Nggak banyak warna, nggak banyak ornamen atau tulisan. Nyaris semuanya bergerak ke arah minimalist! Sampai kapan tren ini akan berlangsung?
Indie beauty brand semakin banyak jumlahnya dari hari ke hari. Nggak cuma di Indonesia, tren membangun bisnis kecantikan juga ada di mana-mana, di berbagai negara lainnya. Ini membuat industri kecantikan semakin ramai, dengan pilihan produk yang semakin beragam, yang nggak kalah menarik bila dibandingkan dengan brand kecantikan raksasa yang sudah hadir puluhan tahun lalu.
Tapi untuk kemasannya, entah kenapa banyak brand yang tampak mirip sehingga sekilas terlihat sama atau kembar. Tren packaging yang minimalis, modern, nggak banyak sentuhan ornamen, dengan sedikit tulisan, masih banyak digemari. Warna yang dipilih juga netral, seperti hitam, putih, cokelat, abu-abu, dan gold. Ini seperti tren desain interior beberapa tahun lalu ketika Scandinavian style muncul jadi idola.
Kalau produk-produk dengan packaging minimalis ini dikumpulkan jadi satu atau dikoleksi, beauty shelf, atau meja rias, atau powder room kamu memang akan jadi tampak cantik dan insta-worthy. Sepertinya #shelfiegoal ini salah satu yang jadi pertimbangan banyak indie brand dalam mendesain kemasannya.
Selain itu, gaya simpel dengan warna monokrom memang sangat timeless. 5-10 tahun lagi, produk-produk itu akan tetap terlihat sedap dipandang, nggak terlihat “salah” atau perlu diperbarui packaging-nya. Dibandingkan, misalnya, produk dengan desain kemasan penuh bunga atau buah dan berwarna-warni, yang bisa saja kelihatan “usang” beberapa tahun lagi.
Menurut saya, selain faktor Instagram, kemasan-kemasan yang “polos” dengan font yang simpel ini bisa jadi visual therapy bagi konsumen modern yang sudah hectic dengan kesehariannya dan punya lifestyle yang fast-pace. Target konsumen ini tentu berbeda dengan sekitar 15 tahun lalu, saat para perempuan belum butuh media sosial dan kadar stresnya juga nggak begitu tinggi.
Yes, nyatanya, kemasan memang penting! Bukan cuma mewakili identitas, kandungan bahan, dan ciri khas sang brand, tapi dengan konsep “visual therapy” seperti ini, beauty product bisa punya efek yang lebih besar pada konsumennya. Jika dilihat saja sudah bisa bikin rileks, artinya brand mampu menyentuh sisi lain customer, sisi di luar khasiat produk. Bayangkan kalau formulanya juga cocok dengan si pemakai sehingga bikin penggunanya lebih percaya diri, punya kulit sehat, dan lain-lain. It’s a great combo!
Berikut beberapa brand kecantikan indie yang punya packaging minimalis, modern, dan punya vibe yang senada.
Sampai 2 tahun ke depan sepertinya list itu akan bertambah. Saya pribadi sih sangat suka dengan tipe packaging seperti di atas. Tapi kalau terlalu mirip satu sama lain, jadinya malah bisa membingungkan customer dan bisa merugikan brand juga, karena jadi sulit dibedakan. Bagaimana menurut kamu?