banner-detik

beautiful people

Sabai Morscheck: Tentang Skincare dan Positivity di Instagram

seo-img-article

Sabai Morscheck yang selalu tampil natural, stylish, aktif, dan humoris di media sosial, bikin FD jadi penasaran. Bagaimana bisa ibu dari Bjorka ini tampil begitu santai dan positif di Instagram? Simak bincang-bincang saya dengan perempuan berusia 30 tahun ini!

Ditemui di sebuah coffee shop di kawasan Kemang, Sabai tampil santai dan natural selayaknya ibu-ibu yang sedang menunggu anaknya sekolah. Benar saja, dia bersama teman-temannya memang sedang bersantai sejenak sambil menunggu para balita pulang sekolah. Waktunya nggak banyak karena dia harus kembali menjemput Bjorka, tapi kami berhasil ngobrol tentang banyak hal.

Kamu selalu terlihat natural dan jarang pakai makeup di Instagram. Apakah memang nggak suka makeup atau gimana?

Aku ini pemalas. Hahaha. Jadi, dulu sempat rajin banget pakai makeup, dan suatu hari mataku bengkak. Akhirnya aku ke dokter untuk periksa. Ternyata, dokter bilang bahwa itu iritasi karena banyak sisa-sisa waterproof makeup di mataku. Ternyata selama ini aku nggak membersihkannnya secara maksimal. Akhirnya setelah itu aku jadi rajin membersihkan muka setelah pulang kerja. Tapi lama-kelamaan kok aku merasa nggak punya banyak waktu ya untuk dandan terus dan bersihin makeup se-detil itu. Rasanya capek banget kalau banyak kegiatan, pulang malam dan masih harus bersihkan ini-itu. Jadi, aku berubah jadi orang yang seringkas mungkin. Kalau nggak karena urusan pekerjaan, aku nggak pernah makeup. Akhirnya kebiasaan deh sampai sekarang.

SABAI MORSCHECK 1

Wah di era sekarang ini, jarang banget lho perempuan yang berani bare face kalau bepergian. Tapi, kulitmu memang glowing banget! Ada rutinitas perawatan yang jadi favorit?
Produk yang selalu aku pakai adalah pembersih wajah, eye cream, serumday cream untuk siang hari dan night cream kalau malam hari. Itu wajib banget. Tapi itu pun aku baru mulai rajin pakai mendekati usia 30 tahun, karena mulai sadar umur, sudah mulai ada kerutan di sekitar mata.

SABAI MORSHECK 4

Pernah nggak mengalami masalah kulit yang cukup sulit diatasi?

Kulitku ini “kulit badak” istilahnya. Jarang banget timbul jerawat. Biasanya satu atau dua saja, jerawat hormonal. Bersyukur banget kulitku nggak pernah bermasalah, jadi perawatannya pun simpel.

Seorang Sabai Morscheck suka nggak melakukan treatment ke klinik kecantikan? Apa jenis treatment-nya?

Jujur saja aku belum pernah melakukan treatment di klinik. Sesederhana facial saja belum pernah seumur hidup. Hahaha. Aku memang pemalas seperti yang kubilang tadi.

Tapi, aku pernah ke dokter kulit beberapa waktu lalu untuk konsultasi karena ada titik pink yang muncul di pipiku. Awalnya hanya titik kecil sekali, tapi lama-lama makin jelas terlihat, makin merah. Terlihatnya seperti jerawat, tapi kok nggak hilang-hilang sudah tiga tahun. Akhirnya aku cek, dan dokter bilang ini adalah semacam tumor jinak yang nggak berbahaya. Aku lupa nama medisnya. Salah satu penyebabnya adalah karena faktor genetik, karena aku ada campuran Jerman. Kalau cuma pakai skincare, cream atau salep itu nggak akan hilang. Kulit Kaukasia katanya sering mengalami masalah serupa. Bisa dihilangkan dengan laser, tapi aku belum coba. Katanya, setelah dihilangkan pun bisa muncul lagi, karena faktor genetik itu. Kalau menurutku ini semakin mengganggu, mungkin aku akan laser dalam waktu dekat.

Apakah kamu tipe yang rutin pakai sunscreen?

Aku kebetulan pakai day cream yang ada SPF-nya, jadi jarang banget pakai sunscreen tambahan.

Kamu dan keluarga kan sering traveling, ada tip dan trik khusus merawat kulit di cuaca yang ekstrem?

Kalau lebih dingin, aku otomatis pakai pelembap wajah dan tubuh lebih sering biar kulit lebih lembap. Pagi dan malam nggak boleh lupa. Kalau panas, pasti aku pakai sunscreen tambahan, karena bahaya kalau kulit dibiarkan tanpa perlindungan ekstra dari matahari. Lagipula umur kan terus bertambah. Aku sudah 30 tahun. Sinar matahari dan perubahan usia itu berpengaruh sekali pada kondisi kulit.

SABAI MORSHECK 2

Apa perbedaan yang kamu rasakan antara me-time sebelum jadi ibu dan me-time sesudah jadi ibu?

Banyak banget! Beda banget. Tapi dari awal aku hamil, aku sudah ngomong ke suami bahwa aku nggak mau kerja, aku mau fokus jaga anak, aku nggak mau kehilangan momen. Suami setuju. Setelah jadi ibu ya benar saja, waktuku habis untuk urus Bjorka. Jangankan me-time, kadang suami juga nggak diurus. Hahaha. Pernah stress sendiri. Jadi akhirnya aku menyadari bahwa me-time itu kebutuhan. Suami juga sering menawari aku. Akhirnya aku sempatkan. Sesederhana nonton berdua suami sudah sangat membantu lepas dari rutinitas.

Kalau dulu waktu belum nikah kan bebas banget, mau pulang jam berapa pun bisa, bangun siang bisa, me-time kapan saja pun bisa. Sekarang kalau memang butuh refreshing dan harus ajak Bjorka, kami pasti memikirkan apakah tempatnya cukup kids-friendly dan bikin Bjorka senang. Aku juga jarang ke salon, tapi aku suka pijat. Jadi aku biasanya pijat yang panggil ke rumah, biar bisa sambil mengawasi Bjorka.

Kalau untuk perawatan rambut, ada yang spesial?

Aku dari dulu selalu berambut panjang. Dari dulu pengen banget potong pendek, tapi belum siap mental. Akhirnya baru belakangan ini aku pendekin sedikit. Ini yang terpendek. Aku sempat perming juga kemarin, biar praktis kalau ke luar rumah nggak perlu di-styling lagi. Rambutku kering, jadi perawatannya itu harus rajin pakai moisturizing shampoo, setelahnya pakai conditioner dari tengah sampai ujung rambut, lalu pakai serum rambut atau vitamin rambut. Sebatas itu saja.

SABAI MORSCHECK 2 - 675

Ada bayangan akan melakukan advanced treatment apa 5-10 tahun mendatang?

Belum terbayang. Aku nggak pernah melakukan advanced treatment sekarang ini, tapi bisa saja butuh beberapa tahun ke depan. Sama seperti aku malas pakai skincare 5 tahun lalu, tapi sekarang merasa butuh. Mungkin kalau filler nggak ya, tapi  lebih ke perawatan eksternal lain yang simpel. Aku suka yang simpel.

Kalau di Instagram kamu sering berbagi konten yang positif, lucu, dan sangat keseharian. Gimana supaya bisa seperti itu terus, tanpa terpengaruh dengan konten-konten berbumbu agama atau politik yang sedang marak?

Kami berdua memang begini adanya, jadi kami berdua nggak dengan sengaja membangun image tertentu atau image khusus di media sosial seperti Instagram. Nggak ada “Sabai Morscheck harus begini”, “Ringgo harus begini”. Jadi kami nggak pernah repot, karena apapun yang kami upload memang keseharian kami. Banyak bercanda dan berantem. Ribut-ribut, saling cela sama suami. Caption-nya juga ngasal kan. Hahaha. Seringnya malah jadi ngobrol sama suami di Instagram. Jadi image yang terbentuk ya karena kebiasaan, bukan sengaja ada konsep khusus.

Aku menganggap Instagram sebagai media untuk sharing, sebagai tempat bercerita, sebagai album foto. Jadi memang kami berdua kompak untuk nggak menyentuh ranah yang sensitif seperti agama atau politik. Tentang hal-hal berbau agama dan pilihan politik itu biar disimpan masing-masing saja.

Processed with VSCO with  preset

Kamu kan sangat aktif di Instagram. Menurut kamu, digital detox perlu nggak? Pernahkah puasa medsos beberapa saat?

Kalau yang disengaja stop sementara waktu itu belum pernah. Aku masih suka lihat-lihat, scrolling, like foto orang lain walaupun misalnya diri sendiri lagi nggak aktif upload foto.

Jadi aku nggak terlalu aktif ya karena nggak sengaja. Misalnya karena aku memang lagi banyak pekerjaan, atau memang lagi jarang foto-foto jadi nggak banyak yang bisa di-upload. Atau memang lagi nikmati liburan, nggak sempat mindahin foto dari kamera. Maunya istirahat dulu dan quality time dengan keluarga. Enak lho. Aktif boleh, tapi nggak harus memaksakan diri setiap saat demi algoritma Instagram. Apalagi aku tipenya jarang selfie. Jadi ya kalau lagi nggak ada foto nggak harus upload. Aku nggak mau bikin diri sendiri stress karena media sosial.

SABAI MORSHECK 3

Tapi pernah nggak sih merasa nggak nyaman dengan Instagram? Pernah menghadapi netizen yang komentar nggak sopan?

Aku menjauhi diri dari hal-hal yang bikin aku nggak nyaman. Misalnya ada yang bahas politik dan panas, aku nggak mau ikutan. Aku banyak belajar dari Ringgo juga tentang berperilaku di media sosial. Kalau ada yang nakal komentarnya di Instagram kami, kami sebaiknya jangan sampai terpancing. Jadi, jawab saja sambil bercanda, biasanya mereka juga jawab lagi dengan bercanda juga. Jangan sampai balas dengan emosi, karena nanti makin panas dan nggak akan kelar. Yang ada malah orang lain jadi ikut-ikutan menambahkan.

SABAI MORSCHECK - RINGGO AGUS RAHMAN - BJORKA

Ada pesan untuk para pembaca Female Daily agar tetap positif di media sosial?

Media sosial memang bisa dikonsumsi semua orang, tapi nggak sebebas itu. Kita harus berhati-hati dan saling belajar. Kita nggak tahu lho, orang yang kita komentarin itu sebenarnya lagi merasakan apa, lagi ada di kondisi seperti apa. Jadi saling menjaga itu lebih baik. Saling menciptakan suasana yang menghibur dan menyenangkan.

Media sosial itu juga cenderung membuat cewek-cewek konsumtif ya. Apa sih yang nggak bisa dibeli di Instagram? Semuanya ada. Aku mengakui itu susah dihindari. Aku termasuk yang tertarik dengan produk ini-itu. Tapi balik lagi ke diri sendiri, kita harus kenali kebutuhan kita. Kalau memang nggak butuh, ya nggak perlu dibeli. Sebelum beli suatu produk, terutama produk kecantikan, kita juga harus rajin baca review, biar tahu yang mana yang bagus, yang mana yang sesuai dengan kebutuhan. Kita juga harus terus pikir yang baik-baik tentang diri kita, nggak perlu pusing menganggap orang lain akan memikirkan tentang kita – sehingga memaksa kita “unjuk diri” di Instagram.

 

Yay! Siapa yang setuju dengan Sabai? Kalau FD sih setuju banget!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment