Berminat beralih ke menstrual cup demi mengurang sampah? Menurut dokter OBGYN, ini yang perlu diketahui.
Sebagian besar perempuan pasti mengalami menstruasi. Besides dealing with the occasional cramps, low blood pressure, and sore muscles, we also have to buy feminine sanitary products. Ada berbagai jenis produk menstruasi, namun yang paling umum digunakan di Indonesia adalah pembalut sekali pakai. Karena membeli pembalut merupakan suatu kebutuhan primer bulanan, banyak dari kita yang nggak merasa terbebani secara finansial untuk membelinya. Ditambah lagi harganya beragam, mau beli yang terjangkau banget ada, mau beli yang lebih mahal pun bisa. It’s just something we do on auto-pilot mode every month.
Bukan hanya soal harga, ada lagi nih yang masih kurang disadari, yaitu tentang pengaruh pembalut dan tampon sekali pakai terhadap lingkungan. Memang sih, konsep eco-conscious belum tentu mudah diterima oleh semua orang (apa lagi climate change deniers LOL) dan benar-benar minim sampah tuh saya akui memang susah. Tapi ada satu cara yang bisa perempuan lakukan yaitu dengan beralih ke non-disposable menstrual products. Opsinya ada reusable pads dan menstrual cup. Sebagai anggota nggak resmi #AntiRibetRibetClub, tentu saja pilihan saya jatuh pada menstrual cup. Sudah 5 siklus menstruasi saya ditemani menstrual cup, and my period has never been better. Not only for me, but also for the environment.
I know, I know, saya paham banget masih banyak yang ragu, takut, bahkan jijik sama konsep produk ini. Memasukkan benda sebesar menstrual cup memang terdengar menyeramkan, apa lagi buat yang nggak sexually active. Nah, kalau kamu masih maju mundur, simak penjelasan dari dokter OBGYN berikut ya.
Ditemui di event Sustaination x Organicup “#NewPeriodIndonesia: Introduction to A Menstrual Cup”, dr. Riyana Kadarsi, Sp.OG mengatakan bahwa ketakutan terbesar kita sebenarnya muncul dari kurangnya pemahaman soal anatomi tubuh sendiri, terutama vagina. Salah satu alasannya adalah ‘budaya timur’ di Indonesia yang menganggap pembicaraan tentang hal ini tabu. Bahkan saya ingat saat di bangku sekolah, begitu masuk ke bab reproduksi, disuruh guru untuk baca-baca sendiri saja di rumah. Kalau anaknya memang pingin tahu seperti saya sih ya memang dibaca beneran, tapi buat yang nggak pingin tahu? Ya sudah, diabaikan aja pembahasan itu.
“Sesungguhnya di dalam vagina itu tidak ada syaraf, tidak ada rasa nyeri. Saat menstrual cup ada di dalam, tidak akan ada rasa sakit. Kalau terasa sakit, berarti kulit perineum antara vulva dan anus yang terkena karena memang kulit memiliki titik syaraf.”, jelasnya.
Sebelum membeli menstrual cup, jangan malas mencari tahu. Saat ini ada banyak sekali brand, material, bentuk, dan ukuran cup yang dijual di pasaran. Tyas dari Sustaination mengingatkan untuk memilih brand yang cup yang terbuat dari medical grade silicone dan yang ukurannya sesuai. Bagaimana cara tahunya? Lihat lagi poin pertama: kenali tubuhmu dulu.
Seperti sudah saya sebutkan di atas, alternatif lain untuk menstruasi minim sampah adalah reusable pads. Namun, dr. Riyana Kadarsi, Sp.OG menuturkan bahwa produk ini lebih high maintenance. Cara cuci dan menjemurnya harus benar-benar diperhatikan untuk mengurangi risiko tumbuhnya jamur di vagina, maupun infeksi.
Buat yang sudah cari tahu tentang menstrual cup, kemungkinan sudah pernah dengar bahwa menstrual cup perlu disterilisasi dengan cara direbus. Nah, proses rebus-merebus ini nggak perlu dilakukan setiap saat. Cukup pemakaian pertama dan setiap menstruasi selesai. dr. Riyana meluruskan bahwa vagina kita tidak steril, banyak bakteri alami. Selama menstruasi, cukup cuci cup dengan air dan sabun lembut. Nggak ada sabun? Air bersih saja sudah cukup kok. Menstrual cup harus bersih, bukan selalu steril.
Beberapa menstrual cup akan mengalami staining setelah pemakaian jangka panjang, terutama yang warnanya putih atau transparan. Namun nggak perlu khawatir karena nggak akan mengubah fungsinya sama sekali.
Sudah memantapkan hati untuk beli menstrual cup, namun belum berhasil menggunakannya? Kuncinya adalah rileks dan tenangkan pikiran. Klise banget ya hahaha, saat pertama kali coba pun saya wondering “Harus serileks apa, sih?” karena semakin saya pikir sudah rileks, tetap saja masih nggak berhasil. Well, let me tell you how it eventually worked out for me: sambil nyanyi! Dan ternyata bukan cuma saya saja yang melakukan ini. Agni Pratistha, artis yang juga pengguna menstrual cup, juga merasa pikirannya lebih tenang dan tubuhnya lebih rileks apa bila sambil bernyanyi. Tapi kembali lagi, setiap orang punya cara rileks yang berbeda, ya. Just do what makes you comfortable.
Ada yang sudah coba pakai menstrual cup juga? Share pengalamanmu di bawah ya 🙂