banner-detik

female daily network

FD KickStarter #8: Female Traveling Solo, Scare or Dare?

seo-img-article

Female Daily Kickstarter di bulan Oktober membawa tema yang baru: Female Traveling Solo, Scare or Dare?  Jujur, waktu saya diberitahu bahwa tema ini yang akan diangkat, rasanya bersemangat, sekaligus penasaran.  Tentunya banyak wanita yang suka traveling, berlibur entah ke luar kota, ke luar pulau, atau ke luar negeri.  Namun saya sendiri belum pernah traveling sendirian.  Pasti bersama keluarga atau ramai-ramai bersama para sahabat.   Alasan saya, sih, mungkin terdengar klise, ya : Kayaknya garing aja gitu kalau pergi sendirian.  Makan sendiri, jalan-jalan sendiri, main sendiri, kesannya kok kurang seru.  Tapi saya tahu juga banyak wanita lain di luar sana yang justru suka traveling solo.  Nah, karena itu saya memang menanti-nanti adanya FD Kickstarter yang ini.  Mau tahu pengalaman female traveling solo yang sudah pernah beberapa kali atau bahkan sering pergi sendiri.

Pembicara FD Kickstarter kali ini adalah Amalla Vesta, independent travel consultant sekaligus travel writer dan freelance travel guide di balik situs The Swanky Traveler.  Vesta mengatakan memang sebagai wanita, untuk pergi sendiri itu lebih banyak pertimbangan dibandingkan para pria.  Kalau para pria biasanya lebih santai, kalau kita sebagai wanita biasanya sudah memikirkan untuk menyiapkan ini-itu, bahkan ada juga yang ujung-ujungnya batal pergi.

Biasanya ada beberapa faktor yang membuat wanita takut pergi sendirian:

  • Kendala Bahasa – Kalau berkunjung ke tempat di Indonesia yang penduduknya fasih berbahasa Indonesia ya pasti lebih berani, dong.  Kalau pergi ke luar negeri yang penduduknya juga bisa menggunakan Bahasa Inggris juga nggak masalah.  Tapi kalau pergi ke China atau Korea yang tulisannya saja tidak menggunakan alfabet, gimana tuh?
  • Kurang persiapan – Sudah ingin pergi, tapi ternyata di bulan yang sudah direncanakan untuk pergi mendadak dananya kurang.  Atau kurang persiapan mental, masih nggak tega meninggalkan keluarga atau masih merasa belum sanggup pergi tanpa ditemani siapa pun.
  • Keluar dari zona nyaman – pergi traveling sendirian itu jelas mengajak sang traveler untuk meninggalkan zona nyamannya barang untuk sesaat.  Biasanya mau beli makan tinggal suruh ART di rumah untuk memasak, atau tinggal meluncur ke tempat makan terdekat yang sudah pasti rasanya sesuai dengan lidah, sekarang harus berani mencoba sesuatu yang baru.  Biasanya tidur di kasur yang empuk, sekarang harus terima tidur dengan kasur asing di tempat menginap. Bisa? 😀

Lalu gimana mengatasinya?

Untuk bahasa, menurut saya memang harus berani sekaligus agak nekat sih kalau pergi ke negara yang penduduknya nggak bisa Bahasa Inggris.  Vesta juga memberikan tips penting yaitu untuk membuat print-out nama hotel dan alamatnya dalam tulisan lokal di negara itu dan juga dalam Bahasa Inggris lalu simpan kertas itu di dalam tas, dompet, atau saku.  Jadi kalau kita (mudah-mudahan nggak terjadi ya) nyasar entah berada di mana, kita setidaknya bisa memberi tahu supir taxi untuk mengantar ke hotel.

Kalau ingin berlibur, entah sendiri atau kalau yang sudah berkeluarga ya tentunya ada waktunya ingin berlibur bersama, tentunya harus menyiapkan dana dari jauh-jauh hari.  Biasanya Vesta menggunakan THR untuk biaya traveling.  Ya, ada benarnya juga, sih.  Bagi yang suka berlibur, uang THR bisa jadi hadiah untuk menikmati beberapa hari di tempat yang ingin kita kunjungi sedari dulu. Perlu juga riset akan tempat yang ingin kita tuju.  Dan kita juga perlu menyiapkan detail-detail kecil, seperti perlengkapan yang kita butuhkan sehari-hari sampai memberitahukan nomor pesawat, jadwal terbang, dan juga nama Hotel, nomor telepon, dan alamatnya ke keluarga.  Penting, jika saja ada emergency, jadi orang terdekat tahu harus ke mana mencari atau menghubungi kita.  Doa dan restu keluarga juga otomatis memberi keberanian, lho.  Vesta bahkan mengakui dia selalu mendapat support dari suaminya dalam menjalani profesi ini, jadi dia merasa mendapat restu dan bisa lebih tenang saat pergi meninggalkan rumah 🙂


Traveling solo juga bisa dipakai sebagai alat ukur diri kita, lho.  Seberapa sabar kita, seberapa kuat kita, seberapa supel diri kita, sejauh apa kita bertoleransi dengan orang asing yang kita temui, dan masih banyak lagi hal-hal yang kita akan pelajari tentang diri kita sendiri.  Katanya, saat bepergian seorang diri, orang itu pasti akan lebih memahami dirinya lebih lagi.  I haven’t experienced it yet, but I believe it is true.

Nah, sekarang yuk lihat lebih rinci lagi, persiapan apa aja yang penting dilakukan menurut Vesta?  Kalau persiapan matang, harusnya lebih tenang dan nggak takut pergi sendiri 🙂

  1. Transportasi
    Transportasi ada berbagai macam: pesawat, kereta api, ferry, mobil, bus, dsb.  Tiap orang punya preferensi masing-masing.  Ada yang takut ketinggian ya pasti lebih memilih jalan darat, yang mau cepat ya naik pesawat.  Harganya pun bervariasi.  Nah, jika sudah tahu kapan mau pergi, nggak ada salahnya untuk melakukan book in advance.  Bisa lewat travel fair, travel agents, atau dari situs-situs maskapai penerbangan.  Biasanya tiket yang dipesan beberapa bulan atau setahun sebelumnya lebih murah.  Kalau pun ingin menggunakan kendaraan pribadi, dicek dulu ya kondisi kendaraannya, mulai dari ban, mesin, oli mesin, dsb.
  2. Akomodasi
    Tipe traveler memang bervariasi, ada yang rela tidur di mostel demi beli tas puluhan juta, ada juga yang maunya tidur di hotel yang terjamin kualitasnya tanpa perlu takut mikirin ada serangga lewat di malam hari 😀 Apa pun pilihan akomodasinya, pastikan untuk melakukan riset terlebih dahulu dan baca review-nya.  Sama seperti transportasi, pesan terlebih dahulu akomodasi Anda.   Biasanya memesan melalui travel agents lebih murah dibandingkan langsung dari hotelnya.  Ada beberapa situs yang Vesta pakai untuk riset http://booking.com , http://airbnb.com , http://housetrip.com , http://agoda.com .
  3. Itinerary / Trip
    Salah satu keuntungan traveling solo adalah mau pergi ke mana pun bisa, nggak perlu diskusi atau adu argumentasi dengan orang lain.  Nah, biasanya Vesta mencari informasi tentang tempat yang dia akan kunjungi terlebih dahulu.  Begitu sampai, ya yang pasti dilakukan adalah mencoba makanan setempat di sana.  Jangan sampai sudah jauh-jauh pergi tapi tetap mencari fast-food restaurant yang sebenarnya sudah banyak sekali di Indonesia.  Jangan mau rugi, dong! 😀  Liburan itu salah satu ajang untuk hunting makanan baru yang belum pernah kita coba. Oh iya, jangan lupa untuk minum air mineral saat bepergian.  Terkadang saat seru-serunya menjelajah tempat baru, kita lupa minum dan rawan terkena dehidrasi.  So don’t forget to grab a glass/bottle of water when you’re traveling.
  4. Dana / Budget
    Nah, ini faktor yang paling penting.  Seperti yang sudah disinggung di awal, kita bisa menggunakan uang THR sebagai dan berlibur.  Bisa juga menyisihkan dana khusus dari penghasilan per bulan dalam jangka waktu sekian bulan/tahun.  Beberapa tips dari Vesta :
    – Pakai angka 100 sebagai uang saku per hari.  Tentunya tentukan dulu dengan kurs mata uangnya, ya.  Misalkan di Amerika, Vesta mematok US $100 sebagai uang yang bisa dia pakai, entah untuk makan, atau pun keperluan lainnya.
    – Siapkan extra cash saat traveling.  Lebih nyaman dan aman rasanya kalau kita tahu kita memiliki dana darurat yang bisa kita pakai di negeri orang atau tempat lain yang jauh dari rumah.
    – Jika pergi ke luar negeri, Vesta biasanya membawa 90% uang lokal setempat, dan 10%-nya dalam US dollar.

Setelah empat hal di atas sudah siap dengan matang, sekarang saatnya melist-down apa saja yang dibutuhkan saat traveling.  Apa saja? Tergantung destinasinya.  Nggak mungkin kita ke Cirebon pakai baju dan jaket super tebal seperti ke Gunung Bromo, kan. Beberapa barang di bawah ini adalah barang-barang yang menurut Vesta wajib dibawanya saat bepergian:

  • Baju and the rest of fashion items!  Traveling harus tetep kece, dong. 😀
  • Obat-obatan.  Terutama seperti obat diare yang jarang ditemui di tempat yang agak terpencil, apalagi bagi yang memiliki alergi, wajib bawa obat alergi.
  • Sunblock, lipbalm, dan skincare.
  • Lotion anti-nyamuk.

Saat packing, pastikan juga kita mempunyai daftar barang-barang apa saja yang memang perlu dibawa.  Jangan sampai setengah lemari ikut diangkut saat bepergian.  Taruh semua toiletries di koper besar,  kalau dimasukkan ke dalam hand carry biasanya akan berujung dibuang oleh petugas bandara.  Vesta juga memakai luggage organizer untuk menggolongkan barang-barang yang dia perlukan sesuai dengan harinya.  Jadi pakaian, celana, dan segala macamnya yang akan dipakai dan dibutuhkan dipisah berdasarkan hari.  Jadi misalkan, kalau mau mencari sesuatu, sudah tahu kalau hari ini ya jatahnya di luggage organizer yang berwarna biru.  Itu saja yang dikeluarkan dari koper, dan itu saja yang perlu dibongkar.

Intinya kunci untuk traveling solo ada persiapan yang sangat matang.  Dan karena tiap orang memiliki traveling style yang berbeda, kita perlu tahu apa yang diri kita mau.  Jika sudah tahu medan yang ingin didatangi, sudah melakukan riset dan mempersiapkan semuanya,  sudah berani dong jadinya untuk mencoba traveling solo?  Saya mau coba! 🙂

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment