Saya adalah satu dari sejumlah orang yang kepingin beli serum Glossier hanya karena kepingin dan mupeng aja. Buat yang juga penasaran, ini pengalaman saya mencoba Glossier Super Glow selama dua bulan.
Glossier meluncurkan lini The Supers ini sekitar akhir bulan 2016 lalu. Ada tiga varian yang tersedia, yaitu Super Glow (vitamin C), Super Bounce (hyaluronic acid + vitamin B5), dan Super Pure (niacinamide + zinc). Tiga-tiganya memiliki efek berbeda-beda, Super Glow fokus pada mencerahkan, Super Bounce ke kekenyalan dan kelembapan, sedangkan Super Pure untuk mencegah jerawat. Karena bosan beli produk yang fokusnya untuk jerawat terus, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba Super Glow.
Di website resmi Glossier, deskripsi untuk Super Glow ditulis sebagai berikut:
“For that “lit from within” look. Vitamin C brightens and Magnesium energizes for days when you didn’t get enough sleep or skin looks sallow.”
Hmm. “Lit from within” sounds too good to be true, tapi ya dicoba ajalah. Setelah hunting di berbagai online shop, akhirnya saya berhasil mendapatkan Super Glow dengan harga sekitar 400 ribu. Nggak murah, tapi saya udah kadung penasaran jadi akhirnya saya order juga serum mungil satu ini.
Pertama kali dibuka, ternyata memang benar-benar mungil botolnya karena ukurannya cuma 15 ml. Sampai jadi galau sendiri, worth it nggak sih gue beli serum se-mini ini dengan ingredients yang sebenarnya nggak spesial-spesial amat juga? Hahaha. Tapi seperti orang laper mata pada umumnya, saya udah terpesona dengan packaging-nya yang lucu dan optimis saja akan cocok dengan Super Glow ini.
Bicara soal ingredients, kandungan yang jadi fokus di produk ini adalah AAC (aminopropyl ascorbyl phospate) dan magnesium PCA. AAC adalah salah satu bentuk vitamin C yang bisa membantu mengurangi produksi melanin, mencegah pembentukan age spots, dan menyamarkan hiperpigmentasi. AAC diklaim sebagai salah satu bentuk vitamin C paling stabil dan less irritating dibandingkan derivatif vitamin C lainnya. Sedangkan magnesium PCA adalah kombinasi mineral dan PCA (pelembap alami kulit) yang membantu mendorong regenerasi sel-sel kulit baru.
Waktu pertama kali dicoba, saya cukup kaget melihat tekstur dari Super Glow ini. Benar-benar seperti air, warnanya transparan, dan sama sekali nggak berbau. Formulanya sendiri memang fragrance-free, tapi saya belum pernah melihat serum dengan tekstur seringan ini sebelumnya. Karena teksturnya yang sangat light ini, saya mengaplikasikan serumnya dengan langsung ditetes di kulit. Kalau diteteskan di tangan sudah pasti akan lebih banyak terserap tangan.
Saat diteteskan di kulit, rasanya benar-benar seperti meneteskan air putih aja. Nggak ada rasa lengket atau moist seperti habis pakai serum, paling cuma sedikit cooling sensation aja. Sisi positifnya, serum ini cepat menyerap dan sama sekali nggak membuat kulit saya yang oily ini jadi greasy. Sisi negatifnya… Saya jadi pengen nambah pakai lagi dan lagi karena saking ringannya, jadi berasa nggak makein apa-apa ke kulit. Hahaha. Overall, dari segi pengaplikasian bisa disimpulkan nyaman banget karena nggak berantakan, nggak berminyak, dan nggak bikin kering juga. Saya pakai serum ini setiap malam, kurang lebih tiga atau empat tetes untuk seluruh muka.
Bisa dibilang saya rajin banget memakai serum ini. Hampir nggak pernah terlewat setiap malam. All because I really wanted this product to work. Setelah dua bulan lebih pemakaian dan setengah botol lebih sudah habis, bisa disimpulkan bahwa efek yang saya dapatkan dari pemakaian rutin Super Glow adalah…
Nggak ada.
Literally, nothing.
To begin with, kulit saya memiliki tipe oily dan acne prone. Di kulit saya ada bekas jerawat yang berwarna merah dan ada beberapa yang kecokelatan. Saya nggak berekspektasi serum ini bisa membuat kulit saya super mengkilat atau menghilangkan bekas jerawat seluruhnya, tetapi seenggaknya bisa memberikan efek brightening dan mungkin sedikit menyamarkan bekas jerawat yang gelap. Tapi nyatanya, serum ini benar-benar nggak memberikan efek apapun di kulit saya. Bahkan, The Ordinary Niacinamide + Zinc, yang ingredients-nya hampir sama dengan Glossier Super Pure, ternyata lebih bisa memberikan efek mencerahkan dibanding Super Glow!
Satu-satunya hal positif yang bisa saya katakan tentang produk ini adalah formulanya nggak bikin saya breakout. Selama periode pemakaian Super Glow, jerawat yang muncul hanyalah jerawat hormonal yang memang langganan nongol setiap bulan, jadi reaksi kulit saya terhadap produk ini bisa dibilang fine-fine aja.
So there you have it, review untuk Glossier Super Glow serum. Sejujurnya, saya sih biasa aja menanggapi fakta bahwa produk ini ternyata nggak ngefek di saya. Nggak ada rasa penyesalan atau bete sedikit pun, haha. Toh, sejak awal saya sudah tahu kalau ingredients-nya biasa aja dan Glossier pun bukan beauty brand yang menghabiskan banyak resource di lab untuk menciptakan revolutionary skincare product every now and then. Saya akui saya memang termakan banget dengan brand image mereka yang sangat milenial dan strategi marketing-nya yang berbeda dengan beauty brand konvensional. All I want is the experience and that’s what I got.
Baca juga: Rekomendasi Serum Vitamin C Bagus
On a different note, kalau kamu juga kepo dengan Glossier skincare, mungkin saya bisa merekomendasikan Soothing Face Mist mereka yang saya suka banget karena lumayan bisa meredakan redness di muka saya atau Milky Jelly Cleanser yang juga di-rave banyak orang. Di luar skincare, Boy Brow brow gel-nya juga saya suka dan masih dipakai banget sampai sekarang. 🙂
Saya jadi penasaran. Ada yang sudah nyobain Super Glow ini belum? Atau varian yang lainnya mungkin? Gimana efeknya ke kulit kamu? Share di bawah ya!