eco friendly
18 Sep 2019
Kisah Miris Dibalik Pembuatan Highlighter
Highlighter udah lama jadi salah satu produk favorit di dunia makeup. Bahkan inget nggak, pernah ada satu titik para beauty influencer ngelakuin challenge full-face highlighter? Tapi ternyata dibalik boomingnya highlighter, ada kisah miris dibalik pembuatannya.
Perlu diketahui kalau salah satu bahan yang sering dipakai di highlighter adalah ingredient yang bernama mica. Mica adalah suatu mineral yang memiliki kemampuan tahan panas dan listrik, sehingga membuatnya dijadikan salah satu komponen penting di kehidupan modern. Biasanya, bahan mica bisa ditemukan di benda yang bisa kamu temukan sehari-hari seperti elektronik, cat mobil, bahkan dalam pasta gigi. Memang sih, kalau dilihat-lihat, mica berbentuk semacam kristal transparan yang terlihat ada shimmer-nya kalau dihancurkan atau dijadikan bubuk. No wonder mineral ini bisa digunakan untuk banyak hal.
Nah, berhubung beauty industry lagi booming banget akhir-akhir ini, setiap orang mendamba-dambakan glowing look – baik yang natural glow atau yang highlighter on point. Hal ini bikin demand terhadap mica untuk highlighter semakin bertambah. Tapi sedikit yang tahu, dari mana sih sebenernya asal mica?
Sumber Foto: Refinery29
Mayoritas bahan mineral mica bisa diperoleh di India. Tapi sayangnya, di tahun 2016 Thomson Reuters Foundation menyelidiki bahwa penambangan mica selama ini dilakukan oleh anak-anak, dalam kondisi yang membahayakan nyawa. Melihat kondisi pertambangan di daerah India, memang sangat mengenaskan dan membahayakan bahkan bagi orang dewasa.
Baca juga: Dilarang Menggunakan Makeup, Bagaimana Nasib Perempuan Korea Utara?
Dikutip dari Refinery29, seorang anak penambang mica bernama Pooja Bhurla diwawancarai dan mengatakan bahwa kondisi di sana sangat gelap dan menakutkan. Belum lagi bahayanya bebatuan yang berjatuhan dan sering terkena kepala mereka. Jadi, nggak jarang banyak anak yang cedera, bahkan pernah ada kejadian di mana seorang anak kepalanya terbelah dua karena terjatuh. Serem banget!
Sumber Foto: Refinery29
Pooja yang saat ini berumur 11 tahun, datang ke daerah pertambangan setiap harinya sejak dirinya masih berumur 8 tahun. “Kalau saya tidak menambang mica, gimana caranya saya hidup setiap hari?”, katanya kepada salah seorang jurnalis. “Saya merasa takut menambang setiap harinya. Karena saya tahu resiko yang terjadi kalau tiba-tiba terjadi longsor, saya bisa mati. Hal ini sudah sering terjadi.”
Foto Oleh: Jack Pearce
Pusat penambangan mica di India terletak di daerah Koderma, Jharkand, di mana eksploitasi anak untuk penambangan sudah terjadi sejak tahun 1980-an. Daerah Jharkand, punya kekayaan alam yang banyak akan mineralnya, tapi kehidupan penduduk di sana adalah salah satu yang memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi dari seluruh India. Semua akibat korupsi yang dilakukan oleh pemerintah serta eksploitasi komersial. Banyak anak-anak, termasuk Pooja, yang bekerja demi menghasilkan uang kurang dari 25¢ (atau setara dengan Rp 3.500,-) per harinya. Bagi mereka, itu lebih baik daripada tidak ada makanan sama sekali.
Foto Oleh: Jack Pearce
Little did we know the truth tentang highlighter sampai akhirnya ada yang membahas. Mungkin highlighter untuk beberapa orang cuma ‘hiasan’, supaya mereka bisa mendapatkan banyak ‘like‘ di instagram. But for some people, it costs them their life.
Baca juga: Selain Green Beauty, Pernah Dengar Blue Beauty?
Beberapa perusahaan kosmetik seperti Estee Lauder, Chanel, Shiseido, The Body Shop, L’oreal, dan brand-brand lainnya sudah banyak yang berjanji bekerjasama dengan pusat pertambangan di India. Mereka berjanji untuk bersama-sama mengeluarkan produk yang lebih sustainable. Bahkan, salah satu perusahaan kosmetik LUSH Cosmetics, sudah lama sadar akan pentingnya ethical beauty, di mana sekarang LUSH Cosmetics menggantikan mica alami dengan mica sintetis. Mereka nggak mau membuat suatu produk yang terlihat cantik, tapi melibatkan banyak kerugian dalam proses pembuatannya. Salah satu hal yang bagus dari mica sintetis adalah mica ini menghasilkan jenis kilap yang lebih banyak dibandingkan dengan mica natural.
Mungkin di Indonesia saat ini, awareness akan ethical beauty masih belum terlalu besar. But it’s better to be late than never. Saya nggak menganjurkan semua orang untuk stop menggunakan highlighter tentunya, karena saya sendiri suka banget sama highlighter! Tapi mulai sekarang kita bisa mulai melakukan research mengenai produk-produk yang tidak memperhatikan tentang sustainability, dan mulai menggunakan alternatif lain yang lebih ethical. Besar juga harapannya agar banyak perusahaan di Indonesia untuk mulai memperhatikan hal ini! It’s not just about making profit. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?
Gimana pendapat kalian tentang hal ini? Jangan lupa share pikiran kalian di kolom komen ya!