
aging
15 Dec 2014
Vampire Facial Treatment - Cara Baru Melawan Keriput dan Tanda Penuaan di Wajah
THE TREATMENT STARTED…
Tiba di DERMASTER CLINIC, kami disambut dengan atmosfer ruangan berwarna pastel dan suasana ramah. Ruang tunggunya sama sekali tidak bernuansa klinis, dan terasa seperti ruang tamu dengan dekorasi moderen artistik dan minimalis. Saya kemudian dipersilakan berkonsultasi dengan Dr. David Leonard untuk mendapat penjelasan mengenai PRP treatment ini. Great, I thought. I have so many questions!
Dr. David kemudian menjelaskan perawatan yang akan dilakukan. DERMASTER CLINIC sedang memperkenalkan prosedur penggabungan perawatan PRP dengan treatment yang sudah sering mereka lakukan, yaitu perawatan scar dengan menggunakan teknologi air dissector (penembakan dengan udara di bawah kulit). Saya berulang kali bertanya pada dokter “ Sakit nggak, sih, treatment ini, Dok?” (Dasar anaknya penakut, ya). Dr. David menjelaskan bahwa treatment ini fleksibel dan bisa disesuaikan dengan tingkat ketahanan rasa sakit pasien.
The Treatment
Selesai bertanya-tanya, saya langsung dibawa menuju ruangan perawatan di lantai 2 untuk proses pengambilan darah. Darah yang diambil tidak banyak, kok, hanya 10 cc (atau termin lebih umumnya: kurang dari 1 sendok makan) saja. Darah kemudian diproses di mesin sentrifugal untuk memisahkan sel darah merah dengan plasma/serum. Serum yang terdiri dari stemcell, trombosit dan growth factor ini nantinya akan dimasukkan kembali ke kulit.
Pada saat ini berlangsung, seluruh wajah saya diberikan anestesi. Kemudian, saya menunggu kurang-lebih selama 20 menit.
Setelah wajah mulai terasa kebas dari hasil anestesi, maka treatment pun dimulai. Selain Vampire Treatment, saya juga diberikan Air Dissector Treatment untuk menghilangkan bekas jerawat. Caranya adalah dengan menembakkan CO2 ke bawah kulit untuk merusak jaringan ikat di bawah kulit. Setelah itu baru diberikan treatment PRP untuk mendorong pembuatan sel-sel baru serta kolagen. Hasilnya, bekas luka serta tanda-tanda penuaan bisa disamarkan.
Saya sedikit takut, sih, sebenarnya, karena jarumnya lumayan bikin deg-degan, tapi karena muka sudah kebas, let’s do it! Ternyata sakit juga, hahaha... Dokter David sempat bertanya apakah saya peminum kopi. (Banget, Dok! Termasuk hardcore coffee drinker :D) Ternyata, efek anestesi suka lebih lama bekerja pada mereka yang suka minum kopi. Ooooh, saya baru tahu.
Lihat metode yang saya pilih di halaman berikutnya.