Female Daily Kickstarter di bulan Oktober membawa tema yang baru: Female Traveling Solo, Scare or Dare? Jujur, waktu saya diberitahu bahwa tema ini yang akan diangkat, rasanya bersemangat, sekaligus penasaran. Tentunya banyak wanita yang suka traveling, berlibur entah ke luar kota, ke luar pulau, atau ke luar negeri. Namun saya sendiri belum pernah traveling sendirian. Pasti bersama keluarga atau ramai-ramai bersama para sahabat. Alasan saya, sih, mungkin terdengar klise, ya : Kayaknya garing aja gitu kalau pergi sendirian. Makan sendiri, jalan-jalan sendiri, main sendiri, kesannya kok kurang seru. Tapi saya tahu juga banyak wanita lain di luar sana yang justru suka traveling solo. Nah, karena itu saya memang menanti-nanti adanya FD Kickstarter yang ini. Mau tahu pengalaman female traveling solo yang sudah pernah beberapa kali atau bahkan sering pergi sendiri.
Pembicara FD Kickstarter kali ini adalah Amalla Vesta, independent travel consultant sekaligus travel writer dan freelance travel guide di balik situs The Swanky Traveler. Vesta mengatakan memang sebagai wanita, untuk pergi sendiri itu lebih banyak pertimbangan dibandingkan para pria. Kalau para pria biasanya lebih santai, kalau kita sebagai wanita biasanya sudah memikirkan untuk menyiapkan ini-itu, bahkan ada juga yang ujung-ujungnya batal pergi.
Biasanya ada beberapa faktor yang membuat wanita takut pergi sendirian:
Lalu gimana mengatasinya?
Untuk bahasa, menurut saya memang harus berani sekaligus agak nekat sih kalau pergi ke negara yang penduduknya nggak bisa Bahasa Inggris. Vesta juga memberikan tips penting yaitu untuk membuat print-out nama hotel dan alamatnya dalam tulisan lokal di negara itu dan juga dalam Bahasa Inggris lalu simpan kertas itu di dalam tas, dompet, atau saku. Jadi kalau kita (mudah-mudahan nggak terjadi ya) nyasar entah berada di mana, kita setidaknya bisa memberi tahu supir taxi untuk mengantar ke hotel.
Kalau ingin berlibur, entah sendiri atau kalau yang sudah berkeluarga ya tentunya ada waktunya ingin berlibur bersama, tentunya harus menyiapkan dana dari jauh-jauh hari. Biasanya Vesta menggunakan THR untuk biaya traveling. Ya, ada benarnya juga, sih. Bagi yang suka berlibur, uang THR bisa jadi hadiah untuk menikmati beberapa hari di tempat yang ingin kita kunjungi sedari dulu. Perlu juga riset akan tempat yang ingin kita tuju. Dan kita juga perlu menyiapkan detail-detail kecil, seperti perlengkapan yang kita butuhkan sehari-hari sampai memberitahukan nomor pesawat, jadwal terbang, dan juga nama Hotel, nomor telepon, dan alamatnya ke keluarga. Penting, jika saja ada emergency, jadi orang terdekat tahu harus ke mana mencari atau menghubungi kita. Doa dan restu keluarga juga otomatis memberi keberanian, lho. Vesta bahkan mengakui dia selalu mendapat support dari suaminya dalam menjalani profesi ini, jadi dia merasa mendapat restu dan bisa lebih tenang saat pergi meninggalkan rumah 🙂
Traveling solo juga bisa dipakai sebagai alat ukur diri kita, lho. Seberapa sabar kita, seberapa kuat kita, seberapa supel diri kita, sejauh apa kita bertoleransi dengan orang asing yang kita temui, dan masih banyak lagi hal-hal yang kita akan pelajari tentang diri kita sendiri. Katanya, saat bepergian seorang diri, orang itu pasti akan lebih memahami dirinya lebih lagi. I haven’t experienced it yet, but I believe it is true.
Nah, sekarang yuk lihat lebih rinci lagi, persiapan apa aja yang penting dilakukan menurut Vesta? Kalau persiapan matang, harusnya lebih tenang dan nggak takut pergi sendiri 🙂
Setelah empat hal di atas sudah siap dengan matang, sekarang saatnya melist-down apa saja yang dibutuhkan saat traveling. Apa saja? Tergantung destinasinya. Nggak mungkin kita ke Cirebon pakai baju dan jaket super tebal seperti ke Gunung Bromo, kan. Beberapa barang di bawah ini adalah barang-barang yang menurut Vesta wajib dibawanya saat bepergian:
Saat packing, pastikan juga kita mempunyai daftar barang-barang apa saja yang memang perlu dibawa. Jangan sampai setengah lemari ikut diangkut saat bepergian. Taruh semua toiletries di koper besar, kalau dimasukkan ke dalam hand carry biasanya akan berujung dibuang oleh petugas bandara. Vesta juga memakai luggage organizer untuk menggolongkan barang-barang yang dia perlukan sesuai dengan harinya. Jadi pakaian, celana, dan segala macamnya yang akan dipakai dan dibutuhkan dipisah berdasarkan hari. Jadi misalkan, kalau mau mencari sesuatu, sudah tahu kalau hari ini ya jatahnya di luggage organizer yang berwarna biru. Itu saja yang dikeluarkan dari koper, dan itu saja yang perlu dibongkar.
Intinya kunci untuk traveling solo ada persiapan yang sangat matang. Dan karena tiap orang memiliki traveling style yang berbeda, kita perlu tahu apa yang diri kita mau. Jika sudah tahu medan yang ingin didatangi, sudah melakukan riset dan mempersiapkan semuanya, sudah berani dong jadinya untuk mencoba traveling solo? Saya mau coba! 🙂