banner-detik

backstage beauty

Pentingnya Keragaman di Industri Kecantikan

seo-img-article

Salah satu isu yang paling marak dibicarakan tentang dunia kecantikan adalah keragaman. Senang banget akhirnya makin banyak produk makeup yang nggak mengutamakan kulit putih.

Industri kecantikan membentuk cara orang melihat dan mengerti tentang definisi kata “cantik”. Saya masih ingat waktu saya kecil dan menemani mama saya shopping, saya selalu melihat campaign kosmetik yang 95% semua dibintangi wanita Kaukasia dengan kulit putih dan mulus, hidung yang mancung dan rambut kuning berkilau. Karena itu, sejak kecil, sudah ditanam di kepala saya bahwa wanita Kaukasia adalah simbol kecantikan.

keragaman di industri kecantikan 1Source: Jezebel.com

Bahkan waktu saya sudah lebih besar dan bisa belanja sendiri, di setiap toko makeup yang saya hampiri, foundation shades yang ada pasti hanya itu-itu saja. Susah rasanya kalau mau mencari foundation berwarna terang tanpa pink undertone atau warna sawo matang yang pas. Mengutip apa yang pernah dibilang kak Ochel di artikel tentang beauty stereotypes, “So, kalau brand lokal aja nggak mulai membuka mata kalau ternyata produk-produk mereka kurang ‘menjamah’ rakyatnya sendiri, gimana perempuan Indonesia ngerti kalau cantik itu ya mencintai fitur diri sendiri?”

Masalah ini paling sering saya temui dengan kosmetik brand Korea. Setiap kali saya menemukan cushion foundation atau lip tint yang bagus, waktu saya rekomendasi ke teman saya yang lain, pasti dibales dengan, “Nggak deh, warnanya pasti nggak cocok di kulit gue yang gelap gini.” Kalau fenomena K-beauty sudah so-called “mendunia”, kenapa masih banyak yang harus menemui masalah ini?

Baca juga: Fenomena K-Beauty, Bertahan Sampai Kapan?

Isu ini tidak berhenti di foundation shades saja, tapi masih banyak aspek lain yang membuat pengguna makeup merasa invisible karena “dicuekin” beauty brands. Contohnya, saat Garnier dihujat massa setelah meluncurkan beauty campaign yang hanya menampilkan wanita berkulit putih dan berbadan kurus (source). Atau, kontroversi L’Oréal yang dituduh “memutihkan” kulit Beyoncé di salah satu advertisement-nya (source).

Karena itu, penting sekali bahwa kita sebagai konsumen terus menjadi kritis konstruktif kepada beauty brands. It’s up to them whether they want to take it or ignore it, tapi beauty brands yang nggak mau maju akan dianggap “kuno” dan lose out segmen pasar yang besar. Jadi nggak heran kalau brands yang dapat menarget market kulit beragam dengan sukses seperti Colourpop dan MAC mempunyai lebih banyak pelanggan setia daripada beauty companies yang lain.

colourpop mac diversityMunculnya berbagai online beauty guru pun membuat beauty community menjadi lebih berwarna dan meningkatkan awareness tentang isu ini. Contohnya nih, YouTuber Nyma Tang yang meramaikan YouTube dengan series #TheDarkestShade khusus untuk mencoba warna foundation paling gelap dari brand high-end maupun drugstore.

nyma tang the darkest shadeBaca juga: Underrated Beauty Youtubers Wajib Subscribe

Bahkan dari sisi produsen, sedikit demi sedikit, industri mulai menunjukkan respon atas keinginan publik tentang keragaman di dunia kecantikan. Contohnya, mengusung kampanye #MyTrueMatch, L’Oreal Paris True Match Liquid Foundation menjawab kebutuhan perempuan Indonesia yang memiliki warna kulit berbeda-beda sambil mengajak kita untuk bangga dengan warna asli kulit sendiri. BECCA juga baru meluncurkan Lush Lip Colour Balm untuk memastikan bahwa semua orang dapat mendapatkan nude lipstick yang pas untuk skintone masing-masing.

becca lush lipIt doesn’t stop with only makeup products. Kita juga jadi lebih sering melihat wajah-wajah baru menghiasi iklan berbagai brand kosmetik, mulai dari wanita berkulit Asia dan bermata sipit seperti Irene Ki, berhijab seperti Nura Afia, sampai model dengan kondisi kulit vitiligo seperti Winnie Harlow.

lash equality covergirlCampaign #LashEquality dari CoverGirl

Jujur saya kadang khawatir dengan tidak tolerannya sebagian masyarakat terhadap perbedaan. We see and hear terrible stories about this happening everywhere in the world. Karena itu, saya percaya bahwa industri kecantikan mempunyai peran yang penting untuk mengingatkan bahwa regardless of your skin tone, age, nationality, religion, or even gender, setiap orang memiliki hak untuk memakai makeup dan merasa cantik. Remember that beauty is diverse, and you don’t have to fit a certain stereotype in order to be beautiful! smile

Slow Down

Please wait a moment to post another comment