- In Category:
- Beautypedia
Pertama kali saya mendengar kata “hydroquinone” adalah dari salah satu iklan produk perawatan kulit yang ditayangkan di TV. “Tanpa merkuri, tanpa hydroquinone”, begitu kata iklannya.
Berkat iklan tersebut, selama bertahun-tahun saya berpikir bahwa hydroquinone adalah zat berbahaya yang harus dihindari dalam produk skincare. Sebelum masuk ke situ, saya mau menjelaskan sedikit tentang apa itu hydroquinone dan bagaimana ia bekerja sebagai pencerah kulit.
Hydroquinone adalah salah satu bahan aktif paling populer yang digunakan sebagai whitening agent. Cara kerja hydroquinone adalah membatasi produksi melanin yang memberi warna gelap pada kulit kita dan mengurangi persentase melanin yang berlebihan. Biasanya, hydroquinone ada pada produk-produk skincare yang ditargetkan untuk mengurangi sun spots, flek hitam, bekas jerawat, atau noda apapun yang berwarna kecokelatan dan kehitaman.
Lalu, mengapa banyak yang mengatakan kalau hydroquinone ini berbahaya? Hasil riset mengatakan bahwa ada beberapa kasus di Afrika Selatan dimana penggunaan hydroquinone dalam jangka panjang menyebabkan ochronosis, salah satu bentuk skin discoloration langka yang membuat beberapa area kulit menjadi kebiruan.
Ochronosis muncul di daerah pipi dan bawah mata akibat penggunaan hydroquinone rutin jangka panjang (7-8 tahun) dengan indikasi ada campuran bahan lain seperti merkuri, yang memang jelas-jelas berbahaya bagi kulit. Ini menyebabkan hydroquinone tidak boleh diperjualbelikan dalam produk kosmetik di Afrika Selatan.
Nah, bagaimana dengan regulasi tentang penggunaan hydroquinone di negara lain? Saat ini, berdasarkan peraturan yang ditetapkan pada tahun 1982, FDA (Food & Drug Administration) di Amerika Serikat menyatakan bahwa produk yang mengandung hydroquinone dalam dosis rendah (0,5% – 2%) diperbolehkan untuk dijual di pasaran. Untuk dosis lebih (4% – 5%) hanya boleh didapatkan melalui resep dokter. Sementara di Eropa, dosis hydroquinone hanya 1% maksimum.
Baca juga: Paraben Dalam Kosmetik, Betulkah Berbahaya?
Saya sendiri dulu pernah menggunakan produk yang mengandung hydroquinone saat masih berobat ke dokter kulit untuk menghilangkan bekas jerawat. Waktu itu, krim malam yang diberikan oleh dokter mengandung 4% hydroquinone dan digunakan setiap hari sebelum tidur. Saat itu saya belum ngeh kalau hydroquinone ini specifically ditujukan untuk noda berwarna gelap, sementara acne marks saya pada waktu itu berwarna pink kemerahan.
Seperti yang bisa ditebak, setelah sebulan pemakaian rutin saya nggak melihat efek signifikan apapun pada bekas jerawat saya, yang ada malah area yang dipakaikan krim malam tersebut jadi putih sendiri. Berhubung area kulit semakin putih, bekas jerawat pink tersebut malah makin kelihatan.
Bicara tentang efektivitas, sudah banyak jurnal medis yang menunjukkan kalau hydroquinone merupakan kandungan pencerah kulit yang bisa digunakan untuk menyamarkan noda gelap di kulit. Ini tentu dengan pemakaian di bawah pengawasan dokter, kalaupun dengan produk over the counter haruslah dalam dosis yang ditentukan. Mengenai isu bahwa hydroquinone bisa menyebabkan kanker, FDA sudah memberi proposal pada National Toxicology Program (NTP) untuk mempelajari lebih lanjut tentang hydroquinone.
Ini karena ada suatu studi yang menyatakan bahwa sekian persen hydroquinone yang disuntikkan ke dalam tubuh tikus ternyata bisa menimbulkan sel kanker. Studi lebih lanjut memang diharuskan karena persentase hydroquinone yang ada pada skincare dan yang disuntikkan belum tentu sama. Selain itu, reaksi tubuh manusia dan tikus terhadap hydroquinone pun tidak sepenuhnya sama.
Jadi, amankah menggunakan hydroquinone? Semuanya tentu balik lagi ke kamu. Saya sih percaya kalau produk skincare yang beredar luas di pasaran pasti sudah dipikirkan dengan betul apa ingredients-nya. Meskipun saya sudah nggak pernah memakai produk yang mengandung hydroquinone, tapi saya tidak menentang juga kalau memang produknya diformulasikan dengan baik. Tapi kalau kamu memang enggan mencoba hydroquinone, kamu bisa mencari alternatif produk brightening lainnya di brand-brand natural dan organik.
Baca juga: Benarkah Flek Hitam Muncul Karena Pertambahan Umur?
Kalau kamu sendiri, pernah nggak mencoba produk dengan hydroquinone? Share pengalamanmu di bawah ini, ya.
[…] hydroquinone dan paraben, alkohol adalah satu dari sekian banyak kandungan pada skincare yang dinilai […]
Bener banget tuh yang katanya cuma boleh pake Hydroquinone yang 0,5-2%. Kata sepupu yang spesialis kulit UI, kulit orang Indonesia generally lebih kuat (thicker-skinned?) dibanding kulit orang kaukasian. Jadi nggak terlu masalah kalau mau pake Melanox yang 4% sekalian.. Tapi katanya ya segituan batasnya, lebih dari itu nggak boleh.
Tapi masih suka ngeri sama orang-orang yang santai aja keluar rumah tanpa day cream (dengan atau tanpa sunblock/sunscreen) sunblock/sunscreen, padahal malemnya pake krim yang ada agent pemutihnya. Parah banget loh efeknya, mulai dari sunburn, dark spots sampai ke kanker kulit! Lengkapnya di artikel ini yaa http://femaledaily.com/blog/2015/11/24/fdinsight-7-fakta-pemakaian-sunscreen-perempuan-indonesia/
Gimana ya, caranya biar orang-orang lebih sadar dengan kegunaan Sunblock/Sunscreen? Apalagi di wilayah tropikal seperti Indonesia ini…
Mungkin karena masih banyak yang ngira kalo sunscreen itu lengket dan peliket banget kalo dipake sehari-hari kali ya. Padahal kan sekarang banyak banget pilihan sunscreen yang bahannya gel dan ringan di kulit. Brand-brand drugstore (Biore, Skin Aqua, dll) banyak banget malah yang sunscreennya enak dipake.