Gabung tren skincare The Ordinary, saya mencoba produk The Ordinary Retinol 1% untuk menghilangkan bekas jerawat saya.
Kalau sering baca-baca artikel Female Daily, mungkin kamu sudah pernah baca cerita saya dengan jerawat. Walaupun udah nggak jerawatan, saya masih punya banyak banget bekas jerawat coklat-coklat, atau biasa disebut PIH alias Post-Inflammatory Hyperpigmentation. Mengikuti jejak Kak Netta, saya juga memutuskan untuk pakai produk retinol, tapi versi OTC. Sayangnya, harga produk retinol OTC nggak ada yang bersahabat. Saat itu, saya coba tester sebuah produk yang harganya 300 ribu-an dan ukuran botolnya hanya setinggi telunjuk! LOL. Setelah produk tersebut habis, saya memutuskan ganti produk retinol saya dengan The Ordinary Retinol 1% yang harganya cukup terjangkau. Saya beli via pre-order di Market Plaza, harganya sekitar Rp120.000,-
Baca juga: Update Pemakaian Tretinoin untuk Jerawat dan Bekasnya
Packaging-nya persis sama seperti The Ordinary Natural Moisturizing Factors + HA yang sudah pernah di-review oleh Kak Dara. Saya lebih suka packaging-nya yang seperti ini sih, karena meminimalisir kontaminasi dan lebih higienis. The Ordinary Retinol 1% ini teksturnya bersilikon banget, mirip face primer di pasaran, tapi lebih lengket.
Seminggu pertama menggunakan produk ini, saya pakainya diseling dua hari sekali untuk ”perkenalan”, lalu langsung tiap malam selama tiga minggu, nggak pakai bolos. Setelah rutin menggunakannya selama sebulan, saya ngerasa bekas jerawat saya tadinya coklat kehitaman, seperti flek hitam di wajah, benar-benar memudar jadi coklat muda! Saya juga merasa warna kulit saya lebih merata dan kulit jadi lebih plump. On some days, saya bisa keluar rumah dengan pakai sunscreen dan face primer saja, karena bekas jerawat saya sudah cukup samar. Foto saya yang ada di bawah benar-benar bareface habis pakai skincare.
Magical? Yes. Haruskah buru-buru beli untuk menyelesaikan permasalahan PIH dan bekas jerawat? Not exactly. Retinol sendiri adalah bahan aktif yang cukup potent dan penggunaannya harus sangat mindful, nggak bisa asal pakai dan coba. The Ordinary sendiri menuliskan di situsnya bahwa produk Retinol 1% ini dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, dan peeling. Di beberapa orang, Retinol juga dapat menyebabkan purging.
Kalau nonton video review di YouTube, nggak sedikit juga reviewer yang bilang produk ini cukup harsh dan menyarankan mencampur produk ini ke produk lain untuk meringankan efek sampingnya. Saya cukup beruntung untuk tidak merasakan efek negatif sama sekali, mungkin karena wajah saya sudah terbiasa dengan produk retinol yang saya coba sebelumnya. Saya juga tim #SkincareLayering, bisa jadi efek negatifnya retinol berkurang dengan kinerja produk skincare saya yang lain.
Baca juga: Kenalan dengan Retinol, Si Pahlawan Anti Aging
Saran saya kalau mau cobain retinol: build your tolerance! Mulai pelan-pelan dengan menggunakan produk ini seminggu sekali, lalu seminggu dua kali, sampai bisa pakai tiap malam. Gunakan juga produk lain yang sekiranya bisa membantu mengurangi efek negatifnya, seperti face oil. Hal ini juga bisa mencegah purging yang tidak diinginkan. Terus, hindari menggunakan dua actives secara bersamaan; kalau sudah pakai retinol, jangan di-layer dengan AHA/BHA atau vitamin C lagi. Nggak mau repot? Coba ”adik”-nya, The Ordinary Advanced Retinoid 2% yang mengandung turunan asam retinoat yang sudah diproses secara kimiawi, jadi nggak terlalu harsh untuk kulit, apalagi kalau baru pertama kali nyobain retinol.
Overall, saya puas banget dengan performa The Ordinary Retinol 1% di kulit saya. Bekas jerawat saya sukses memudar dan warna kulit jadi lebih merata. Saya pasti re-purchase sih, itung-itung nyicil zat anti-aging untuk masa yang akan datang, hehehe.
Ada yang sudah coba juga? Reaksi di kulit kamu gimana?