beautypedia
18 May 2016
Alkohol pada Skincare: Baik atau Buruk?
Coba ambil salah satu produk skincare kamu dan lihat ingredients list-nya. Adakah yang mengandung alkohol?
Selain hydroquinone dan paraben, alkohol adalah satu dari sekian banyak kandungan pada skincare yang dinilai kontroversial. Mengapa kontroversial? Karena, meskipun memiliki banyak fungsi, alkohol bisa membuat kulit kering dan mengganggu lapisan kulit jika digunakan dalam jangka panjang. Lho, lalu bagaimana?
Sebelum membahas lebih jauh tentang alkohol, saya mau mengingatkan kembali tentang peran alkohol pada skincare. Fungsi alkohol dalam produk skincare biasanya adalah sebagai pelarut, pengemulsi (mencampurkan dua ingredient supaya bekerja lebih baik), antiseptik (membunuh bakteri), pengawet (meminimalisir pertumbuhan bakteri), dan membantu agar penyerapan produk ke dalam kulit lebih maksimal.
Ada beberapa jenis alkohol yang pada produk skincare, namun yang paling sering kita lihat antara lain adalah ethanol, yang juga sering ditulis sebagai isopropyl alcohol, etyl alcohol, SD alcohol, dan alcohol denat. Ini adalah jenis alkohol paling umum yang juga terkandung di minuman keras, hand sanitizer, nail polish remover, dan hairspray. Alkohol jenis ini memudahkan produk untuk cepat kering dan menyerap ke dalam kulit.
Ethanol is the one that dries out your skin. Inilah jenis alkohol yang mendapat “reputasi jelek” karena sifatnya yang cepat menguap dan menguras minyak di kulit. Akibatnya, kulit yang kering akan memicu berbagai reaksi seperti rasa gatal, merah-merah, inflamasi, atau bahkan over-produced sebum untuk mengimbangi kelembapan kulit. Reaksi-reaksi seperti ini, tentu menjadi red flag untuk kulit kita untuk ke depannya.
Berbeda dengan ethanol, ada alkohol jenis lain yang lebih banyak manfaatnya untuk kulit. Fatty alcohol, atau biasa disebut cetearyl/cetyl alcohol, adalah jenis alkohol dalam bentuk wax yang sifatnya menjaga tekstur suatu produk dan memberikan efek foamy. Fatty alcohol dinilai lebih aman dalam produk skincare karena tidak menguras minyak di kulit ataupun membuat kulit kering.
Lalu, apakah semua skincare yang mengandung ethanol harus sepenuhnya dihindari? Meskipun memang alkohol bisa membuat kulit kering, tapi jika pemakaiannya diimbangi dengan produk lain yang menghidrasi dan melembapkan, kamu bisa mengurangi impact-nya.
Pandangan para ahli dan dermatologis pun benar-benar 50:50 untuk topik ini, sebagian ada yang menentang alkohol garis keras, tapi ada juga yang menulis bahwa meskipun alkohol memang bisa membuat kulit kering, tetapi kemampuan-kemampuan lainnya bisa melampaui dampak buruknya. After all, tentu semuanya balik lagi ke kulit sang pengguna. Kalau jelas-jelas alergi seperti Affi, ya memang sudah sepatutnya dihindari.
Pastikan bahwa kita harus tetap teliti dalam membaca ingredients suatu produk. Kalau semua produk dalam skincare routine-mu mengandung alkohol dan ditulis di ingredients awal, nah, harus mulai hati-hati. Sekarang ini, saya berusaha meminimalisir alkohol dengan menggunakan cleanser yang lebih gentle. Toner pun juga, jadi saat ini yang mengandung alkohol hanyalah sunscreen saya saja.
Kalau kamu sendiri, bermasalah nggak dengan alkohol? Ada reaksi alergi atau biasa-biasa saja?