Nah, waktu itu Ligwina Hananto pernah menulis di sister site kami Mommies Daily, kalau dia mempercayakan investasi dana pendidikan anak anaknya pada reksadana. Mungkin di sini ada yang sudah khatam soal reksadana (jangan lupa berbagi yah di comment box di bawah), tapi pasti masih ada juga yang awam soal ini dan malu-malu untuk tanya :p . Saya pun bukan expert tentang reksadana, makanya biar lebih yakin, kita tanya saja yuk sama expertnya.
Untuk kali ini, expertnya adalah kawan saya Yoga Prakasa, yang sempat menekuni bidang investasi di Danareksa Sekuritas dan juga menekuni Islamic Finance sewaktu kuliah di Indiana University.
A: Pada dasarnya, reksadana adalah bentuk investasi secara kolektif. Berhubung persyaratan investasi awal di instrumen-instrumen investasi seringkali berjumlah besar dan pemilihan instrumen investasinya pun tergolong rumit, maka masyarakat diberikan kesempatan oleh Bapepam-LK untuk mengumpulkan dana mereka ke dalam wadah investasi untuk kemudian dikelola secara profesional. Jadi, investasi ini dikelola oleh manajer investasi (MI) profesional seperti Manulife, Fortis, Schroder, Trimegah, Danareksa, Bahana, dll.
Nah MI ini nantinya akan mengelola dana yang sudah terkumpul tersebut dengan meng investasikannya ke berbagai macam produk investasi (Saham, deposito, surat utang, dll). Biasanya setiap MI mempunyai beberapa produk, contohnya untuk Fortis diantaranya Fortis Pesona, Fortis Equitra, Fortis Solaris dan Fortis Ekuitas. Nanti ada penjelasannya lagi tuh untuk setiap produk. Misalnya Fortis Ekuitas itu biasa mengelola dana yang ada untuk membeli saham apa aja, misalnya; Astra International, Telkom, Bank Mandiri, Perusahaan Gas Negara dan lain sebagainya.
Jadi kita tidak terjun langsung memilih saham yang mau kita beli karena semua itu akan dikelola oleh MI. Oh iya dalam bahasa Inggris, reksadana dikenal dengan nama mutual fund.
Tapi seperti yang Wina selalu bilang, sebelum memutuskan untuk membeli produk investasi, kita harus tahu dan jelas dulu tujuan investasi kita itu untuk apa? Dari situ barulah bisa ditentukan reksadana apa yang cocok, berapa lama investasinya, dan berapa besar jumlah investasinya.
A: Reksadana menawarkan return yang lebih tinggi daripada menabung traditional/deposito. Seperti kata pepatah investasi, “high risk high return, low risk low return”, jadi berinvestasi lewat reksadana membuka peluang risiko yang lebih tinggi dari deposito namun dengan peluang hasil yang lebih tinggi pula. Selama risiko tersebut bisa kita ambil (misal: kebutuhan dana baru direalisasikan 10 tahun lagi), maka investasi pada reksadana saham contohnya, menjadi masuk akal. Bandingkan potensi imbal hasil deposito (yang cuma sekitar 6% per tahun) dengan reksadana saham (bisa mencapai 20% lebih per tahun)! Tapi ingat ya, “high risk high return, low risk low return”.
Kalau dibandingkan dengan membeli saham langsung, membeli reksadana saham jelas lebih simple untuk kita dan juga memberikan peace of mind karena investasi kita tidak disalurkan kepada 1 jenis saham saja, melainkan bermacam-macam instrumen (diversifikasi). Jadi ketika misalnya saham Telkom turun, kita tidak serta merta panik karena dana kita hanya sebagian saja disitu dan yang lainnya masuk ke saham Bank Mandiri atau Astra International yang mungkin justru naik misalnya. Dari segi biaya juga lebih ringan karena sifatnya yang kolektif ini dimana biaya transaksi saham tersebut ditanggung bersama-sama dengan investor lainnya.
A: Reksadana dapat dibeli di Bank seperti Bank Mandiri, HSBC, Commonwealth dan bisa juga dibeli ke MI nya langsung. Tidak semua MI menawarkan pembelian langsung sih dan jumlah minimum pembelian pun bisa lebih besar atau lebih kecil dari bank. Tapi biasanya, biaya pembelian langsung lewat MI lebih murah (ya iya lah kan ga lewat makelar, beli rumah juga gitu kan?)
(Kalau saya lewat Commonwealth Bank karena ada fasilitias Internet Bankingnya, jadi bisa beli reksadana lewat online, feenya juga jadi lebih murah. – Hanzky)
A: Pertama-tama, kita harus tau dulu untuk apa kita berinvestasi. Untuk kuliah anak? Untuk beli rumah? Untuk dana liburan? Kapan rencananya uangnya akan dipakai? 3 tahun lagi? 10 tahun lagi? Setelah kita tahu kebutuhan kita, barulah kita memilih jenis yang sesuai dengan kebutuhan dan toleransi risiko kita, berapa lama kita perlu berinvestasi dan berapa besarannya. Baru setelah itu kita teliti jenis reksadana yang ada, yang sesuai dengan tujuan kita
A: Basically, ada 4 jenis reksadana
Ada juga sih reksadana lain semisal reksadana terstruktur, reksadana indeks, dan instrumen investasi lainnya seperti ORI, Sukuk Ritel, emas, etc. Tapi itu ntar aja dibahasnya biar nggak tambah bingung, yang empat di atas itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi kita untuk mencapai berbagai kebutuhan finansial dari jangka pendek (liburan misalnya) sampai jangka panjang (biaya kuliah anak dan biaya pensiun kita sendiri misalnya).
Akhir kata, saya ucapkan Selamat berinvestasi!
—
Gimana, gimana? Sudah ada pencerahan dong sekarang setelah membaca ini?. Kalau ada pertanyaan, silahkan tanya di comment box ya supaya bisa dijawab dengan Yoga. Kalau misalnya masih belum mengerti sampai ngelotok nggak papa kok, itu bukan alasan untuk menunda investasi reksadana. Langsung terjun aja, nanti pasti mengerti dengan sendirinya deh. Yang penting sekarang putuskan dulu mau ke bank mana dan segeralah samperin banknya untuk membuka rekening reksadana 🙂
Kalau mau diskusi lebih jauh lagi bisa check thread investadi reksadana di sini ya dan saling belajar bersama teman-temang yang lain..:)