banner-detik

made in indonesia

Yang Sering Dilupakan Saat Membeli Kosmetik Lokal

seo-img-article

Ada banyak pertimbangan yang kita pikirkan sebelum membeli produk kosmetik lokal yang lagi ramai-ramainya ini.

Sekarang, alasan orang membeli makeup bukan sekedar karena butuh. Untuk brand lokal yang lagi naik daun, salah satu alasan terbesar yang mendorong orang untuk membeli adalah rasa ingin tahu. Sebagus apa sih, produknya? Kualitasnya sama nggak, sama produk luar yang kita biasa pakai? Pengaruh dari berbagai rekomendasi online, baik dari media dan review platform atau beauty influencer pun turut andil dalam pengambilan keputusan ini.

Dengan bertambahnya jumlah brand lokal, semakin banyak pula “wajah-wajah” atau representasi baru yang ditampilkan tiap-tiap brand. Setiap brand baru yang muncul pasti membawa personality dan cerita yang berbeda-beda dalam menyampaikan pesan dan misinya sebagai brand.

Membangun brand personality tentunya bukan soal gampang. Dari segi konsumen, mungkin kita gampang aja menyamakan satu produk dari brand A dan brand B hanya karena warna atau teksturnya yang mirip. Tapi, masing-masing brand punya identitas yang berbeda-beda dan proses membangun persona ini memakan waktu yang cukup panjang. 

Lihat juga: Cerdas dalam Menerima Review Produk Kosmetik

Screen Shot 2017-09-21 at 1.46.34 PM-sideinstagram.com/rollover.reaction

When we buy a product, we become a part of the brand’s story. Apalagi dengan adanya media sosial sebagai wadah sharing, setiap kali kita posting dan tag brand tersebut di foto, otomatis kita pun menjadi salah satu wajah dari brand tersebut. Berbeda dengan modern convenience yang lebih bisa dirasakan langsung oleh konsumen (contoh: pembelian via online yang nggak mengharuskan kita keluar rumah), brand personality adalah salah satu unsur penting yang kadang luput dari pikiran, tapi sebenarnya sangat penting karena perannya besar dalam penentuan harga produk itu sendiri.

Hal ini dibenarkan oleh Rollover Reaction Marketing & Creative Director, Dinar Amanda, yang saya temui beberapa waktu lalu.

“Dari sisi brand, penentuan harga pastinya mempertimbangkan production cost, tapi prosesnya kan nggak berhenti sampai di situ. Masih lanjut ke desain packaging dan gimana kita membawa cerita atau background untuk masing-masing produk. Semua effort dan value yang kita invest di brand personality pastinya diperhitungkan untuk pricing juga.”

Screen Shot 2017-09-21 at 5.56.35 PM-sideinstagram.com/rollover.reaction

Coba deh, brand lokal yang mengedepankan personality pasti punya social media presence yang kuat, visual yang enak dilihat, serta pilihan produk yang up to date dengan tren terbaru. Saat pesanan kita sampai ke rumah, seringkali di dalam boks juga ada bonus sticker, notes, atau bahkan kertas wrapping cantik yang membuat shopping experience kita menjadi menyenangkan. Kalau perasaan kita sudah happy saat membuka produknya, hal termudah yang selanjutnya dilakukan apa? Posting fotonya di social media, kan? 😀

Soal harga produk kosmetik lokal, meskipun sudah banyak berkurang, tapi komentar yang mengatakan bahwa brand lokal sebaiknya nggak dijual terlalu “mahal” masih suka muncul satu-dua kali di Youtube channel FD. Mahal dan murah itu memang relatif, tapi perlu diingat bahwa penentuan harga nggak cuma bergantung pada formulasi produk. Apalagi untuk brand yang targetnya nggak hanya dalam ranah lokal tetapi juga global, seperti Rollover Reaction. Harga yang terlalu murah juga akan menimbulkan persepsi tertentu. Kenapa terlalu murah? Isi kandungannya apa? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Lihat juga: Saya Anti Brand Makeup Kontroversial

Sama halnya dengan memberi produk kosmetik dari designer brand, salah satu alasan kenapa produknya mahal adalah karena kita ikut membeli nama sang desainer beserta rekam jejaknya selama bertahun-tahun. Satu lipstik Tom Ford nggak hanya sekedar lipstik, tetapi disertai dengan embel-embel dan reputasi Tom Ford sebagai desainer. Begitupun dengan koleksi makeup kolaborasi dengan selebriti atau beauty vlogger.

Saya pribadi selalu antusias mengikuti perkembangan produk-produk kosmetik lokal dan menanti produk apalagi yang akan keluar nantinya. Saya pernah mengkhayal bareng Ochell waktu lagi di jalan menuju liputan bareng, “Chell, berpuluh-puluh tahun lagi, pas brand lokal yang keluar sekarang-sekarang ini udah anniversary 50 tahun, kita bisa bilang ke anak-cucu kita kalau dulu kita yang tulis beritanya.” Hahaha.

Cepatnya pergerakan brand lokal sekarang dalam memformulasikan produk baru, saya optimis bahwa beberapa tahun ke depan, isi makeup pouch kita bisa didominasi oleh 100% produk lokal. If our love for beauty can also help local economy, who’s complaining? 😀

Slow Down

Please wait a moment to post another comment