banner-detik

sponsored post

We Can't Wait for: The Fault in Our Stars Movie

seo-img-article

Here’s my perfect scenario for weekend: wake up at 10 AM, have lunch, read a book, then go out  to the mall, buy clothes or beauty products that I need, and finish the day by watching a great movie. Karena saya termasuk movie freak, menonton film nggak harus menunggu akhir pekan, sih. Beruntung kantor dekat dengan mall yang ada bioskopnya, jadi menonton film baru bisa juga dilakukan sepulang dari kantor.

And if you’re asking what movie I would watch next, it would be The Fault in Our Stars. Tunggu dulu, film ini memang belum ada di bioskop, tapiii sebentar lagi akan muncul, tepatnya akhir bulan Juni ini. Nggak perlu menunggu lama, kok.

The Fault in Our Stars menjadi salah satu film yang paling saya tunggu-tunggu di tahun 2014, dan saya yakin saya nggak sendirian. Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama yang ditulis oleh John Green. Novelnya saja banyak memunculkan banyak fandom di seluruh penjuru dunia.  Lalu apa yang membuat The Fault in Our Stars menjadi salah satu film yang dinanti-nanti? Menceritakan apa, sih?

FAULT IN OUR STARS June 26

Tokoh utama di cerita ini adalah Hazel, perempuan berusia 17 tahun yang didiagnosa mengidap kanker paru-paru sejak umur 13 tahun. Dia agak sedikit “dipaksa” untuk ikut bergabung dalam support group untuk mendapatkan pengaruh postif dalam hidupnya. The thing is, she hates that support group. Instead of making her feel better, this support group has the death vibe that annoyed her. Di film ini, kita seperti diajak untuk menengok kehidupan remaja yang menderita kanker. Dan kalau kita lihat poster film-nya, dari situ pasti sudah menduga kalau ada juga male protagonist di cerita ini. Walaupun agak klise, di support group itu Hazel bertemu dengan Augustus, seorang survivor kanker. Nah, dari sinilah ceritanya mulai menarik. Kita bisa melihat bagaimana cara pikir mereka tentang hidup, apa yang membuat mereka melakukan beberapa tindakan tertentu, dan  juga bagaimana remaja seperti Hazel dan Augustus menghadapi kondisi mereka yang berbeda dari remaja kebanyakan.

Saya kagum dengan The Fault in Our Stars karena ceritanya tidak berupa sweet love story yang happily ever after seperti kebanyakan novel Young Adult (yang tokoh utamanya remaja). Karakter-karakter di cerita ini terasa sangat real, dan jalan pikir mereka menarik untuk diikuti. Saya seolah terserap ke dalam cerita untuk mendengarkan obrolan antar karakter yang ada. Saya juga merasa buku ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi pasien kanker – khususnya remaja – to live your life to the fullest and make the best out of it. Don’t give up and stop the self pity. Bagi kita yang dikaruniai kesehatan, setidaknya saya rasa akan ada motivasi untuk memaksimalkan apa yang kita lakukan di kehidupan ini.  Memang, sih, kita nggak seperti dikejar-kejar dengan “garis finish” seperti pasien kanker. Tapi malu, dong, kalau mereka sudah memikirkan apa yang mau dicapai dan dilakukan di hidup mereka yang singkat itu sementara kita malah santai-santai nggak jelas tanpa tujuan dan semangat?

Film ini dibintangi oleh Shailene Woodley (Hazel) dan Ansel Elgort (Augustus).  Dan ada juga beberapa nama aktor lain seperti Nat Wolff, Sam Trammell, Willem Dafoe dan Laura Dern. Penasaran? Sambil menunggu film-nya, tonton dulu, yuk, trailer berikut ini!

I seriously can’t wait to watch the movie! Filmnya akan tayang di bioskop 26 Juni 2014. Follow akun Twitter @20thCFoxID dan Facebook Fan Page-nya, ya, supaya nggak ketinggalan update terbaru tentang film ini.

“Some infinities are bigger than other infinities.” 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment