banner-detik

eco friendly

4 Alasan Animal Testing Harus Ditinggalkan

seo-img-article

Cosmetics industry secara umum masih menggunakan metode Animal Testing, padahal metode ini kuno dan udah layak ditinggalkan!

Uni Eropa, Norwegia, India, Israel, Brasil, Turki, Korea Selatan dan New Zealand adalah negara-negara yang telah melarang praktik animal testing di negara mereka dan melarang produk impor untuk masuk ke pasar jika masih melakukan metode animal testing. Selain itu ada pula Kanada, Taiwan, Australia hingga Amerika Serikat yang sudah dalam proses mengajukan kebijakan serupa ataupun mulai mempertimbangkannya (sumber) . Tapi, secara keseluruhan, 80% negara di dunia masih memperbolehkan metode animal testing dilakukan pada industri kosmetik.

Perusahaan-perusahaan dalam industri kosmetik yang masih menggunakan metode animal testing di laboratorium mereka beralasan bahwa metode animal testing dapat membantu mereka dalam proses trial and error yang bertujuan untuk menghindari resiko manusia terkena racun ataupun zat kimia yang berbahaya. And they claimed that this method is required when it comes to testing new ingredients, hingga ke produk akhir sebelum kemudian dilepas di pasar.

Bener nggak sih animal testing itu masih dibutuhkan? Here’s four reasons yang saya temukan yang memperkuat alasan kenapa animal testing harus dihentikan.

Rabbits - Credit to Brian Gunn, IAAPEA - Copy

Image : smallanimaltalk.com

Animal Testing = Animal Cruelty
Lebih dari 115 juta hewan termasuk tikus, marmut, kelinci, anjing dan hewan lainnya digunakan dalam eksperimen di lab industri kosmetik tiap tahunnya di seluruh dunia. Biasanya mereka akan melalui tes iritasi mata dan kulit, caranya, zat kimia yang akan diuji coba dioleskan ke kulit mereka setelah terlebih dahulu bulu mereka dicukur, atau juga diteteskan ke mata mereka. Hasilnya? They suffered from luka, terbakar, lumpuh, mengalami stres, dan tidak sedikit yang mati. These are only good terms I use to describe, kalau penasaran “luka seperti apa sih?” atau “lumpuh gimana maksudnya?” bisa dilihat di Google atau baca di sini. Di akhir ujicoba, hewan-hewan yang menderita tersebut tidak diberi pain relief bahkan dibunuh. Intinya, we call it “cruelty” for a reason.

Belum Tentu Hasilnya Akurat
Jumlah hewan yang menjadi korban di laboratorium yang mencapai ratusan juta sangat nggak sebanding dengan hasil temuan bahan yang kemudian disetujui oleh drug regulator yang jumlahnya hanya 25 bahan baru per tahun. Belum lagi, 95% dari jumlah bahan-bahan yang sudah diuji coba ke hewan ternyata malah gagal ketika diuji coba ke manusia melalui human trials, entah itu dari segi keamanan or simply because they do not work on humans. Faktanya, ada banyak keterbatasan yang dimiliki metode animal testing. Manusia dan hewan memiliki perbedaan secara fisiologis, anatomi dan genetik, sehingga reaksi yang didapatkan dari suatu zat kimia akan berbeda antara manusia dan hewan. Belum lagi, manusia sudah pasti punya lebih banyak variabel yang tentunya akan menentukan bagaimana reaksi sebuah zat ke tubuh kita, misalnya kita punya kulit sensitif, kulit normal, pengidap asma, kebiasaan yang berbeda, dan banyak hal lainnya. Sementara hewan yang digunakan dalam ujicoba hanya hewan yang sehat, tanpa kriteria lainnya, clearly tidak mewakili berbagai faktor yang dimiliki manusia kan? (sumber)

Metode Animal Testing itu Kuno!
Banyak perusahaan masih mempertahankan metode ini, hanya karena it’s familiar dan sudah menjadi tradisi selama berpuluh tahun lamanya. Percaya atau nggak, cosmetics industry masih cenderung memilih menggunakan pendekatan yang konservatif alias kuno. Kenapa kuno? Di zaman serba modern ini, udah tersedia teknologi yang bisa menggantikan animal testing. Nggak cuma hitungan jari, there are 40 alternative non-animal tests yang sudah dinyatakan valid untuk digunakan, bahkan hasil yang didapatkan jika menggunakan teknologi ini bisa lebih relevan dengan kondisi manusia in real life. Yang paling terkenal adalah ujicoba menggunakan sel dan jaringan dalam tubuh manusia (in vitro), menggunakan teknik model komputer (metode in silico), dan studi lebih lanjut dengan orang-orang yang menjadi sukarelawan.

Mahal dan Memakan Waktu Lama
Perlu kita tau nih, perusahaan-perusahaan kosmetik selalu memiliki pilihan apakah mereka mau menggunakan metode animal testing atau tidak. Metode alternatif hanya akan menghabiskan waktu beberapa hari bahkan dalam hitungan jam. Selain itu, menggunakan hewan untuk ujicoba ternyata butuh biaya yang tidak sedikit, butuh alokasi dana untuk makanan, perawatan medis, hingga tempat tinggal sementara. Using the alternative methods are more likely to save companies money for long term (sumber).

Banyak yang menyebut animal testing atau animal cruelty itu adalah the ugly secret in beauty industry, saya personally setuju sih. Gimana menurut kalian?

Slow Down

Please wait a moment to post another comment