banner-detik

beauty school

Keluarga Terdekat Melakukan Skin-Shaming? Saya Pernah Mengalaminya!

seo-img-article

Pernah gak berpikir kalau orang tua bisa menyebarkan toxic positivity pada anaknya tanpa disadari? Salah satunya adalah mengenai jerawat hormonal dan rutinitas skincare yang saya lakukan setiap hari. 

Mungkin saya terdengar kejam dan durhaka dengan menyebarkan cerita pribadi saya di sini, tapi menurut saya, semua perempuan (dan laki-laki) harus tahu bahwa skin-shaming itu menyakitkan. Berawal dari kecil, saya hampir tidak pernah memiliki masalah kulit. Thanks to the good gene pools, saya memiliki kulit yang bebas jerawat meskipun berminyak dan berpori-pori besar. Jika ada jerawat pun, paling banyak hanya 1 buah perbulannya saat menjelang menstruasi.

Raissa

Kondisi kulit saya di tahun 2016

 

Saat kuliah saya melakukan diet ekstrim hingga turun 30 kg. Kulit saya pun mencapai titik puncak terbaiknya, skincare apapun yang saya gunakan pasti memberikan hasil yang luar biasa–meskipun saya cuma pakai facial wash, essence, dan sunscreenSadly, the wheel of fortune is turning me down. Skripsi, wisuda, dan pekerjaan pertama membuat saya stres hingga menderita depresi. Fluktuasi berat badan tidak terelakkan dan yang terjadi adalah saya menjadi mudah berjerawat. Sungguh mengejutkan bagi saya yang nggak pernah jerawatan parah sama sekali karena tiba-tiba saya jerawatan sepanjang bulan!

Apa sih yang kalian lakukan kalau kalian tiba-tiba jerawatan? Panik? Pasti! Berusaha menghilangkan dengan cepat? Iyalah! Tapi kalau kalian belum pernah berjerawat rutin tiba-tiba berjerawat sepanjang bulan dengan jenis jerawat yang berbeda-beda dari beruntusan, fungal acne, hingga cyst, bagaimana perasaan kalian? Jujur saya waktu itu panik banget dan yang saya pikirkan adalah cara menghilangkan semua jerawat ini secara instan. Too bad, saya memilih segala jalan yang bisa saya tempuh (dan terjangkau) untuk menghilangkannya. Hasilnya? Bekas jerawat menjadi noda di mana-mana dan ibu saya adalah orang pertama yang menyadarinya.

Awalnya beliau mempertanyakan mengapa wajah mulus saya menjadi banyak noda. Saya menjawab karena saya berjerawat dan tidak saya berikan penjelasan lebih jauh karena saya sendiri tidak tahu penyebab jerawat saya ini. Awalnya beliau cuma menjawab, “Kamu terlalu banyak pakai kosmetik sih!”, dan saya bisa menerima hal tersebut karena pekerjaan saya menuntut untuk menggunakan makeup. Mungkin saya kurang bersih membersihkan wajah? Mungkin makeup yang saya gunakan bercampur dengan kotoran saat mengendarai motor? Saya fokus merawat kulit saya dengan berbagai cleanser dan acid toner. Tapi hasilnya nihil.

Long story short, saya berusaha mengenal kulit saya dan mencari solusi untuk kulit saya. It is not an easy journey, and of course I spend lots of money on it. Saya menemukan bahwa produk yang bekerja di kulit saya adalah produk skincare yang cukup menguras kantong seperti Biologique Recherche P50T Lotion, Sunday Riley Good Genes, Sunday Riley UFO, dan Mario Badescu Drying Lotion.

WhatsApp Image 2019-11-16 at 08.37.25 (3)

Photo Group of My Skincare 🙂

 

Tentunya ibu saya tahu harga produk-produk ini dan selalu berkomentar, “Buat apa sih beli produk semahal itu? Mama nggak pakai apa-apa aja nggak ada masalah. Kamu tuh kebanyakan pakai produk ini-itu itu malah jadi jerawatan.” Ya padahal produk tersebut saya beli dengan uang saya pribadi, tetap saja beliau skin-shaming saya.

Sebenarnya saya merasa biasa saja awalnya dengan skin-shaming yang dilakukan ibu saya. Menurut saya, wajar beliau khawatir apalagi dari kecil sampai kuliah kulit saya termasuk mulus dan baik-baik saja. Namun, lama-lama saya merasa jengah juga dengan opini beliau yang menurut saya tidak beralasan. Puncak kemarahan saya adalah ketika ibu saya berbicara ke saudara-saudara saya kalau kulit beliau yang berusia 50-an terlihat lebih bagus daripada kulit saya yang baru 20-an. Tidak hanya itu, beliau juga mengutarakan kekesalannya terhadap kebiasaan saya menggunakan skincare. Beliau menuduh gaji kantoran dan freelance saya habis hanya untuk membeli produk skincare dan makeup, bahkan hingga saudara-saudara saya pun sering bertanya kenapa saya bisa memiliki banyak noda jerawat di wajah. Padahal sebenarnya kalau dilihat-lihat, kulit saya cuma jerawatan biasa!

after

Kondisi kulit saya sekarang

 

Saya tidak sakit hati apalagi merasa down, terutama karena saya tipe orang ya masuk kuping kiri, keluar kuping kanan–paling cuma agak mengendap sebentar di tengah alias baper! Saya jadi ingat dulu Kak Tika (@kaepratiwi) yang pernah di-skin-shaming netizen dengan kata-kata “Produknya mahal-mahal tapi kulitnya biasa aja!”. Wow guys, padahal rutin pakai skincare itu nggak menjamin kulit akan flawless dan problem-free, produk mahal pun bukan jaminan.

Apa yang tampak di kulit kita adalah cerminan dari perawatan di luar dan dalam. You can’t tell someone acne without knowing their eating habit, resting habit, and stress level. Sah-sah aja kalau kalian punya opini mengenai kulit seseorang dan perawatan di baliknya–but think twice or thrice before shout it out. Apakah orang tersebut butuh nasehat tersebut? Apakah opini dan nasehat kamu akan menyakiti perasaannya? Apakah opinimu bersifat subyektif? Jika ada satu “ya” di 3 pertanyaan ini, sebaiknya kamu simpan opini kamu. You’ll never know and understand how your opinion can be as sharp as pointy blade. Sejak saat itu juga, saya mulai berhati-hati juga dalam mengeluarkan komentar terhadap kulit, unless you are a professional dermatologist.

FD App 1

FD App 2

FD App 3

Feeds FD Apps saya, bebas share apapun tanpa dijudge!

 

Saya harap dengan cerita pribadi saya ini akan membuat netizen mengerti bahwa skin-shaming itu sangat lekat dengan keseharian kita. Untuk teman-teman di luar sana yang mengalami skin-shaming, I feel you and remember that you’re not alone. Sharing dengan teman-teman yang memiliki permasalahan yang sama akan membuatmu merasa lebih lega, syukur-syukur mendapatkan solusi dari pengalaman teman-teman. That’s why I feel good when I share my skin condition or my skincare routine on FD Apps! Gak ada yang judge sama sekali, malah bertanya dengan antusias dan suportif.Namun, skin-shaming harus dihentikan. Jika kamu melihat seseorang dengan ketidaksempurnaan kulit dan gatal ingin komentar, setidaknya tidak perlu diperbincangkan ke khalayak luas. Let your opinion be an opinion, in your mind. Believe me, what goes around comes back around. Peace!

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment