cukup banyak dari kita justru pernah mendapatkan komentar buruk di social media, entah itu body or skin shaming, serta berbagai komentar buruk lainnya dari orang lain yang bahkan nggak kita kenal atau belum pernah kita temui — yang perlahan tentu bisa mengganggu kondisi mental kita.
Followers are matter
Bagi beberapa orang jumlah pengikut, likes, dan angka lainnya dalam social media menjadi hal yang crucial. Saya setuju, angka memang penting jika terkait dengan pekerjaan modern saat ini yang menggunakan berbagai platform sebagai media promosi. Tapi, tidak semua hal hanya terfokus pada angka kan? Nyatanya tren jumlah followers serta likes menjadi hal yang cukup mempengaruhi mentalitas banyak orang. Banyak yang khawatir dengan hal tersebut hingga kita terkadang lupa untuk kembali ke tujuan awal, bahwa social media is a place for you to having fun! Jangan terlalu khawatir dan menyiksa diri ya!
Saring!
Ini penting, terkadang kita harus membuat aturan sendiri dalam penggunaan social media, kita tentu tidak mau terpapar hal-hal toxic maka kita jugalah yang harus filter atau menyaring konten mana yang baik untuk kita konsumsi dan mana yang tidak. Bahkan, rehat sejenak dari social media juga bagus lho, untuk kesehatan mental! Ibaratnya kita tengah melakukan detoxifying dengan berhenti sejenak dari social media.
Enjoy every numbers you get!
Jika kamu adalah content creator, mungkin ini menjadi hal yang bisa kamu terapkan. Kembali posisikan diri ke awal mula mengapa kamu menikmati pekerjaan ini. Lepaskan pikiran kamu dari angka, dan cobalah untuk bersenang-senang dengan ide-ide yang kamu punya! Achievements memang penting, tapi jika pikiran kamu mumet, tentu ide segar nggak akan bisa kamu dapatkan. Nikmati setiap proses dan kembali temukan passion kamu! Semoga berhasil!
Baca juga: Tips Jadi Content Creator yang Lebih Andal
Social media memang bisa menjadi tempat dimana kita bisa berkreasi, tapi social media nyatanya juga bisa menjadi ajang kompetisi, bahkan bisa menjadi sumber toxicity di masa kini. Semua itu tergantung cara kita menyikapi setiap konten yang ada, don’t let anyone ruin rules you karena menurut saya social media tidak bisa dijadikan sebuah patokan apalagi sampai mempengaruhi berbagai hal dalam hidup kita. Semakin kita bisa lebih bijak dalam menggunakan social media, akan ada banyak hal positif yang bisa kita temukan bahkan kita buat, dan membantu kita terhindar dari efek toxic social media yang kelam.
Foto: Freepik.com.