banner-detik

skin care

Saatnya Stop Takut Pakai Skincare karena 2 Hal Ini!

seo-img-article

Tahun 2019, sudah saatnya berhenti melihat skincare sebagai sesuatu yang menakutkan karena 2 alasan ini.

Dua tahun terakhir ini, pamor skincare mulai menandingi makeup. Selain produk-produknya yang tambah inovatif, kini semakin banyak juga yang pingin punya flawless skin meski tanpa makeup. Sayangnya, sampai akhir tahun 2018, saya masih sering dengar dan melihat curhatan orang-orang yang takut pakai skincare, termasuk dari teman-teman terdekat. Alasannya beragam, mulai dari takut ketergantungan, takut jadi jerawatan, sampai seekstrem takut sakit kanker. Kalau diperhatikan, paranoia ini seringnya tumbuh akibat isu yang disampaikan dari mulut ke mulut yang bisa jadi nggak datang dari sumber yang valid.

Untuk itu, di tahun 2019, stop takut pakai skincare karena 2 hal ini, yuk!

Pengawet dalam Skincare

Paraben, ‘musuh’ yang selalu menghantui pengguna skincare. Baik yang masih newbie, maupun yang sudah bertahun-tahun hobi pakai skincare, masih saja banyak yang takut bertemu sama yang namanya paraben. Nggak jarang yang mungkin sebenarnya kurang tahu fungsinya apa, tapi sudah enggan pakai duluan. Ada yang bilang paraben bisa menyebabkan kanker, ada juga yang percaya paraben menyumbat pori dan bikin jerawatan. But is that really the case? Pembahasan lengkapnya sudah pernah ditulis kak Dara di sini. But long story short, kehebohan ini bermula di tahun 2004 saat tim peneliti Dr. Philippa D. Darbre dari Inggris merilis jurnal yang berjudul “Concentration of Parabens in Human Breast Tumor”.  

Sejak itu, media dan berbagai brand kecantikan seolah jadi terobsesi dengan bahaya paraben dan menjadikan “no-parabens” sebagai trik marketing. Padahal, sebenarnya kehadiran paraben berfungsi sebagai pengawet yang bisa menjaga produk skincare dan personal care agar nggak mudah terkontaminasi jamur dan bakteri, serta memperpanjang shelf life-nya. Lagipula, paraben bukan lah kandungan yang dilabeli berbahaya oleh BPOM maupun FDA. Di Eropa memang ada beberapa jenis paraben yang dilarang digunakan untuk kosmetik, yaitu isopropylparaben, isobutylparaben, phenylparaben, benzylparaben, dan pentylparaben, namun ini dilakukan karena masih minimnya data yang bisa diteliti.

Kalau dipikirkan lagi, produk yang nggak mengandung paraben tentunya menggunakan jenis pengawet lain untuk menjaga kandungan di dalamnya agar tetap fresh dan nggak mudah terkontaminasi, bukan? Tetap nggak mau pakai pengawet? Alternatif lainnya adalah dengan nggak menggunakan air dalam produk skincare, seperti yang sudah saya bahas di sini.

skincare-pemula

“Nggak Mau Pakai Bahan Kimia”

Selain paraben, banyak juga yang nggak mau pakai bahan kimia secara general. Period. Katanya “aku mau mengurangi bahan kimia yang masuk ke badanku!”, akhirnya beralih lah ke skincare natural dan organik. There’s nothing wrong with choosing to go natural untuk urusan skincare! Tapi di sisi lain banyak juga yang sampai memilih untuk pakai skincare DIY hasil racikannya sendiri tanpa melakukan riset mendalam tentang bahan-bahan yang diramu karena anggapannya adalah “yang natural lebih aman”.

Sebelum membahas lebih jauh, saya merasa butuh banget meluruskan satu hal. Sorry (not sorry) to burst your bubble, but pretty much everything around us is chemical! Bahkan air pun juga senyawa kimia. Selain itu, nggak semua yang natural otomatis lebih ‘aman’. Sama seperti bahan kimia, bahan natural pun bisa  menimbulkan reaksi negatif  jika kulit kita sensitif terhadapnya atau ketika takarannya nggak pas.

Sebagai seorang yang hidup bertahun-tahun dengan kulit berjerawat, I’ve had my fair share of said DIY concoctions. Contohnya saja toner dengan lavender essential oil. Dari berbagai sumber yang saya baca beberapa tahun lalu, lavender berfungsi untuk mengatasi inflamasi dan bersifat anti-bakterial. Setelah pakai DIY lavender toner, apakah jerawat saya jadi meredam? Sayangnya tidak. Kulit saya malah jadi mudah perih saat terpapar matahari dan tetap saja berjerawat. Bisa jadi rasio ‘ramuan’ saya kurang tepat, kualitas lavender essential oil-nya kurang bagus, atau bahkan sesimpel memang kulit saya nggak cocok pakai lavender. 

At the end of the day, baik bahan alami maupun kimia (sintetis) bisa bereaksi positif atau negatif di kulit setiap orang. Yang perlu dilakukan adalah mencari tahu lebih dalam dulu tentang kandungan produk yang akan kita pakai dari sumber-sumber yang terpercaya, seperti skin experts dan jurnal ilmiah misalnya. Dan bila dirasa kulit kita cenderung sensitif, jangan lupa untuk melakukan patch test dulu.

The time is now to start your skincare adventure!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment