banner-detik

serum

The Ordinary Retinol 1% in Squalane yang Baru, Lebih Bagus?

seo-img-article

Setelah menggunakannya selama dua minggu, ini first impression saya terhadap formula Retinol dari The Ordinary yang baru: The Ordinary Retinol 1% in Squalane!

Sudah bukan rahasia kalau saya penggemar berat retinol. Kalau biasanya digunakan sebagai produk preventif untuk anti-aging, saya menggunakan retinol untuk memudarkan bekas jerawat PIH saya yang cukup bandel di daerah pipi dan dagu. Kalau dihitung, sudah hampir setahun saya menggunakan produk retinol over-the-counter dan hasilnya sudah mulai kelihatan. Yep, saya baru melihat improvement yang cukup signifikan setelah menggunakan retinol selama hampir setahun secara disiplin! Mungkin kalau saya pakai tretinoin, akan jauh lebih cepat, tapi saya memilih jalur ”gampang” dengan menggunakan produk over-the-counter dan saya nggak nyesal sama sekali!

Setelah dua bulan menggunakan The Ordinary Retinol 1% yang bentuknya tube, saya baca kalau The Ordinary melakukan reformulasi seluruh lini retinolnya menjadi beberapa varian baru dan produk yang saya gunakan kemarin di-discontinue. Perpaduan FOMO dan penasaran, akhirnya saya pesan The Ordinary Retinol 1% in Squalane dan dalam seminggu, paketnya datang!

body retinol 1

Sekarang, seluruh rangkaian retinoid The Ordinary hadir di botol kaca dengan pipet, nggak lagi dengan tube. Sama seperti yang lain, ukurannya 30 ml dan kaca botolnya dibuat gelap, untuk menghindari oksidasi. Ini kali pertama saya punya skincare The Ordinary yang pakai pipet dan saya kurang suka dengan pipetnya! Tanpa ditekan, kadang produknya sudah menetes dan bikin berantakan kalau belum siap, LOL!

Formulanya sendiri berubah total dari Retinol 1% yang lama. Sekarang, The Ordinary Retinol 1% in Squalane ini dibuat water free dan silicone free, tapi nggak oil free karena carrier atau emolient-nya jadi squalane. Kalau sebelumnya seperti mattifying primer yang licin dan lengket, formula baru ini seperti face oil. Walaupun begitu, teksturnya tetap nggak lengket dan cepat menyerap, jadi nggak bikin wajah berat. Oh ya, warna dari Retinol 1% in Squalane ini memang ada hint warna kuning, walaupun nggak sekuning produk The Ordinary Granactive Retinoid lainnya.

body retinol

Awal-awal pakai, kulit saya bereaksi dengan sedikit tingling dan saat bangun pagi, kulit saya nggak langsung lembut dan se-plump seperti pakai Retinol 1% yang lama. Tiga hari pertama, saya juga merasa kulit saya agak sensitif dan perih, which I never experienced from using OTC retinol before. Cystic acne saya yang ”on-off’‘ munculnya juga sedikit meradang, tapi setelah hari keempat, kondisi kulit saya jadi normal seperti biasa dan efek retinolnya mulai berasa. Kulit jadi lebih segar dan plump!

Dari pengalaman ini, saya jadi merasa kalau dimethicone yang ada di formula lama sebenarnya melindungi kulit dari harsh-nya retinol murni. Mungkin karena dimethicone sifatnya memang sebagai skin barrier yang oklusif ya, jadi efek negatifnya nggak terlalu berasa. Namun, saya juga ngerti kalau banyak konsumen The Ordinary yang nggak cocok dengan produk bersilikon dan minta formula yang lebih skin friendly untuk lini retinoid ini. Squalane di produk ini juga cukup membantu kok, walaupun saya tetap layer moisturizer dan face oil sesudah menggunakan Retinol 1% in Squalane ini. Oh ya, karena teksturnya yang berubah menjadi oil, saya menggunakan moisturizer yang oil based juga biar lebih efektif penyerapannya.

Berhubung di kulit saya yang sudah ”terlatih” dengan retinol masih mengalami iritasi, saya nggak menyarankan kamu untuk mencoba produk ini kalau belum pernah pakai retinol sama sekali. Building your tolerance won’t even help, karena memang produk ini lebih irritative dari formula sebelumnya. Kalau mau nabung anti-aging sekaligus menghilangkan bekas jerawat, saya sarankan build the tolerance dengan formula retinol yang paling kecil, The Ordinary Retinol 0.2% in Squalane, atau coba yang Granactive Retinoid-nya dulu.

Sudah pernah coba produk retinoid dari The Ordinary? Coba produk yang mana? Tinggalin komen di bawah ya!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment